DAN ALLAH
ADALAH SEBAIK-BAIK
PEMBUAT MAKAR
Pelajaran dari
Al-Qur’an mengenai Makar
Seluruh kekuatan itu hanya milik Allah. {Dan di
antara manusia ada orang-orang yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal)} [QS. Al-Baqarah : 162].
Kemuliaan itu seluruhnya milik Allah.
{Katakanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang
pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong (wali) dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan
Allah} [QS. An-Nisaa’ : 138-139]. {Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka.
Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui} [QS. Yunus : 65]. {Barangsiapa yang menghendaki
kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya. Dan
orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan
rencana jahat mereka akan hancur} [QS. Faathir : 10].
Dan tipu daya pun
seluruhnya milik Allah. {Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka
(kafir Makkkah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah
dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan
orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu}
[QS. Ar-Ra’d : 42].
Tiada yang luput dari
kekuasaan-Nya. Tiada yang bisa memperoleh kemuliaan kecuali melalui Dia. Dan
tidak ada tipu daya yang benar-benar akan berhasil selain tipu daya-Nya.
Ini adalah realita yang
tidak disadari oleh orang-orang salib. Oleh karena itu, mereka mempergunakan
kekuatan mereka untuk menzhalimi dan menindas Muslimin. Sekutu-sekutu mereka
dari orang-orang Yahudi, munafik dan murtad berusaha untuk meraih kemuliaan dan
kekuatan melalui orang-orang salib. Dan mereka berbuat makar melawan Islam
sementara mempunyai syubhat-syubhat Jahiliyyah, berpikir bahwa Allah tidak akan
memberikan kemenangan bagi agama-Nya…
Akan tetapi, perkara
kemenangan milik Allah seluruhnya. {Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu
seluruhnya di tangan Allah} [Ali ‘Imran : 154]. {Dan kepunyaan Allahlah apa
yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nyalah dikembalikan urusan
semuanya, maka ibadahilah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali
Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan} [QS. Huud : 123].
Begitu pula, Dia melegislasi
(memutuskan) bahwa agama semuanya untuk-Nya dan menetapkannya pasti terjadi.
{Dan perangilah mereka hingga tidak ada lagi fitnah dan (hingga) agama itu
seluruhnya kepunyaan Allah. Dan jika mereka berhenti, maka sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa yang mereka kerjakan} [QS. Al-Anfaal : 39]. {Dialah yang telah
mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk agama yang benar untuk dimenangkan
atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik membenci} [QS. At-Taubah : 33].
{Dan cukuplah Allah sebagai saksi} [QS. Al-Fath : 28].
SALIBIS JOHN KERRY DAN RAFIDHAH MOHAMMAD JAVAD ZARIF |
Akan tetapi, disebabkan
oleh kesesatan dan kesombongan musuh-musuh Allah, mereka membuat tipu daya atas
agama-Nya dan wali-wali-Nya. Tipu daya mereka hampir-hampir membuat gunung
runtuh saking terkejutnya karena orang-orang kafir berani menentang Tuhan (Pencipta
dan Pengatur) langit dan bumi. {Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar
yang besar, padahal di sisi Allahlah makar mereka itu (dicatat), bahkan
walaupun makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap
karenanya} [QS. Ibrahim : 46].
Lagi pula, tipu daya
mereka itu pada dasarnya memang lemah, karena merupakan bagian dari tipu daya
Syaitan. {Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang
yang kafir berperang di jalan thaghut. Maka perangilah sekutu-sekutu Syaitan
itu. Sesungguhnya tipu daya Syaitan itu sangat lemah} [QS. An-Nisaa’ : 76].
Kelemahan ini disebabkan kekuatan ikhlas – inti
tauhid – yang diberikan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih,
sebagaimana dipersaksikan sendiri oleh Syaitan yang terkutuk. {(Iblis) berkata,
“Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksia) di muka bumi, dan pasti aku
akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di
antara mereka”. Allah berfirman, “Ini adalah jalan lurus; kewajiban Akulah
(menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap
mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat}
[QS. Al-Hijr : 39-42].
Sekalipun mereka lemah
dan tuan mereka, yaitu Syaitan, juga lemah, mereka berbuat makar demi dia. Maka
mereka menjadi sasaran tipu daya yang paling kuat dan paling cepat dari para
pembuat tipu daya, tanpa mereka sendiri menyadarinya. {Mereka (orang-orang
kafir itu) membuat tipu daya, tetapi Allah membuat tipu daya. Dan Allah adalan
sebaik-baik pembuat tipu daya}[1]
[QS. Ali ‘Imran : 54]. {Maka apakah mereka merasa aman dari makar[2]
Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari makar Allah
kecuali orang-orang yang merugi} [QS. Al-A’raaf : 99]. {Dan apabila kami merasakan
kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka,
tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan
Kami. Katakanlah: “Allah lebih cepat dalam tipu daya”. Sesungguhnya
malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu.” [Yunus : 21]. {Dan Aku memberi
tangguh kepada mereka. Sesungguhnya tipu daya-Ku amat teguh} [QS. Al-A’raaf :
183]. {Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir
itu merekalah yang kena tipu daya} [QS. Ath-Thuur : 42].
Dan Allah telah
melemahkan makar mereka dan membawa mereka pada kegagalan, jalan yang salah,
dan kesesatan paling jauh. {Sebenarnya orang-orang kafir itu dijadikan (oleh
Syaitan) memandang baik tipu daya mereka dan dihalanginya dari jalan (yang benar).
Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorang pun yang
akan memberi petunjuk} [QS. Ar-Ra’d 33]. {Dan orang-orang yang merencanakan
(mengadakan makar) kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat
mereka akan hancur} [QS. Faathir : 10]. {Dan bahwasanya Allah tidak meridhai
tipu daya orang-orang yang berkhianat} [QS. Yusuf : 52]. {Dan tipu daya
orang-orang kafir itu tak lain hanyalah sia-sia (belaka)} [QS. Ghaafir : 25].
Hasil dari tipu daya
mereka ialah justru kebalikan dari apa yang mereka kehendaki. Mereka hanya
memperdayai diri mereka sendiri, kehidupan dunia mereka, dan akhirat mereka
serta sepenuhnya menghinakan derajat dan menghancurkan diri mereka sendiri.{Dan
mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan
makar[3]
(pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya
akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka
semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan
kezhaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran
bagi kaum yang mengetahui. Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman
dan mereka itu selalu bertaqwa} [QS. An-Naml : 50-53]. {Dan demikianlah Kami
adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka
melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan
dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya} [QS. Al-An’aam : 123].
{Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa
yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya} [QS. Al-An’aam : 124].
{Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka
Allah hancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh
menimpa mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang
tidak mereka sadari} [QS. An-Nahl : 26]. {Maka, apakah orang-orang yang membuat
makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh
Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak
mereka sadari?} [QS. An-Nahl : 45]. {Makar yang jahat itu tidak akan menimpa
selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan
melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang
yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menapat penggantian bagi
sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi
sunnah Allah itu} [QS. Faathir : 43].
Jadi, seorang Muslim
janganlah bersedih hati mendengar berbagai rencana jahat orang-orang kafir.
Akan tetapi, dia harus bersabar dan yakin bahwa mereka akan segera hancur.
Senjatanya yang paling kuat adalah tauhid dan apa yang mengikutinya berupa
tawakkal kepada Allah, bertaqwa kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan
menyatakan barā`ah (berlepas diri) dari orang-orang musyrik. {Jika kamu
bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan
kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka
kerjakan} [QS. Ali ‘Imran : 120]. {Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih
hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa
yang mereka tipu dayakan} [QS. An-Nahl : 127]. {Katakanlah, “Panggillah ‘sekutu-sekutu’-mu
– maksudnya mereka yang engkau jadikan tandingan selain Allah – kemudian lakukanlah
tipu daya (untuk mencelakakan)-ku, tanpa memberi tangguh (kepada)-ku.
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an)
dan Dia melindungi orang-orang yang shalih. Dan sekutu-sekutu yang yang kamu
seru selain Allah itu tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong
dirinya sendiri} [QS. Al-A’raaf : 195-197). {Dia (Huud) menjawab: “Sesungguhnya
aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa
sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan, dari
selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya tehadapku dan janganlah
kamu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah
Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang
ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.”} [Huud : 54-56].
Semua pelajaran ini
seharusnya tertanam dalam benak seluruh Muslimin di saat para salibis dan
murtaddin berencana untuk melaksanakan makar-makar baru mereka. Dia seharusnya
mengingatkan dirinya sendiri dan yang lainnya dengan segala bentuk pelajaran
ini agar dia tidak menghinakan dirinya di hadapan makar mereka ataupun menyerah
kepada keyakinan syirik berupa berbagai teori konspirasi ekstrim[4].
Pesan dari Khalifah atas Makar Terakhir Murtaddin
Pada 25 Rajab 1436,
Khalifah (ḥafizhahu Llāh) menyampaikan risalah kepada umat dalam khutbah
berjudul “Berangkatlah Kamu Baik dalam Keadaan Merasa Ringan ataupun Berat”[5]
yang secara singkat dan jelas beliau menyebutkan latar belakang rencana plot
(makar) baru yang ditujukan atas Islam. Pertama beliau mengingatkan sikap yang
membuat banyak faksi militan berubah menjadi murtad dan bersekutu dengan
kuffar. Dan itu dikarenakan kemauan mereka untuk berkompromi dan berharap
berdamai dengan tentara salib secara permanen. Beliau berkata, “Wahai Muslimin!
Barangsiapa yang
berpikir bahwa cukuplah baginya berdamai dengan orang-orang Yahudi, Nasrani,
dan orang-orang kafir, serta bagi mereka untuk berdamai dengannya, seperti itu
dia hidup berdampingan dengan mereka dan mereka hidup berdampingan dengannya
sementara dia di atas agamanya dan ketauhidan, maka dia telah mendustakan
pernyataan tegas Rabbnya (‘Azza wa Jalla) yang berfirman … {Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu
sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), jika
mereka sanggup} [QS. Al-Baqarah : 217] … Dengan demikian, ini adalah kondisi orang-orang
kafir yang berhadapan dengan Muslimin hingga Hari Kiamat. {Dan sekali-kali kamu
tidak akan menemukan penyimpangan bagi sunnah Allah itu} [QS. Faathir : 43].”
SALIBIS OBAMA DAN SEKUTU THAGHUTNYA SALMAN IBNU 'ABDIL 'AZIZ |
Beliau juga berkata, “Wahai Muslimin, tidak pernah sehari pun Islam
menjadi agama damai. Islam adalah agama perang, Nabimu (shallā Llāhu ‘alaihi wasallam) diutus dengan
pedang sebagai rahmat bagi alam. Beliau diperintah dengan perang hingga hanya
Allah saja yang diibadahi. Dia (shallā Llāhu ‘alaihi wasallam) bersabda
kepada kaumnya yang musyrik, ‘Aku datang dengan membawa penyembelihan.’ [HR. Imam Ahmad dari
‘Abdullah ibnu ‘Amr]. Beliau
memerangi orang-orang Arab dan ajam, yang berkulit merah dan yang berkulit
hitam. Beliau sendiri keluar berperang dan mengambil bagian dalam belasan
peperangan. Beliau terlibat langsung di medan tempur. Tidak sehari pun beliau
letih karena berperang … Para
sahabat beliau sepeninggal beliau dan para tai’in juga demikian. Mereka tidak
melunak dan meninggalkan perang, hingga mereka menguasai bumi, menaklukkan
Timur dan Barat, umat-umat lain tunduk kepada mereka, dan negeri-negeri
menyerahkan diri kepada mereka pada ujung pedang. Demikian pula, hal ini akan
tetap berlaku bagi orang-orang yang mengikuti mereka hingga Hari Pembalasan.
Nabi kita (shallā Llāhu ‘alaihi wasallam)
telah memberitahu kita tentang Malahim (perang berdarah) menjelang akhir zaman.
Beliau memberi kabar gembira dan menjanjikan kepada kita bahwa kita akan
memenangkan peperangan ini. Beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, shallā
Llāhu ‘alaihi wasallam. Dan di sini pada hari ini kita melihat tanda-tanda
Malahim tersebut dan kita merasakan angin kemenangan bersama tanda-tanda
tersebut.”
Beliau menjelaskan
bahwa Muslimin tidak akan berhenti memerangi kelompok-kelompok kuffar hingga
‘Isa (‘alaihi as-salām) turun dan memimpin prajurit Muslim. Beliau
berkata, “Sesungguhnya
memerangi orang-orang kafir, hijrah, dan jihad akan senantiasa ada hingga Hari
Kiamat. Rasulullah (shallā Llāhu ‘alaihi wasallam) bersabda, ‘Hijrah
tidak akan berhenti hingga taubat berhenti [tidak diterima], dan taubat tidak
berhenti [tidak diterima] hingga matahari terbit dari arah barat.’ [HR. Abu
Daud dari Mu’awiyah] … Beliau (shallā Llāhu ‘alaihi wasallam) juga
bersabda, ‘Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas
kebenaran, mereka unggul hingga Hari Pembalasan. Kemudian ‘Isa ibnu Maryam akan
turun, lalu pemimpin mereka akan berkata, ‘Mari ke sini dan imamilah kami dalam
shalat.’ Maka dia berkata, ‘Tidak. Sebagian kalian adalah pemimpin bagi
sebagian yang lainnya, sebagai kehormatan dari Allah atas umat ini.’’ [HR. Muslim dari
Jabir].”
FAISHAL IBNU AL-HUSAIN BERPOSE BERSAMA TUAN-TUAN SALIBNYA. MURTADDIN HARI INI TIDAK BERBEDA DENGAN MURTADDIN KEMARIN |
Beliau menjelaskan
akan segera punahnya zone abu-abu seraya mengatakan, “Jika tentara Salib pada
hari ini mengklaim untuk menjauhi khalayak Muslim dan membatasi diri mereka
dengan menargetkan orang yang bersenjata di antara Muslimin, maka engkau akan
segera melihat mereka menargetkan setiap Muslim di mana pun. Dan jika tentara
Salib pada hari ini mulai mengusik Muslimin yang tetap hidup di negeri-negeri
salib dengan memonitori mereka, menangkapi mereka, dan menanyai mereka, maka
mereka akan segera menelantarkan Muslimin atau menculik mereka dalam keadaan
mati, ditahan, atau tanpa tempat tinggal. Tiada seorang pun di antara kaum
Muslim akan mereka biarkan kecuali orang-orang murtad dari agamanya dan
mengikuti mereka. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu.
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Wahai Muslimin, orang-orang Yahudi
dan Nasrani serta orang-orang kafir lainnya tidak akan ridha dengan kalian
maupun menghentikan untuk memerangi kalian sampai kalian mengikuti agama mereka
dan murtad dari agama kalian.”
Beliau kemudian menguraikan kewajiban mengenai
peperangan sebelum Kiamat ini atas Muslimin. Beliau berkata, “Wahai Muslimin! Janganlah kalian berpikir bahwa
perang yang kita kobarkan adalah perang Daulah Islam itu sendiri. Justru ini adalah
peperangan semua Muslim bersama-sama. Ini adalah perang bagi setiap Muslim di
setiap tempat, sementara Daulah Islam semata-mata hanyalah ujung tombak perang
ini. Tidaklah perang ini melainkan perang orang-orang beriman melawan
orang-orang kafir, maka berangkatlah demi perang kalian, wahai kaum Muslim.
Berangkatlah di mana pun kalian berada, sebab ini adalah kewajiban bagi setiap
Muslim yang dipertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah … Maka, tidak ada uzur atas setiap Muslim yang mampu
untuk hijrah ke Daulah Islam atau mampu mengerahkan senjata di mana pun dia
berada.”
THAGHUT QATAR, TIGA DARI KANAN, BERDIRI DI SEBELAH KIRI SALIBIS OBAMA BERSAMA SEJUMLAH MURTADDIN QATAR LAINNYA |
Ini adalah perintah
Khalifah ( ḥafizhahu Llāh). Seseorang itu berhijrah ke wilayah-wilayah
Khilafah, namun jika tidak mampu, maka dia wajib menyerang orang-orang salib,
sekutu-sekutu mereka, Rafidhah, thawaghit, dan angkatan bersenjata mereka yang
telah murtad. Dia tidak boleh ragu di mana pun dia berada jika dimungkinkan
untuk menyerang mereka dengan cara apa pun. Demikian pula, dia tidak boleh
berkonsultasi kepada “ulama” maz’ūm (yang mengaku) atas kewajiban ini. Dia
harus menyerangnya setelah mengumumkan bai’at kepada Khilafah, sehingga matinya
tidaklah dalam keadaan Jahiliyyah. Maka dia akan menemukan teladan yang baik
dari para syahid Daulah Islam, di antaranya ialah Numan Haider dan Man Haron
Monis (Australia), Michael Zehaf-Bibeau, dan Martin Couture-Rouleau (Kanada),
Zale Thompson, Elton Simpson, dan Nadir Soofi (Amerika), Amedy Coulibaly
(Prancis), Omar Abdel Hamid El-Hussein (Denmark), dan Sofiane Amghar dan Khalid
Ben Larbi (Belgia).
PARA SALIBIS BERUPAYA MENJEMBATANI HUBUNGAN DENGAN RAFIDHAH IRAN DENGAN MENJADIKAN THAWAGHIT ARAB SEBAGAI TUMBALNYA |
Kemudian beliau mengingatkan tentang propaganda
kaum salib seraya berkata, “Amerika dan
sekutu-sekutunya di antara Yahudi, Salibis, Rafidhah, sekuleris, ateis, dan
murtaddin mengklaim bahwa koalisi dan perang mereka ialah untuk membantu yang
lemah dan tertindas, menolong yang miskin, mengangkat yang sengsara,
membebaskan yang diperbudak, membela yang tidak bersalah dan yang menginginkan
perdamaian, serta mencegah tertumpahnya darah mereka. Mereka juga mengklaim
berada di kamp kebenaran, kebajikan, dan keadilan; memerangi kebatilan,
kejahatan, dan kezhaliman, bersama-sama dengan umat Islam! Bahkan mereka
mengklaim membela Islam dan kaum Muslim! Ketahuilah, mereka berdusta.”
Kemudian dia mengingatkan kaum Muslim terhadap
penguasa-penguasa thaghut yang menzhalimi negeri-negeri Muslim dengan hukum
buatan manusia dan bertekuk lutut kepada pasukan Salib. Beliau berkata, “Wahai Muslimin, para penguasa thagut murtad
yang memerintah negeri-negeri kalian, yaitu di negeri Al-Haramain, Yaman, Syam,
Irak, Mesir, Afrika Utara, Khurasan, Kaukasus, Anak Benua India, Afrika, dan di
mana pun, merupakan sekutu Yahudi dan Salibis. Bahkan mereka adalah budak,
antek, dan anjing penjaga Yahudi dan Salibis itu, bukan yang lain. Tidaklah
tentara dan senjata-senjata yang mereka persiapkan dan yang dilatih oleh Yahudi
dan Salibis itu, melainkan untuk memalingkan kalian dari agama kalian dan
menghalangi kalian dari jalan Allah, merampas kekayaan negeri kalian, dan
merampok harta kalian. Realita ini sangat terang, seterang matahari di siang
bolong. Tiada yang meragukannya kecuali orang yang telah Allah hapuskan
cahayanya, butakan bashirahnya, dan tutupkan hatinya.”
Beliau
kemudian secara detail menjelaskan sikap apatis para penguasa thaghut terhadap
Muslimin dan diikuti dengan perkataan, “Para
penguasa Jazirah Arab telah dibongkar kedoknya dan dihinakan serta telah
kehilangan “legitimasi” yang mereka duga. Pengkhianatan mereka menjadi semakin
nyata, bahkan bagi orang-orang awam Muslim. Realitas mereka pun semakin tampak
jelas. Maka tuan-tuan mereka mulai menggantikan mereka dengan Shafawi Rafidhah
dan ateis Kurdi.
Ketika
As-Salul menyadari bahwa tuan-tuan mereka meninggalkan mereka. Penelantaran
yang mereka lakukan ibarat sepatu
yang robek yang akan menggantikan mereka. Mereka melancarkan
peperangan yang mereka duga sebagai perang melawan Rafidhah di Yaman. Itu
bukanlah badai penghancuran, namun tendangan seorang yang sekarat, dengan izin
Allah, seakan dia berjuang di saat-saat akhir nafasnya.”
Beliau kemudian berkata
lagi, “Saat ini mereka mengklaim bahwa mereka membela Ahlus Sunnah di Yaman
melawan Rafidhah! Akan tetapi, justru mereka itu berbohong, gagal, dan telah
kehilangan legitimasi. Tidaklah perang mereka kecuali sebatas usaha untuk
membuktikan diri mereka kepada tuan-tuan mereka di antara orang-orang Yahudi
dan tentara Salib sekali lagi. Tidak usaha ini kecuali sebuah kesia-siaan yang
bisa membuat kaum Muslim berbalik dari Daulah Islam ke arah mereka, di mana
suaranya sangat tinggi terdengar di mana-mana dan realitasnya menjadi jelas
bagi setiap Muslim. Oleh karenanya, Muslimin mulai secara bertahap, bergerak ke
arahnya. Tidaklah serangan mereka kecuali sebuah serangan yang bersifat
khayalan setelah api Rafidhah membakar singgasana mereka dan setelah Rafidhah
bergerak ke arah orang-orang dari Jazirah Arab. Ini adalah persoalan yang akan
membawa masyarakat Muslim di Jazirah Arab bergerak ke Daulah Islam karena ia
membela mereka dari Rafidhah. Inilah yang ditakutkan oleh As-Salul dan para
penguasa Jazirah Arab, sehingga membuat singgasana mereka berguncang. Ini
adalah rahasia ‘serangan’ mereka yang mereka pandang hebat, dimana ia akan
berakhir, dengan izin Allah. As-Salul dan para penguasa Jazirah Arab bukanlah
orang-orang yang ahli berperang ataupun bersabar untuk hal tersebut. Akan
tetapi, mereka adalah kaum yang suka kemewahan dan ekstravaganza, yaitu kaum
yang suka bermabuk-mabukan, prostitusi, dansa, dan festival. Mereka terbiasa
membela orang-orang Yahudi dan pasukan Salib, sementara hati mereka dirasuki
kenistaan, kehinaan, dan ketundukan.”
Beliau juga memanggil Muslimin agar menyadari hakikat
perang ini. “Wahai Muslimin di mana pun kalian, belumkah
tiba saatnya agar kalian mengenali hakikat peperangan ini dan bahwasanya dia
adalah perang antara haq dan batil? Perhatikanlah, berada di pihak manakah para
penguasa di negeri kalian dan di kamp manakah mereka berada. Belumkah tiba
saatnya bagimu, wahai Ahlus Sunnah, untuk mengetahui bahwa hanya kamu saja
menjadi target mereka? Perang ini semata melawan kalian dan melawan agama
kalian. Belumkah tiba saatnya bagimu untuk kembali ke agamamu dan jihadmu,
sehingga akan membawa kembali kejayaan, kehormatan, hak-hak, dan kepemimpinan?
Belumkah tiba saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada kemuliaan,
kehormatan, keamanan, dan hak-hak bagimu selain berada di bawah naungan
Khilafah?
Amirul
Mu’minin juga mendemonstrasikan bagaimana Rafidhah menangani sekutu “Sunni”
mereka yang murtad, jika mereka sudah tidak lagi berguna bagi Rafidhah. Dia
berkata, “Wahai Ahlus Sunnah di Irak … carilah perlindungan – setelah mencari
perlindungan kepada Allah – kepada kaum kalian di Daulah Islam. Kalian akan
menemukan di dalamnya, dengan izin Allah, sebuah pelukan yang hangat dan tempat
perlindungan yang aman, sebab kalian adalah warga kami. Kami membela kalian,
kehormatan kalian, dan harta kalian. Kami menginginkan kalian kekuatan dan kemuliaan,
kami menghendaki kalian aman dan damai, dan kami mengharapkan kalian selamat
dari api neraka.
Oleh karena itu, carilah pelindungan – setelah
Allah – kepada Daulah Islam. Apa yang kalian tunggu setelah kebenaran tampak
semakin nyata daripada siang hari yang terang dan setelah Rafidhah pendengki
menampakkan hakikat mereka? Di sini mereka menyembelih setiap orang yang diduga
dari Ahlus Sunnah di Baghdad dan di setiap tempat. Tiada seorang pun yang
selamat dari mereka, bahkan para sekutu, pendukung, pemberi bantuan, pengekor,
dan anjing-anjing dari kaum murtad yang sebelumnya termasuk Ahlus Sunnah, yaitu
mereka yang ada di Shahwah, tentara, polisi, dan di tempat lain; mereka yang
dibingungkan oleh ulama-ulama sū` dengan lari dari penerapan hukum Allah
di wilayah Daulah Islam. Akhirnya mereka menjadi terlantar, terhinakan,
dipenuhi rasa takut, dan kekhawatiran akan kekejaman Rafidhah, sementara
Muslimin hidup di wilayah Daulah Islam dengan kemuliaan dan kehormatan, aman
dengan karunia Allah semata, dengan hidup yang nyaman, terjaga urusan bisnis,
pencaharian, dan perdagangan mereka, menikmati keberkahan hidup di bawah
syari’at Rabb mereka, dan segala puji dan karunia hanya milik Allah. Oleh sebab
itu, carilah perlindungan – sesudah Allah – kepada Daulah Islam, wahai umat
Islam.”
Beliau juga
memperingatkan kemungkinan upaya kaum kafir menyerang Daulah Islam di
wilayah-wilayah yang ada di Syam sebelum di Irak. “Tetaplah sabar dan teguh.
Hati-hatilah, karena musuh Allah memobilisasi, menghantam, meningkatkan serangan,
dan mengancam penduduk Mosul. Kami percaya bahwa mobilisasi mereka ialah untuk
Raqqah dan Halab sebelum Mosul. Jadi, berhati-hatilah.”
Akhirnya, beliau
menjelaskan mengenai bertambahnya kelemahan para salibis modern. “Wahai prajurit Daulah Islam, tetaplah teguh, karena kalian di atas kebenaran.
Carilah pertolongan lewat sabar, karena kemenangan datang bersama kesabaran dan
kemenangan bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah, sebab Salibis tertumpah
darah menghadapi kematian, Rafidhah terhuyung-huyung, dan Yahudi merasa ketakutan
dan kengerian. Musuh-musuh kalian lebih lemah daripada hari kemarin – dengan
karunia Allah – dan semakin lemah dan semakin lemah, alhamdulillah.”
Sebuah Analisis terhadap Plot yang Hancur
Ada sebuah kesimpulan
mengenai rencana jahat ini dalam kata-kata beliau – insya Allah – yaitu tentang
kaum salib dan sekutu-sekutu murtad mereka sebelum Al-Malhamah Al-Kubra.
Pertama, para salibis
telah melemah untuk mengadakan peperangan. Hal ini disebabkan operasi 11
September dan diikuti oleh jihad di Afghanistan dan Irak. Mereka terlalu lemah,
baik secara finansial, militer, dan psikologi untuk berperang lagi, meskipun
tidak diragukan lagi bahwa mereka pada akhirnya akan berperang menghadapi
Muslimin di Dabiq setelah pihak salib mengkhianati perjanjian gencatan senjata
yang kelak akan terjadi. Karena lemah, mereka dipaksa untuk bertawakkal kepada
sekutu-sekutu dan agen-agen mereka untuk memenangkan perjuangan mereka. Di
Irak, sejak keruntuhan rezim Ba’ats milik thaghut Saddam yang murtad,
sekutu-sekutu mereka adalah Peshmerga ateis dari Kurdi, pasukan pemerintah
Shafawi[7],
milisi-milisi Shafawi, dan Shahwah “Sunni” yang murtad. Dari waktu ke waktu,
Shahwah “Sunni” ditinggalkan demi kestabilan rezim Shafawi pusat. Shahwah tidak
benar-benar dipercaya karena beberapa faksinya pernah berpartisipasi dalam
perang melawan tentara Salib dan pasukan sekutu mereka, yaitu Rafidhah. Sebagai
akibatnya, setelah mundurnya pasukan Amerika, Shahwah dikhianati oleh Shafawi
yang merupakan bekas sekutu mereka sendiri. Banyak anggotanya dipenjara dan
disiksa oleh Rafidhah yang pernah mereka layani.
Di Syam, pada awalnya
pihak salib menaruh rasa percaya kepada Free Syrian Army (FSA), yang termasuk
ke dalam “pemerintahan” sementara Dewan Nasional Suriah (SNC). Akan tetapi,
pihak salib kaget ketika mengetahui bahwa bantuan militer dan non-militer yang
sebagian besar disalurkan kepada faksi-faksi ini telah dijual kepada para
pedagang dan diler senjata, akhirnya berakhir di tangan Daulah Islam. Apa yang
tidak dijual oleh antek-antek salib yang tidak bisa dipercaya ini akhirnya akan
diambil sebagai ghanimah oleh tentara Khilafah. Pihak salib tidak bisa
mempercayai FSA, karena mereka terlalu korup dan kekurangan jalinan
kepemimpinan. Akhirnya sekutu utama mereka di kawasan tersebut ialah ateis
Kurdi milik PKK – aliansi thaghut Bashar. Pada awal-awal peristiwa modern di
Syam, PKK mendominasi beberapa bagian Halab, Ar-Raqqah, dan Al-Barakah dalam
perjanjian dengan Rezim Nushairiyyah. Mereka ditugaskan oleh Bashar untuk meremukkan
pemberontakan Muslimin atas rezimnya di kawasan ini. PKK adalah inti Syabbihah
Kurdi dan mereka terus demikian di daerah-daerah yang mereka kontrol. Akan
tetapi, karena mereka lebih koheren sebagai sebuah organisasi dan “secara
ideologi” lebih mudah dikendalikan, pihak salib lebih memilih mereka daripada
FSA.
RAFIDHAH HUTSI DI YAMAN |
Dengan demikian, pihak salib bersandar kepada sekutu-sekutu Kurdi Rafidhah di Irak (Peshmerga) dan kepada sekutu-sekutu Nushairiyyah di Syam (PKK). Demikian pula, kebijakan mereka untuk mendukung Rezim Shafawi di Irak dan bernegosiasi dengan para pemimpin Shafawi di Iran membuat Rafidhah kuat dan konfiden (percaya diri) untuk bermobilisasi secara internasional. Dengan cepat, Rafidhah mengambil beberapa bagian Yaman. Rezim Suriah sebelumnya adalah sekutu Iran. Secara umum, Lebanon berada di bawah kekuasaan milisi Rafidhah. Dengan populasi Rafidhah[8] yang besar di Bahrain, Kuwait, dan Arab “Saudi” (di Provinsi Timur – Qathif, Dammam, Al-Ahsa’ – Najran, dan bahkan Madinah) serta populasi yang kecil di Qatar dan Uni Emirat Arab – kesemuanya siap bergerak – thawaghit Arab merasa tahta mereka bakal terancam. Demikian pula dengan ancaman dari para penganut ‘Ibadiyyah di Oman. Sementara itu, thawaghit Turki khawatir akan kemauan sekutu-sekutu salibis Kurdi dan pihak oposisi Rezim thaghut Erdogan yang berbasis di kawasan minoritas Rafidhah di Turki. Tiga serangkai thaghut juga khawatir bahwasanya peperangan yang panjang yang terjadi di Yaman dan Syam akan membuat Daulah Islam semakin kuat. Hal ini akan mengungkap kekakuan dan pengkhianatan thawaghit dan membuktikan bahwa Daulah Islam merupakan pembela satu-satunya bagi Ahlus Sunnah melawan Rafidhah dan ateis.
MURTADDIN QATAR DAN TURKI BERPOSE BERSAMA SALIBIS JOHN KERRY |
Turki kemudian meminta dari para sekutu Shahwah
di Halab – terpengaruh oleh bantuan Turki – untuk memulai perang melawan PKK di
beberapa bagian kawasan, setelah sebuah perjanjian damai yang panjang dilakukan
oleh PKK dan faksi-faksi Shahwah, termasuk Front Jaulani. Ketiga serangkai
riddah – Turki, As-Salul, dan Qatar – juga menyalurkan bantuan kepada koalisi
dari beberapa faksi yang baru dibentuk yang dipengaruhi oleh dukungan thaghut –
“Jaisy Al-Fath”[9] – yang berperang dengan Rezim Nushairiyyah di Idlib dan Al-Qalamun.
Dengan cepat, “Jaisy
Al-Fath” menambahkan hal tersebut ke dalam prioritas peperangannya melawan
Daulah Islam di Al-Qalamun. Saluran bantuan tersebut merupakan perkara di mana
FSA, SNC, tiga serangkai murtad, para salibis, dan bahkan para anggota faksi
“Jaisy Al-Fath” (seperti Failaq Asy-Syam) mengakuinya. Faksi-faksi Shahwah
termasuk di dalamnya ialah Front Jaulani bergerak melawan mujahidin Dar’a yang
dituduh Khawarij. Sebuah koalisi faksi-faksi “Islami”, serupa dengan “Jaisy
Al-Fath”, dengan cepat dibentuk di Halab. Tiba-tiba saja faksi Shahwah bergerak
ke arah Nushairiyyah di Latakia dan di mana saja, sedangkan sekutu-sekutu
“pemberontak yang lebih disenangi oleh pihak salib yang ada di Syam, yaitu FSA,
terbukti bukan militer yang handal.
PENDUKUNG SHAHWAH 'ABDULLAH AL-MUHAISINI |
PEJUANG DRUZE KAFIR DI BARISAN SHAHAWAT |
Sementara itu, ketiga serangkai murtad mulai menarik dukungan terhadap Rezim Shafawi di Irak, khawatir kalau ambisi jangka panjangnya dapat menganggu kestabilan tahta mereka sendiri. Mereka juga menyerukan para pemimpin Front “Islam agar berkumpul kembali di Turki dan membahas perkembangan-perkembangan yang terjadi di tanah Syam, merencanakan masa depan dan bentuk-bentuk dukungan “tak bersyarat” mereka. Salah satu plot yang dibahas ialah “badai keputusan” di Syam sebagai cover bagi Shahwah dalam usahanya untuk bergerak melawan Daulah Islam. Sekali lagi, pengaruh bantuan thaghut merupakan problem bagi faksi Shahwah yang memudahkan mereka tenggelam lebih jauh lagi ke dalam kemurtadan.
Dengan semua kejadian
ini, ketiga serangkai murtad berniat untuk “membuktikan” kepada tuan-tuan salib
mereka bahwa mereka masih tetap sebagai sekutu penting bagi kawasan tersebut di
masa mendatang. Mereka ingin “membuktikan” pula bahwa mereka mempunyai kekuatan
untuk mempengaruhi hasil di sana. Opini mereka terjadi ketika berlangsung
hubungan Amerika-Rafidhah dan isu tentang keinginan Rafidhah untuk memiliki
nuklir. Pada pokoknya, hal tersebut adalah kerakusan, ketakutan, dan kedengkian
yang menggerakkan mereka. Mereka menginginkan diri mereka sendiri sebagai
sekutu yang disukai orang-orang salib, bukan Rafidhah.
Pertarungan ini, yaitu antara salibis dan
thawaghit, murtad “Sunni” dan Rafidhah, FSA dan “Islam”, Front Jaulani dan
faksi-faksi nasionalis, Front Jaulani dan faksi-faksi “Islam”, dan ateis Kurdi
dan faksi “oposisi”; semua mengindikasikan segera hancurnya tipu daya mereka. {Kamu
pikir mereka bersatu, sedang hati mereka berpecah-belah. Yang demikian itu
karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti} [QS. Al-Hasyr :
14].
Para salibis akhirnya akan mengetahui, mereka
tidak akan mampu menghadapi Daulah Islam kecuali langsung, face-to-face,
atau – disebabkan luka yang tiada henti – pihak salib akan dipaksa untuk
melepaskan peperangan mereka melawan umat Islam hingga Allah memutuskan bahwa
Al-Malhamah Al-Kubra terjadi saat itu.
Ya Allah, Yang menurunkan Al-Kitab, mempercepat
hisab, dan menyingkap tabir kegelapan, kalahkan kelompok itu, guncangkanlah
mereka, dan menangkan kami atas mereka.
TIGA PEMIMPIN UTAMA SHAHWAH BERKUNJUNG KE TURKI DAN BERTEMU DENGAN THAWAGHIT KAWASAN |
[1] Dalam terjemahan
Departemen “Agama” (thaghut) RI diterjemahkan{…dan Allah membalas tipu
daya mereka itu, Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya}. Sebenarnya
tidak ada yang salah bila diterjemahkan seperti apa adanya – maksudnya tanpa
penambahan “pembalas”, sebab kata “المكر” sendiri bisa berkonotasi positif ataupun
negatif (netral) seperti kata “teror”, tergantung pengaplikasiannya. Akan
tetapi, karena saking hati-hatinya, maka salah satu departemen thaghut “NKRI”
ini lebih memilih arti penafsirannya daripada arti aslinya. Ada 2 (dua) faktor
yang menyebabkan hal ini: (1) interpretasi bahasa yang rancu (2) pemikiran irja’.
Untuk mengetahui kerancuan-kerancuan bahasa dan pengaruhnya, silakan anda baca
tulisan Antara
Makna “Ibadah” dan “ad-Dīn” (Agama) serta Hubungannya dengan “al-Islam”
dan baca bagian catatan khusus “satu hal penting”. Insya Allah bermanfaat,
penerj.
[2] Sekali lagi, lihat
terjemahan “Depag”: kata ‘makar’ diganti kata ‘azab’ – yang sebenarnya adalah
tafsir. Demikian pula pada ayat-ayat selanjutnya, penerj.
[3] Diterjemahkan sama oleh
“Depag”. Ini menunjukkan ketidakkonsistenan mereka. Coba perhatikan penggunaan
akar kata “حكم”
yang bermakna “hukum” (dalam isim = kata benda) dan “menghukum” (dalam fi’il =
kata kerja) yang umumnya – contohnya QS. 12 : 40 dan 18 : 26 – mereka
terjemahkan dengan “keputusan” yang secara tidak langsung mengelabui dan
membuat samar-samar pemahaman orang awam – atau takut dengan tuannya (thaghut)
– padahal di tempat lain tidak. Misalnya dalam QS. An-Nisaa’ : 60. Kata “يتحاكموا”
mereka terjemahkan dengan “berhakim”; mungkin karena sulit menggantikannya
dengan kata “keputusan” – coba saja. Silakan lihat kembali ”Antara
Makna “Ibadah” dan “ad-Dīn” (Agama) serta Hubungannya dengan “al-Islam”.
[4] Lihat artikel berjudul “Teori Konspirasi Syirik” dalam Dabiq edisi ini atau langsung baca di sini.
[5] Mengenai pidato beliau, silakan download
di sini (disertai subtitle Bahasa Inggris) dan terjemahan lengkapnya di sini.
[6] Mengenai Abu Risyah (‘Abdul “Mastur”) dan Shahawat (Shahwah), silakan dibaca di sini.
[6] Mengenai Abu Risyah (‘Abdul “Mastur”) dan Shahawat (Shahwah), silakan dibaca di sini.
[7] Kata ini merujuk pada
dinasti Shafawi yang murtad, yaitu Persia Rafidhah penganut Sufi yang
memerintah Afghanistan, Syam, Teluk Arab, Kaukasus Selatan, Persia, Irak, Syam,
Turki, Balochistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan
Uzbekistan. Para penguasa Rafidhah
ini memaksakan agama mereka atas negeri-negeri yang mereka kuasai. Akhirnya hal
ini membawa pada negara modern “Iran” yang besar yang mengadopsi kemurtadan.
[8] Termasuk
Rafidhah Zaidiyyah, Isma’iliyyah, dan Imamiyyah.
[9] Bacalah mengenai faksi
baru yang besar yang merupakan koalisi ini di dalam artikel “Sekutu-sekutu
Al-Qa’idah: Bagian 2” dalam edisi kali ini atau langsung
baca di sini.
Sumber:
Majalah DABIQ Edisi #9
Majalah DABIQ Edisi #9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar