Rabu, 29 Maret 2017

KISAH UMMU SABRINA, SALAH SATU KELUARGA DARI INDONESIA YG BERHIJRAH & MENJALANI KEHIDUPAN DI BUMI KHILAFAH [lengkap]

KISAH UMMU SABRINA, SALAH SATU KELUARGA DARI INDONESIA YG BERHIJRAH & MENJALANI KEHIDUPAN DI BUMI KHILAFAH [lengkap]

ummu-sabrina1
Alhamdulillahirobbil’alamin…
Setelah beberapa pekan lamanya kami kehilangan kontak dengan Ummu Sabrina, dikarenakan beliau beserta keluarganya harus dievakuasi ke daerah yang lebih aman karena masih adanya serangan-serangan pengecut lewat udara oleh rezim taghut Bashar al Assad laknatullah, ini sekaligus membantahkan tuduhan bodoh yang menyebut Daulah Islam / Islamic State adalah bentukan Syi’ah.
Alhamdulillah akhirnya beliau bisa menghubungi kami dari tempat beliau dievakuasi dengan segudang cerita pengalaman hidup dibawah indahnya naungan bumi Khilafah Daulah Islamiyyah, begitupun juga kami pihak KDI meng informasikan keadaan terbaru dari Indonesia berikut segala tuduhan-tuduhan dari para pendengki Daulah Islam.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang kami sampaikan kepada Ummu Sabrina berkaitan dengan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada Daulah Islam, salah satunya ialah sebuah artikel yang berjudul “Surat Dari Muslimah Yang Hijrah ke Wilayah ISIS Kepada Abu Bakar al-Baghdadi” yang dimuat oleh situs-situs para pendengki Daulah.
Semoga dengan kisah yang dituturkan secara tulus dan jujur oleh Ummu Sabrina berikut ini dapat mencerahkan, menambah wawasan ilmu serta membantah tuduhan keji kepada Daulah Islam. Aamiin.
KISAH UMMU SABRINA DI BUMI KHILAFAH
Kisah Ummu Sabrina Di Bumi Khilafah diawali dengan bantahan atas tulisan yang dimuat di situs arrahmah dan muqawamah yang berjudul “EKSKLUSIF : SURAT DARI MUSLIMAH YANG HIJRAH KE WILAYAH ISIS KEPADA ABU BAKAR AL-BAGHDADI”
Telah sampai kepada saya sebuah pesan dari member KDI juga dari team admin KDI menanyakan kebenaran mengenai isi surat tersebut. Cukup mengagetkan membaca artikel tersebut. Entah artikel itu asli atau bukan, wallahu a’lam. Namun kemudian muncul keinginan dari diri pribadi untuk memberikan kesaksian sebagai bentuk pembelaan kepada Daulah dan tentu saja pembelaan tersebut berlandaskan karena kecintaan pada Allah dan mengungkap kebenaran serta realita yang terjadi di bumi hijrah, Sham.
Dan karena saya bukan orang yang berwenang untuk memberikan bantahan, kesaksian ini akan saya tulis dalam bentuk cerita sehingga alur dan kronologisnya insha Allah akan lebih mudah difahami oleh teman-teman pembaca setia KDI mengenai bagaimana mekanisme yang dilakukan daulah kepada muhajirin di bumi hijrah dan segala urusan sehari2 yang berkenaan dengan keluarga mujahidin.
Bismillahir rahmaanir rahiim…..
Setelah 2 buah mobil datang menjemput kami yang baru sampai, kemudian kami diantar menuju save house. Bermula dari sana saya berpisah dengan suami. Saya beserta anak-anak tinggal di save house muhajirot sedang suami di save house khusus calon mujahidin yang akan masuk kamp pelatihan militer. Selama 3 minggu saya berada di save house tersebut dan selama itu pula saya bersabar menunggu kabar datang dari suami dan berharap suami datang menengok kami. Rindu dan keluh kesah hanya dapat saya ungkapkan pada Allah saja. Bagaimana saya bisa berkeluh kesah pada sesama muhajirot sedang mereka dari dzahirnya sangat lemah. Banyak diantara mereka yang setiap harinya baik siang ataupun malam hanya diisi dengan menangis karena tidak ada suami datang menengok. Sedang saya dengan anak 4 dan ketika itu anak saya yang terakhir berusia 15 bulan dalam kondisi sakit disusul anak saya yang kedua, 8 tahun juga sakit namun dengan kondisi yang sedang saya hadapi ketika itu saya harus menahan air mata supaya tidak tumpah demi menjaga mental anak-anak.
Lalu apa yang dilakukan oleh mas’ul save house melihat kondisi kami seperti itu?
Mas’ul membawa saya dan 2 anak saya ke rumah sakit. Qodarullah ketika itu anak seorang muhajirot dari Rusia yang berusia 14 bulan memiliki masalah yang sama dengan anak saya. Hingga di rumah sakit, mas’ul bertindak sebagai wali bagi kami. Kami dilarang berbicara bahkan dengan dokter sekalipun dan secara bergantian mas’ul membawa anak2 kami ke ruang periksa dan kami hanya duduk saja di ruangan tersebut. Anak2 kami mendapat pengobatan sampai tuntas hingga harus bolak balik ke rumah sakit hingga 4 kali.
Di luar masalah kesehatan, semua kebutuhan hidup kami ditanggung daulah. Mulai dari makanan pokok hingga kebutuhan anak-anak dan balita berupa susu bayi, susu anak-anak, dan makanan balita. Tidak lupa buah-buahan selalu tersedia setiap hari dan untuk orang dewasa disediakan susu sapi atau susu kambing segar, terkadang disediakan pula yoghurt dan minuman bersoda. Makanan ringan, kue, dan jus disediakan pula.
Selain itu, kebutuhan lain seperti pakaian dan niqob serta kebutuhan mandi seperti handuk dll pun disediakan oleh daulah. Artinya apapun yang menjadi kebutuhan kita selama kita di save house insha Allah akan dipenuhi oleh daulah.
Masuk minggu ke empat saya dipindahkan ke save house di kota Raqqa dikarenakan suami masuk kamp pelatihan militer di kota Raqqa. Setelah hampir 2 minggu di Raqqah barulah saya bertemu suami. Anak-anak begitu senang karena ayah mereka datang menengok setelah 5 minggu tidak bertemu. Pertemuan singkat yang hanya berdurasi mungkin sekitar 2 atau 3 jam sangat membuat kami bahagia. Selama di Raqqa, secara emosional keadaan menjadi lebih baik karena jumat sebagai hari libur menjadi kesempatan bagi kami sekeluarga untuk bertemu dan melepas rindu. Sedang kehidupan kami sehari2 tidak jauh berbeda seperti halnya ketika kami berada di save house yang pertama. Semua kebutuhan kami menjadi tanggungan daulah alias gratis.
Di minggu terakhir bulan Mei, suami datang ke save house untuk menjemput kami. Setelah suami mendapat surat izin dari wali setempat untuk membawa kami sekeluarga keluar dari save house, kami pergi menuju rumah kami di sebuah komplek apartemen di kota kecil bernama Hraria di wilayah Halab.
Suami mendapat tempat ribath yang dekat dari apartemen sekitar 3 km saja jaraknya, sedang dari tempat ribath ke garis depan nusairiyyah mungkin hanya sekitar 500 m saja. Bisa dibayangkan betapa dekatnya apartemen tempat kami tinggal yang masih dalam jarak tembak musuh. Suara tembakan Kalash, doskha bahkan dentuman bom menjadi hal yang biasa kami dengar di siang hari. Terlebih di malam hari suara tersebut menjadi sangat jelas terdengar.
Setelah suami resmi menjadi mujahidin, selain mendapatkan kartu identitas dan kalas kami mendapatkan infaq bulanan yang jumlahnya sudah ditetapkan sesuai kebijakan di wilayah masing-masing. Untuk pasangan suami istri masing2 mendapat $50 dan anak2 termasuk yang belum menikah mendapat $25 per jiwa. Air, listrik, sekolah, dan kesehatan gratis. Termasuk makanan pokok gratis. Kami tinggal mengambilnya di tempat yang sudah ditentukan di komplek apartemen. Begitu pula dengan sekolah dan klinik kesehatan sudah tesedia di dalam komplek. Untuk kebutuhan akan dokter specialist biasanya diantar oleh bagian medis dengan kendaraan daulah. Juga kebutuhan akan transportasi untuk ke luar dari area Hraria sudah disediakan kendaraannya. Setiap pagi jam 9.00 memberangkatkan penumpang hingga tujuan akhir kota Al Bab.
Sekalipun setiap hari harus dikejutkan dengan suara bom atau pesawat jet yang melintas, terbang rendah diatas apartemen namun saya merasa sangat betah tinggal di Hraria. Kehidupan yang tenang, jauh dari hiruk pikuk dan hingar bingar kota besar seperti kota yang pernah saya tinggali sebelumnya di Indonesia. Hingga suatu hari suami pulang ke rumah mengabarkan akan ada penyerangan besar2an untuk merebut kota Aleppo dan bandara Kwerys. Antara senang bercampur kaget mendengar berita tersebut. Senang karena ada kemungkinan Daulah mendapatkan kemenangan hingga tamkin semakin meluas dan tentunya pangkalan militer udara adalah spot penting yang akan sangat menguntungkan jika kita berhasil menguasainya. Kaget mengingat kemungkinan terburuk yang akan terjadi karena letak apartemen yang sangat dekat dengan wilayah yang menjadi target operasi mujahidin, posisi kami hanya terhalang oleh sebuah bukit. Maka bisa teman2 pembaca bayangkan kemungkinan yang akan terjadi tanpa perlu saya jelaskan secara terperinci.
Bulan ramadhan datang dan alhamdulillah kami sekeluarga masih diberi kesempatan menikmati ramadhan di tahun pertama kami hijrah walau mungkin bagi anak-anak terasa lebih berat karena kondisi kami sedang dalam musim panas sehingga waktu siang lebih lama daripada malam hari serta kebiasaan menikmati hidangan ramadhan yang jauh di luar kebiasaan kita sebagai orang Indonesia, tidak ada lagi kolak pisang ataupun es kelapa sebagai hidangan pembuka di kala buka puasa.
Hari pertama shaum suami pergi ribath, saya tidak bisa merengek apalagi menolak. Menginginkan suami menjadi seorang mujahidin tangguh yang diridhoi Allah tentu sebanding dengan konsekuensi yang harus saya terima namun balasan yang insha Allah akan saya terima pun akan sebanding dengan yang sudah saya korbankan. Di sore hari ketika itu saya online sambil menyiapkan menu buka puasa, saya dikejutkan oleh suara tembakan beruntun yang berasal dari doskha. Kala itu, saya rasa semua mobil yang ada di apartemen yang dilengkapi doskha memuntahkan peluru panasnya. Kaget bukan kepalang karena tidak biasanya sampai seperti ini keadaannya. Semua kaca jendela bergetar mengingat posisi tempat saya tinggal yang diapit jalan utama dan parkiran. Dalam hati saya berkata, “apakah yang sedang terjadi? Apakah setan-setan nusairiyyah sedang akan menghadiahkan syahid di hari pertama ramadhan?” Sejam kemudian seorang teman sesama admin di KDI mengirim sebuah pesan, “Ka, ISIS sudah dibubarkan!” Dalam hati saya berkata, “isu murahan apalagi ini!” Lalu teman tadi mengulang tulisannya karena saya hanya diam tidak merespon pesannya. “Ka, ISIS sudah dibubarkan dan Syeikh Al Baghdady telah mendeklarasikan pendirian khilafah!” Saya hanya menjawab, “masa? beneran?” Dan seketika saya menangis ketika teman yang sudah saya anggap seperti adik tersebut menjawab hanya dengan kata iya. Ini artinya suami adalah seorang tentaranya Khalifah seperti yang tetulis pada jaket yang pernah saya hadiahkan padanya. Subhanallah dan saya hanya bisa menangis atas karunia ini.
Di hari ke-lima shaum, ba’da ashar suami pulang ke rumah setelah mendapat izin ziarah yang hanya semalam saja dari mas’ul grup ribath. Waktu yang singkat untuk melepas rindu bagi kami sekeluarga namun waktu singkat itu tidak pernah kami (saya dan suami) sia2kan untuk bercerita dan berbagi informasi. Kembali suami menceritakan rencana iqtiham yang akan dipimpin oleh Abu Muhammad Al Amriki selaku amir kami, komandan perang di wilayah kami. Saya hanya terdiam sambil memikirkan langkah2 apa yang harus saya persiapkan agar saya dan anak2 bisa dan harus siap dengan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Esoknya sekitar jam 6 selepas shubuh suami pergi ribath. Tidak ada yang bisa saya berikan sebagai bekal kecuali sebuah pelukan dan doa. Dari balkon rumah, saya hanya bisa menatap punggung suami yang melangkah semakin menjauhi rumah sambil memanjatkan doa semoga Allah selalu memantapkan hati kami berdua di jalan jihad ini dan mengaruniakan semua yang terbaik bagi kami sekeluarga. Sekitar 3 hari kemudian suami datang ke rumah hanya untuk mengantarkan paket bantuan Ramadhan untuk mujahidin yang sudah berkeluarga dan menetap di sini (photonya pernah saya upload di time line akun facebook Siti Khadijah)
Hari demi hari saya lalui hanya bersama anak2 dan makin hari intensitas helikopter yang berpatroli di atas apartemen kami semakin sering dengan durasi waktu yang cukup lama. Frekuensi suara dentuman bom bahkan efek getaran yang timbul semakin sering dan dapat kami rasakan bahwa posisi jatuhnya bom2 tersebut dari jarak yang semakin dekat dengan apartemen kami. 2 minggu yang penuh dengan kecemasan dan harapan.
Hingga di satu shubuh, hari ke-19 ramadhan seorang teman sesama admin KDI mengkonfirmasi satu peristiwa pada saya mengenai benar atau tidaknya ada ikhwan Indo yang stay di Halab yang syahid di malam 19 Ramadhan? Kaget bukan kepalang membaca berita tersebut, hati dan pikiran langsung tertuju pada suami. Selanjutnya saya hanya bisa menahan tangis ketika teman tersebut menjelaskan ciri2 fisik ikhwan yang syahid tersebut. Semua ciri yang disebutkan ada pada suami. Akhirnya saya habiskan hari ke-19 Ramadhan dengan wajah sedih dan perasaan murung sambil menunggu seseorang datang untuk memastikan berita tersebut. Tanggal 20 Ramadhan Allah mengabulkan permohonan saya. Tidak seperti biasanya saya sangat bahagia mendengar teriakan anak2 karena saya tidak menyukai anak2 yang apabila bermain sambil mengeluarkan suara keras apalagi sampai berteriak2. Terdengar suara pintu diketuk dan saya langsung pergi ke dapur karena khawatir ikhwan yang mengetuk pintu.
“Bu, ayah datang! Ayah pulang!”…. teriakan yang terdengar merdu di telinga. Dari dalam dapur saya hanya bisa tersenyum dan berucap syukur karna masih bisa dipertemukan dengan suami. Tanpa basa basi saya langsung bertanya siapa yang syahid dan suami menjawab Abu Fulan Al Anshory, teman satu grup ribath suami. Seketika itu sambil berdiri saya hanya bisa menangis sambil menutup muka dengan tangan dan suami menceritakan bahwa Abu Fulan tersebut mati dengan wajah sudah tidak bisa dikenali lagi dan sekujur tubuhnya penuh dengan luka karna terkena birmil milik nusairiyyah.
Ada rasa tidak percaya mendengar hal tersebut karna sekitar 2-3 minggu sebelumnya saya bermimpi seorang ikhwan menitipkan Kalashnya pada saya dan meminta saya untuk tetap berjuang di Sham. Lalu saya ceritakan mimpi tersebut pada teman yang saya percaya dan dia menjawab “insha Allah kaka (maksudnya saya) akan ditinggal seseorang, insha Allah akan ada yang syahid”. Teringat akan satu cerita suami. Ketika Abu Fulan Al Anshory tersebut masih hidup, dia pernah berjanji pada suami akan mengusahakan meminta sebuah kalash untuk saya pada Abu Muhammad Al Amriki selaku amir kami. Namun belum sempat dia penuhi janjinya, Allah sudah mengaruniakan syahid padanya, Insha Allah. Keesokan harinya barulah saya tersadar akan mimpi saya tersebut. Mungkin dia ingin menunaikan janjinya walau hanya lewat mimpi. Subhanallah, kembali saya hanya bisa menangis dan tersenyum.
Selain itu, suami pun menceritakan mengenai 3 ribu pasukan Omar Shishani yang telah stay di wilayah kami guna membantu operasi ini. Tak lupa suami menceritakan kegagahan, kehebatan, dan keberanian pasukan Shishani yang didominasi oleh muhajir dari Rusia dan negara2 pecahan Uni Sovyet. Itulah sebabnya mengapa selama beberapa malam terakhir intensitas dentuman bom begitu tinggi dikarenakan meningkatnya aktivitas serangan kepada nusairiyyah pasca kedatangan pasukan Shishani.
Satu cerita disampaikan suami, cerita lucu menurut saya namun jika mengingatnya membuat saya berfikir bahwa sekarang saja dalam situasi yang bisa dibilang normal terkadang mereka harus bersusah payah untuk makan dan buang air besar apalagi nanti jika suatu saat kondisi terburuk terjadi, mungkin mereka harus survive memakan apa saja yang mereka temukan yang bisa dimakan.
Suami bercerita bahwa sebelum malam terjadinya pertempuran yang menyebabkan syahidnya Abu Fulan Al Anshory, teman2 yang berasal dari Indonesia sengaja memasak nasi untuk porsi 2x makan. Sementara bahan masakan yang sudah dipotong2 dan bumbu yang sudah diracik disimpan kembali karena ada kiriman makanan siap santap dari daulah. Mereka lalu berbuka puasa dan lauk pauk yang tadi dikirim daulah masih tersisa. Dalam pikiran saya sudah terbayang rencana mereka untuk sahur tinggal menghangatkan nasi dan sisa lauk pauk serta memasak bahan yang sudah disiapkan sore kemarin. Ba’da isya secara mengejutkan datang rombongan ikhwan berpakaian seragam yang sebelumnya sudah diberikan daulah untuk seluruh mujahidin di wilayah Hraria disertai dengan atribut dan persenjataan lengkap menandakan akan dilaksanakan iqtiham. Malam itu menjadi malam pertama di bulan Ramadhan yang sangat seru bagi suami. Tembakan dari kalash menjadi level tembakan yang paling rendah. Bergantian, saling membalas menembak antara tentara khalifah dengan tentara nidham. Tidak hanya mendapatkan tembakan balasan dari PK dan tank namun mujahidin mendapatkan hujan tembakan bahkan birmil yang berasal dari jet tempur F-16 milik nusairiyyah. Hingga mendekati waktu sahur pertempuran masih berlangsung. Salah seorang teman suami menghampiri suami dan berkata, “Kang, sahur dulu. Yang lain sudah sahurnya”. Suami akhirnya meninggalkan lokasi pertempuran menuju base camp grup ribath dengan berlari sambil tetap dihujani tembakan. Datang ke base camp, ternyata rumah yang menjadi base camp telah hancur. Memasuki wilayah dapur, ternyata dapur sudah berantakan tidak ada yang tersisa, makanan yang semula direncanakan untuk sahur sudah tidak berwujud lagi. Makanan tidak ada selanjutnya mencari air minum.Namun ternyata air minum pun sudah tidak tersedia karena torn-nya sudah hancur ikut terkena birmil. Sambil tertawa suami lalu berkata, “Pokonya rame kaya di film action, bu. Klo di film mah Rambo ada karena skenario, klo ayah mah jadi rambo beneran tanpa skenario, ga ada makanan, ga ada air. Pokonya alhamdulillah seru pisan. Ibu mah pasti kabita we”. Sambil tersenyum saya menjawab, “ntar ibu mah mo nyuratin Amriki lagi biar ngizinin ibu ngeliput langsung”. Suami lalu menimpali, “minta kalash dulu sana baru minta izin ikut tempur”. Kemudian kami hanya saling meledek dan akhirnya tertawa karena kejadian yang dialami suami. Dalam hati berkata betapa berat perjuangan mereka demi mendapat ridho dan syurganya Allah.
Mendapatkan libur 3 hari suami dihabiskan di rumah. Satu kecelakaan kecil menghiasi kebersamaan kami berdua. Kami mendapatkan kecelakaan motor sepulang dari dewan sharie kota Al Bab guna mencari informasi mengenai lafadz bai’at pada khalifah. Saya hanya mendapat benturan di kepala dan trauma tulang serta l luka kecil di tangan dan lutut sementara suami luka cukup parah di tangan dan kaki. Kemudian penduduk sekitar menolong kami berdua. Saya menunggu di rumah anshor sementara suami dibawa menuju dokter oleh seorang anshor lainnya. Selesai mendapat pengobatan, suami datang ke rumah tempat saya menunggu ditemani 3 orang mujahidin lain. Rupanya daulah mengirimkan bantuan untuk membawa kami pulang ke rumah. Motor yang rusak berat kami tinggalkan di TKP tanpa sedikitpun kekhawatiran motor akan hilang. Dan alhamdulillah semua kerusakan bahkan beberapa bagian diganti dengan onderdil baru semua gratis menjadi tanggungan daulah. Kami tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk memperbaiki kerusakan pada motor.
Senin ba’da shubuh, 3 ramadhan suami kembali pergi untuk menjalankan tugasnya dengan kondisi luka-luka dan seperti biasa saya hanya bisa menatap punggung suami seraya berdoa semoga istiqomah selalu mendampingi kami dan syahid insha Allah datang menjemput kami.
Senin ba’da shubuh, 3 ramadhan suami kembali pergi untuk menjalankan tugasnya dengan kondisi luka-luka dan seperti biasa saya hanya bisa menatap punggung suami seraya berdoa semoga istiqomah selalu mendampingi kami dan syahid insha Allah datang menjemput kami.
Sepeninggal suami, subhanallah saya merasa status janda siap menjemput di depan mata. Malam harinya, walaupun pada saat itu apartemen bukan sasaran musuh tapi helikopter dan suara jet tempur F-16 terdengar jelas dari tempat saya tinggal. Dentuman bom jelas terdengar pula. Malam itu saya hanya menghabiskan malam dengan mengingat suami dan kebaikannya. Allah begitu sayang pada saya hingga mengaruniakan seorang lelaki yang sangat jarang bicara, selama 13 tahun kami menikah jarang sekali kami bertengkar. Sekalipun bertengkar, tidak pernah suami membentak apalagi sampai menampar atau melakukan tindakan fisik pada saya. Apa yang menjadi masalah kami bicarakan lewat surat atau lewat inbox facebook padahal kami masih tinggal serumah. Lucu memang, tapi begitulah cara kami menyelesaikan masalah. Kami menghindari berbicara langsung karena khawatir tidak dapat menahan emosi hingga akhirnya saling membentak dan terdengar oleh anak-anak. Maklum rumah kami bukanlah rumah mewah nan luas hanya rumah kontrakan berukuran 5m x 5m. Terima kasih yaa Allah karena Engkau anugrahkan suami yang begitu pengertian dan menghargai istri.
Selasa pagi dentuman bom masih terus terdengar. Tidak seperti biasanya karena aktivitas saling menyerang biasanya terjadi sampai mendekati waktu shubuh terkadang beberapa saat setelah shubuh. Hari itu sampai sekitar jam 10.00 intensitas masih cukup tinggi. Selepas dhuhur sampai ashar terdengar beberapa kali dentuman bom. Selesai berbuka puasa dan sholat maghrib seperti biasa saya bercakap-cakap dengan teman-teman admin KDI, selain karena ada beberapa hal yang memang harus saya urus dan selesaikan juga saya selalu meng-update seputar pemberitaan media Indonesia mengenai daulah dan jihad Indonesia.
Malam itu saya online ditemani bisingnya suara helikopter, sesekali F-16 yang melintas dan dentuman bom jarak jauh. Qodarullah ketika itu jam 11.00 malam waktu Suriah dan saya berkata pada salah seorang teman admin, “masha Allah, malam ini kq banyak sekali bom. Hasbunallah wa ni’mal wakiil”. Lalu teman tersebut menjawab, “coba kita tengok dulu twitter Halab siapa tau ada update.” Sesaat kemudian teman saya lalu berkata, “bu, al bab lagi dibom!”. Memang Al bab bukanlah kota yang jauh dari tempat saya, hanya berjarak 30 menit dengan mengendarai motor. Prediksi saya waktu itu adalah karena mujahidin membombardir sasaran, nusairiyyah lalu membalasnya di kota lain dan itu adalah hal yang biasa.
Keesokan paginya rabu 25 Ramadhan, seperti yang pernah saya update di akun facebook saya kembali aktivitas saling mengirim ‘paket’ semakin tinggi. Sepertinya tempat ribath terdekat yang mungkin saja tempat ribath suami sedang memanas. Jarak yang begitu dekat dengan apartemen membuat getarannya terasa ke tempat saya. Sementara di langit Hraria tak henti-hentinya sejak semalam dihiasi pesawat-pesawat milik tentara setan Assad.
Siang itu saya tidak berhasrat untuk memasak dan yang saya lakukan hanya berselancar di dunia maya untuk mengetahui update situasi wilayah tempat saya tinggal, Halab. Saya yang memang sejak di Indonesia tidak pernah keluar rumah kecuali ditemani suami meminta anak saya untuk pergi ke warung membeli telur. Pulang dari warung mereka datang dengan terengah2 sambil berkata, “ibu, kita harus siap-siap untuk mengungsi, 30 menit lagi Abu Fulan Al Tazikistan akan datang menjemput kita”. Saya lalu meminta anak saya yang laki-laki untuk mengkonfirmasi hal tersebut pada Abu Fulan Ash Shamy yang tinggal satu gedung dengan saya. Dia lalu mengatakan bahwa benar seluruh penduduk Hraria yang wanita dan anak-anak wajib pergi mengungsi atas perintah amir/wali Hraria demi keselamatan karena kondisi yang semakin memanas sehingga tidak memungkinkan bagi kami tetap tinggal di sekitar lokasi apartemen.
Daulah menyiapkan beberapa bis dan kami didata terlebih dahulu sebelum masuk bis. Saya sendiri mendapatkan jam keberangkatan sekitar jam 9.30 malam. Sebetulnya saya tidak ingin pergi mengungsi karena saya sangat ingin mengetahui kondisi sebenarnya ketika saling menyerang namun apa boleh buat karena itu perintah amir maka dengan sedikit perasaan menyesal saya dan anak-anak pergi mengungsi.
Bagi saya pribadi perjalanan menuju tempat pengungsian merupakan pengalaman yang mengesankan dan seru walaupun sebetulnya jurit malam dan kegiatan pelatihan fisik dan mental berbau semi militer sudah sering saya lakukan ketika saya masih sekolah di salah satu STM favorit di Bandung dulu karena almamater saya memang dikondisikan dalam suasana tingkat kedisiplinan yang tinggi. Betapa saya katakan mengesankan dan seru karena ini adalah perjalanan saya di malam hari dengan situasi menegangkan yang kedua kalinya setelah yang pertama percobaan melewati pagar kawat perbatasan disertai penjagaan tentara Turki yang cukup ketat.
Qodarullah saya mendapatkan bis yang cukup ‘bagus’. Beberapa kali bis mogok dan akhirnya berjalan dengan tersendat2 karena mesin bis yang sudah tidak mampu untuk dijalankan namun terpaksa harus bekerja. Dan beberapa kali pula bis terpaksa berhenti namun bukan karena mogok tapi karena ada pesawat melintas yang mungkin sedang mengintai sasaran atau hendak menembak. Alhamdulillah saya memiliki anak-anak yang sholeh dan sholeha, di tengah malam gelap dengan kondisi panas berkeringat karena bis yang tanpa AC dan selalu berhenti serta kami kehabisan air minum, anak-anak tidak lantas merengek-rengek apalagi menangis termasuk anak saya yang paling kecil berusia 19 bulan hanya diam memeluk saya. Menyaksikan mereka seperti itu ingin rasanya menangis, bukan karena situasi sulit yang sedang kami hadapi tapi karena melihat sikap mereka yang begitu tabah dan mengerti bahwa menangis dalam kondisi seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah atau membuat keadaan menjadi lebih baik. Saya bukan orang yang mudah menangis dan suami saya mengajarkan pada anak-anak untuk tidak menyia-nyiakan air mata, gunakan air mata hanya untuk Allah, menangis hanya karena Allah. Terima kasih yaa Allah karena Engkau anugrahkan kepada kami berdua anak-anak yang insha Allah sholeh dan sholeha.
Akhirnya kami sampai di pengungsian sekitan jam 3.00 dini hari. Perjalanan yang memakan waktu cukup lama hampir 6 jam padahal jika siang hari hanya ditempuh dalam waktu +/- 2 jam saja. Masuk salah satu rumah, kami langsung dihidangkan nasi kabsah dan daging ayam. Tidak lupa kurma dan minuman ringan bersoda menyertai menu sahur kami dibawa oleh dua orang wanita. Alhamdulillah saya bersama sekitar 5 wanita dewasa dan 2 remaja putri, 8 anak2 masih bisa menikmati lezatnya hidangan tersebut. _____ (mungkin diantara teman2 yang membaca ini ada yang membayangkan suasana pengungsian yang saya alami seperti layaknya pengungsian korban banjir di Indonesia yang ditempatkan pada satu barak luas dengan kondisi makanan, obat2an, keperluan tidur dan mandi yang terbatas dan kekurangan. Maka di sini saya jelaskan bagaimana suasana pengungsian yang saya alami. Kami ditempatkan pada satu komplek perumahan dengan penjagaan ketat)_____ Setelah melaksanakan sholat shubuh, dirumah yang tanpa dilengkapi ruang tamu hanya memiliki 2 kamar, sebuah dapur, toilet, dan kamar mandi tersebut kami tidur, beristirahat melepas lelah setelah perjalanan semalam.
Sekitar jam 9.00 datang 2 orang wanita yang mengatakan bahwa sebagian dari kami harus pindah. Akhirnya saya dan anak2 bersama 2 wanita dewasa lain dan 4 orang anak dipindah ke rumah yang lebih besar. Rumah dengan tiga kamar yang dikelilingi kebun yang ditanami pohon delima, zaitun, dan tiin. Setiap harinya kami tidak dipusingkan dengan memikirkan menu apa yang perlu kami masak untuk sahur dan buka puasa karena setiap menjelang sahur dan buka puasa datang mobil yang mengantarkan hidangan yang siap kami santap, tidak lupa dikirim pula buah2an dan minuman bersoda. Kadang saya bosan dengan hidangan yang dikirim karena selalu memakai daging kambing, sementara saya kangen berat dengan nasi.
Sesekali datang kiriman snack, yoghurt dan juice kemasan. Selain itu semua kebutuhan yang kami perlukan selama kami di pengungsian menjadi tanggungan daulah. Kami tinggal menulis daftar kebutuhan dan menyerahkannya pada mujahidin yang bertugas mengurusi seluruh keperluan pengungsi. Seperti saya contohnya yang memiliki anak banyak, saya menulis semua kebutuhan saya dan anak-anak mulai dari susu bayi, susu untuk anak saya yang lain, popok sekali pakai, mie instan, dll dan mereka memenuhinya. Bahkan ketika saya meminta sebuah water heater, mereka membelikan baru untuk saya. Hmmm, betapa daulah sangat memahami bagaimana mengurusi kami warganya yang sedang dalam pengungsian.
Sejak rabu kami diungsikan hingga tiba hari minggu tidak ada sedikitpun kabar datang mengenai progress di Hraria dan kabar mengenai suami. Yaa kembali saya harus melakukan penguatan sabar dan pasrah karena bisa dipastikan Idul Fithri tahun ini akan saya lalui hanya bersama anak-anak dan pengungsi lainnya tanpa kehadiran suami.
Idul Fithri pun tiba. Sesuai prediksi lebaran pertama di tanah hijrah tanpa kehadiran suami, menyedihkan. Tapi Alhamdulillah semua itu terobati dengan suasana gembira melihat anak-anak anshor yang memakai pakaian baru serta parfum padahal dalam keseharian mereka bisa dibilang jarang mandi dan dekil.
Sementara itu dari daulah melalui mujahidin yang mengurus seluruh kebutuhan kami datang mengirimi kami banyak makanan. Insha Allah saya masih ingat betul, kami dikirim nasi dalam porsi besar dan 4 ayam bakar utuh. Selain itu dikirim pula berbagai macam kue, permen dalam kantong besar dan tentunya kuaci cemilan khas Suriah, teman minum teh sambil ngobrol.
Di pagi itu salah seorang pengungsi asal Suriah bersama anak-anaknya meninggalkan pengungsian karena menantunya yang berasal dari Yordania menjemputnya untuk tinggal di Raqqa. Tinggallah saya bersama anak-anak dan seorang wanita Suri yang berusia 18 tahun yang telah memiliki anak berumur 2 tahun.
Ba’da Idul Fithri sepertinya hanya saya yang tidak sibuk mencari rumah baru dan izin pindah. Saya tidak tahu harus mencari rumah baru kemana dan juga tidak tahu bagaimana prosedurnya. Maklum modal saya hanya bahasa Inggris, bahasa Arab bisa seadanya tapi di sini tidak semua bisa berbahasa arab. Entah mereka menggunakan jenis bahasa arab apa saya tidak tahu. Hari bertambah hari semakin banyak pengungsi yang pergi karena sudah mendapat rumah baru dan saya tetap bertahan di rumah itu tanpa sedikitpun pernah menerima kabar tentang suami. Saya kadang berfikir apa mungkin suami tega membiarkan saya dalam kondisi bingung tanpa kabar sedikitpun? Sebagai seorang muslimah yang tinggal di wilayah syariah sudah barang tentu harus mengedepankan husnudzon. Saya berfikiran mungkin ada pertimbangan lain dari suami hingga tidak datang menengok atau mungkin kebijakan lain yang ditetapkan daulah hingga para suami tidak diizinkan menengok.
Waktu itu saya serumah juga dengan tiga orang kakak beradik asal Suri. Ummu Fulan yang paling tua telah mempunyai empat orang anak, disamping itu ia pun mengurusi kedua adiknya yang berumur 17 tahun dan 14 tahun, keduanya sedang hamil muda. Adiknya yang berumur 17 tahun menikah dengan seorang muhajir berusia 30 tahun asal Mesir. Dia terlihat sehat tanpa ada keluhan layaknya ibu2 yang tengah hamil muda namun kesehariannya selalu diisi dengan menangis karena rindu pada suaminya yang tak kunjung datang menengok. Sementara sang adik yang berusia 14 tahun bersuamikan seorang jazrowiyin berusia 30 tahun. Kehamilannya membuatnya sering sakit dan muntah-muntah. Kendati begitu, walaupun dalam pengungsian kita tidak perlu khawatir jika ada keluhan kesehatan atau menderita satu penyakit. Kita tinggal bilang pada pengurus bahwa kita sakit apa lalu mereka akan datang membawakan obat. Kalaupun setelah dua hari kita tidak kunjung sembuh kita tinggal bilang pada pengurus kita butuh pergi ke dokter. Seperti halnya yang dialami adik dari Ummu Fulan, tiga kali pengurus membawanya ke dokter kandungan.
Sementara saya, tidak ada lagi yang saya butuhkan atau permintaan khusus pada daulah. Daulah sudah sangat baik dan peduli pada warganya di pengungsian. Satu hal yang saya butuhkan adalah internet untuk mencari tahu kabar suami. Hingga di hari sabtu siang, 6 syawal saya mengirim surat pada pengurus agar saya bisa pergi ke tempat yang menyediakan koneksi internet. Sore harinya datang mobil yang bertugas mengirim makanan sambil membawa pesan untuk saya bahwa saya bisa pergi ke tempat yang menyediakan internet. Senang bukan main mendapatkan kemudahan itu hingga saya lupa membawa pistol. Memang bagi kami termasuk wanita yang memiliki silah wajib membawanya kemanapun kita pergi.
Saya pergi bersama anak lelaki saya yang berusia 8 tahun didampingi seorang mujahidin. Setelah +/- berjalan 4 km sampailah kami di tempat yang dituju dan hari sudah gelap serta dingin. Terdengar suara adzan maghrib dan internet tersambung.
Seketika saya membuka sebuah messenger dan mendapati sebuah pesan dari suami bahwa hari jum’at sebelumnya suami sempat menengok ke apartemen namun mendapati apartemen sudah kosong. Suami menuliskan sesuatu ‘Pesen ayah, yang sabar dan istiqomah, apapun kondisinya di tempat pengungsian, insha Allah semua itu bisa menjadi penebus fitnah di alam kubur dan padang mahsyar nanti’. Pesan yang hanya berjumlah lima baris itu diakhiri dengan ucapan Taqabalallahu minna wa minkum, Selamat Iedul Fithri. Tidak ada kata2 yang bisa mengungkapkan perasaan saya kala itu hanya air mata yang menetes setelah membaca pesan itu. Saya tidak membalas pesan suami secara panjang lebar, saya hanya mengatakan bahwa saya ingin pulang ke Hraria. Sementara ikhwan yang mengantar saya hanya bisa mengatakan, “ukhti, laisa tabqi insha Allah khoyr”.
Saya lalu membuka akun facebook dan menghubungi rekan sesama admin KDI, meminta tolong padanya untuk menghubungi suami dikarenakan tidak setiap hari saya bisa pergi ke internet cafe untuk mengabarkan kondisi saya yang sempat sakit akibat kecelakaan motor yang saya alami bersama suami beberapa minggu sebelumnya. Menjelang isya, sekitar jam 9.30 malam saya sampai di rumah dengan kaki yang lumayan terasa pegal-pegal. Teman sekamar lalu menyediakan makan malam untuk saya dan anak lelaki saya. Anak perempuan saya yang paling besar langsung menanyakan kabar ayahnya begitu saya sampai. Sementara anak perempuan saya yang berumur 6 tahun dan bayi saya sudah tertidur pulas.
Keesokan harinya, minggu, Ummu Fulan beserta anak-anaknya dan kedua adiknya meninggalkan pengungsian pindah ke rumah barunya sedangkan teman sekamar saya di hari selasa dijemput oleh suaminya untuk pulang dan tinggal di rumah orang tuanya. Tinggalah saya dan anak-anak yang tersisa di rumah itu.
Masih saya ingat dengan jelas di hari senin sekitar jam 3.00 sore pengurus mengirim kami sebuah dus besar yang sangat berat untuk diangkat. Setelah kami buka ternyata berisi beras kemasan 5 kg, minyak goreng 4 ltr, margarine 2 kg, pasta spaghetti 1 kg, pasta tomat, gula, teh, garam dan berbagai makanan instan dalam kemasan kaleng seperti tuna, kornet, dan kacang2an (sangat disayangkan saya lupa untuk mendokumentasikannya). Selang beberapa jam, sekitar ba’da maghrib kami dikirimi lagi sebuah dus yang berisi sabun cuci piring beserta sponge, detergent, shampo, sabun mandi, sebuah penggorengan, dan sebuah kompor listrik.
Di selasa sore, salah seorang pengurus sambil memberikan jatah makan sore mengatakan bahwa mulai besok rabu tidak akan dikirim lagi makanan matang, mungkin karena jumlah pengungsi yang sudah sedikit atau mungkin ada pertimbangan lain saya tidak tahu yang pasti kebutuhan-kebutuhan lainnya tetap dipenuhi seperti biasanya.
Sepeninggal teman sekamar saya memasak. Di hari kamis, seperti biasanya setelah sholat shubuh saya membangunkan anak-anak untuk sholat shubuh. Tidak seperti biasanya, pagi itu rasanya malas sekali untuk merendam pakaian kotor. Aktivitas kemudian saya lanjutkan di dapur, memasak ditemani anak perempuan saya yang paling besar untuk sarapan kami sementara anak-anak yang lain saya suruh mandi. Acara memasak selesai dan kami langsung bergegas sarapan.
Ketika sedang menikmati sarapan terdengar gerbang rumah diketuk. Saya lalu meminta anak lelaki saya keluar menemui tamu yang datang. Tidak lama kemudian anak saya datang membawa kabar bahwa mereka datang untuk menjemput kami pulang ke Hraria. Betapa bahagianya saya waktu itu, pulang ke Hraria bagaikan cita-cita yang sudah sangat lama saya dambakan. Saking bahagianya saya sampai menangis karena teringat do’a2 yang saya panjatkan, terlebih di malam hari yang baru saja dilewati yang ketika itu saya menangis merasa sangat down, mengadu pada Allah bahwa saya merindukan suami, merindukan perjumpaan dengan suami, dan merindukan Hraria. Alhamdulillah di pagi harinya sang pengabul do’a, sang penggerak hati manusia mengabulkan do’a saya. Subhanallah wal hamdulillah.
Setelah hampir 3 jam menempuh perjalanan sampailah kami di Hraria. Memasuki gerbang komplek apartemen seperti biasa si mujahidin tua, begitu saya biasa memanggilnya sedang berjaga di pos di samping gerbang. Saat itu saya melihatnya tengah mengobrol bersama teman satu mu’asykar suami, Abu Fulanah At Tounisi. Mobil berjalan terus menuju gedung tempat kami tinggal. Saya mengamati keadaan sekeliling begitu sepi, kaca jendela dan krey banyak yang pecah dan rusak.
Turun dari mobil mata saya langsung tertuju pada balkon yang sudah bolong tanpa pintu dan krey. Ketika memasuki rumah, saya hanya bisa diam terpaku melihat kondisi balkon yang sangat kotor dan berdebu. Entah berapa puluh bangkai kecoa yang tergeletak mati di lantai balkon. Setelah barang-barang selesai dibawa masuk, saya tidak langsung bergegas bersih-bersih dan saya pun tidak ingin melihat kondisi bagian lain dari rumah kami yang bisa saya prediksikan hancur dan berantakan. Saya hanya duduk sambil menunggu suami datang. Anak-anak pun hanya duduk saja mungkin karena lelah setelah perjalanan yang cukup jauh.
Setelah satu jam menunggu, suami tak kunjung datang. Lalu saya meminta anak lelaki saya untuk pergi ke gerbang meminta tolong pada Abu Fulanah At Tounisi supaya dipanggilkan Abu Muhammad alias Abu Shabrina untuk pulang. Rupanya mujahidin tua yang berjaga di depan tersebut salah memahami perkataan anak lelaki saya. Tak lama datang Abu Fulanah At Tounisi ke rumah menanyakan ada masalah apa? Butuh pertolongan apa? Saya yang bersembunyi di dapur (balkon dan dapur terletak di bagian depan rumah berdampingan. Barulah bagian belakang rumah tiga kamar tidur, toilet, dan kamar mandi) sementara Abu Fulanah At Tounisi dibawa masuk anak lelaki saya menuju kamar. Terdengar dia membereskan dan membersihkan pecahan kaca. Hmmm, rupanya dia juga salah memahami perkataan anak lelaki saya.
Akhirnya saya memanggil anak saya yang sedang menemani Abu Fulanah At Tounisi untuk membawanya berbicara dengan saya. Dari balik pintu dapur saya berbicara dengannya lalu saya katakan saya hanya membutuhkannya untuk memanggil suami saya pulang karena saya membutuhkan suami saya untuk membetulkan beberapa bagian dari rumah kami yangmembetulkan beberapa bagian dari rumah kami yang hancur dan saya katakan pula padanya tidak mungkin saya menerima bantuannya untuk membersihkan pecahan kaca. Abu Fulanah At Tounisi memang seorang pria yang baik. Istrinya berkawan baik dengan saya karena kami menghabiskan waktu bersama selama 10 minggu di save house. Pasangan suami istri tersebut selalu memanggil saya dengan panggilan Aisha Andunisiy karena berbarengan dengan kami ketika di save house ada juga Aisha yang lain, Aisha Turkey dan Aisha Rusky.
Kembali menunggu datangnya suami. Alhamdulillah tak lama kemudian terdengar suara pintu diketuk dan ternyata suami yang datang. Ingin rasanya memeluk suami namun itu hanya sebatas niat saja. Bagaimana mungkin saya rebutan dengan anak-anak yang saya lihat berlarian menyambut kedatangan ayah mereka.
Saya baru tersadar bagaimana berantakannya rumah kami setelah saya membuntuti suami masuk ke bagian belakang rumah. Semua kaca jendela kamar pecah dan lantai dipenuhi dengan pecahan kaca dan bangkai kecoa. Siang itu suami datang hanya untuk membersihkan pecahan kaca yang masih menempel di jendela serta membersihkan pecahannya yang berserakan di lantai kamar sementara balkon tetap tanpa pintu hanya suami tutup dengan selimut. Waktu yang tersisa tidak cukup untuk membetulkan krey yang rusak karena suami harus kembali ke tempat ribath sebelum waktu maghrib tiba. Bagi saya kondisi seperti itu adalah karunia karena itu tandanya suami akan datang kembali esok hari.
Kami membereskan dan membersihkan rumah sambil mengobrol. Akhirnya terjawab sudah mengapa suami tidak datang menengok selama kami di pengungsian. Hal itu dikarenakan lokasi pengungsian yang dirahasiakan dari para suami. Sebagian kecil dari mujahidin yang sudah berkeluarga memang mengetahui lokasi pengungsian dikarenakan mereka termasuk para suami yang kala itu memiliki kesempatan mengantar keluarganya ke lokasi pengungsian.
Selain itu, tak lupa suami memberikan uang infaq bulanan yang diberikan daulah untuk setiap mujahidin. Betapa kagetnya saya ketika menerima uang dari suami. Bulan ini kami menerima jumlah yang sangat banyak, 2x lipat dari biasanya. Jika biasanya kami menerima $200 atau sekitar 34.000 – 36.000 lyra Suri, bulan ini kami mendapat infaq sebesar $410. Suami menjelaskan bahwa bulan ini memang ada ‘bonus’. Biasanya untuk pasangan suami istri masing2 mendapat $50 dan masing2 anak atau yang belum menikah mendapat $25 maka bulan ini untuk suami mendapat $150, istri mendapat $100, dan setiap anak mendapat $40.
Subhanallah, saya tidak pernah membayangkan ada semacam THR di daulah dan sebelumnya ketika beberapa hari ramadhan baru saja mulai, daulah memberikan semacam bingkisan berisi bahan makanan dan berbagai kebutuhan dapur lainnya (photonya pernah saya upload di akun facebook siti khadijah)
Setelah 4 jam di rumah, sekitar jam 6.00 sore suami kembali ke tempat ribath. Alhamdulillah malam hari kami lalui dengan tenang dan sepi tanpa sambutan dari pesawat jet ataupun dentuman bom. Esoknya suami datang kembali ke rumah. Sama seperti hari sebelumnya, hari ini pun datang hanya untuk membetulkan bagian rumah yang rusak. Waktu yang tersisa kami gunakan untuk bertukar informasi dan menceritakan pengalaman kami masing2 selama hampir tiga minggu berpisah.
Tiba waktunya makan sore. Karena tidak tersedia bahan makanan untuk dimasak, saya hanya membuat orak arik telur. Walaupun dengan lauk ala kadarnya, alhamdulillah terasa nikmat dan membuat saya bahagia. Saya bersyukur karena Allah masih memberikan saya kesempatan untuk bercengkrama dengan suami dan anak2 sebagai satu keluarga yang utuh. Suami selesai makan paling duluan lalu pergi ke kamar untuk menyiapkan perlengkapan yang harus dibawa ke tempat ribath sementara saya sambil menyuapi anak yang paling kecil harus mengawasi piring besar tempat kami makan karena khawatir anak2 tidak menghabiskan makanan. Belum juga kami selesai makan, tiba-tiba terdengar suara bom yang sangat keras menandakan bom jatuh dengan jarak yang sangat dekat dengan kami.Krey balkon yang baru saja dibetulkan kembali rusak dan balkon rumah kami dipenuhi dengan kepulan debu dan acara makan pun dengan terpaksa kami hentikan. Suami pun membetulkan krey balkon yang kembali rusak sebelum akhirnya pergi ribath. Sebelum pergi, suami berpesan agar kami tidak takut dengan setiap bom yang datang. Caranya yaitu dengan tidak membuat maksiat.
Hanya selang beberapa menit setelah suami pergi, terdengar pintu diketuk. Ternyata suami datang membawa kabar bahwa mujahidin yang bertugas ribath di gerbang komplek apartemen meminta saya dan anak-anak pergi mengungsi kembali. Yaa Allah, baru saja kemarin siang saya sampai rumah dan sore ini harus kembali mengungsi? Saya hanya menghela nafas panjang. Suami ditemani anak lelaki kami yang paling besar kemudian pergi untuk mengurusi mobil yang sedianya akan kami pakai untuk pergi mengungsi namun karena hari itu hari jum’at waktunya libur bagi yang bertugas di maqor, maka salah seorang diantara mereka mengatakan insha Allah besok pagi mobil siap untuk mengantar kami.
Sempat sedikit marah dengan yang suami kabarkan bahwa kami harus pergi esok hari karena bisa dipastikan saya akan kembali sibuk mengangkut barang-barang disamping harus menggendong anak saya yang terkecil. Namun akhirnya saya menyeringai malu ketika suami berkata, “malam ini ayah ribath di rumah, jagain ibu sama anak-anak”. Bagaikan anak kecil yang kegirangan karena dihadiahi lolipop, dalam hati saya berteriak “alhamdulillah, assyyyyiiiiiikkk”. Yaa memang selalu ada hikmah dari setiap kejadian tapi terkadang manusia melupakan hal tersebut karena emosi.
Hikmah ke-dua saya rasakan esok harinya, suami menemani kami ke lokasi pengungsian. Artinya tidak seperti sebelumnya, kali ini jika di kemudian hari memiliki kesempatan suami bisa datang untuk menengok kami. Hari itu saya mendapatkan pengalaman lucu. Jika mobil yang biasa kami gunakan yang berjenis double cabin, kali ini mobil yang tersedia adalah jenis pick up kambing. Saya katakan pick up kambing karena ukuran mobil yang mini mungkin hanya 1000 cc dan saya sering melihat pick up dengan fisik demikian digunakan masyarakat di sini untuk mengangkut kambing. Mobil berjalan sangat lambat karena mungkin akibat muatan yang terlalu berat. Pada waktu itu ada tiga keluarga termasuk keluarga kami yang diungsikan kembali. Anak-anak menempuh perjalanan dengan mobil tersebut sedang saya bersama suami dan si bungsu mengendarai motor.
Tiba di lokasi pengungsian saya langsung menempati rumah yang sebelumnya saya tempati. Tidak saya sangka ternyata Ummu Fulan bersama salah satu adiknya yang bersuamikan seorang jazrowiyin kembali ke rumah itu. Dia menceritakan bahwa Al Bab sedang mendapat banyak serangan bom termasuk diantaranya komplek pemukiman mujahidin. Hal ini yang menyebabkannya kembali ke rumah pengungsian. Sementara suami setelah sejenak melepas lelah kembali pulang ke Hraria menuju tempat ribath.
Setelahnya kembali saya menjalani hidup sebagai pengungsi selama 2 minggu dan di kemudian hari ketika saya melihat banyak rumah kosong yang sudah ditinggal pengungsi lain, saya meminta kepada pengurus untuk memberikan satu rumah khusus untuk saya sekeluarga. Alhamdulillah mereka sangat compromized dan saya diberikan rumah sendiri. Seperti biasa kebutuhan akan sayuran dan buh2an serta makanan lainnya selalu dikirim hingga akhirnya saya meminta dengan paksa pulang ke Hraria, mereka menyediakan mobil yang saya butuhkan dan mengantarkan kami sampai ke rumah.
Sebenarnya sangat dilarang untuk kembali ke Hraria karena keadaan yang sangat berbahaya namun bagi saya tidak ada tempat yang paling pas yang pernah saya tinggali selain Hraria sebagai tempat untuk memupuk dan memantapkan keimanan.
6 hari setelah tinggal kembali di apartemen di kamis pagi yang benar-benar sepi, satu-satunya warung tempat saya memenuhi kebutuhan sehari-hari dibom nusairiyyah. Tepat rasanya jika kemudian saya mengatakan komplek apartemen seperti kota mati karena logistik sudah diputus, dihancurkan setan nusairiyyah dan penduduk akhirnya diungsikan semuanya.
Sampai hari ketika saya serahkan tulisan ini pada teman-teman admin KDI, saya masih bertahan tinggal di apartemen Hraria sekalipun persediaan makanan kami semakin menipis dan setiap malam dalam kondisi mencekam. Satu hal perlu saya tegaskan bahwa Daulah Islam adalah tempat yang aman. Jika sekarang saya dalam kondisi yang tidak aman itu dikarenakan posisi kami yang dalam jarak tembak setan syi’ah dan karena memang suami ditempatkan di tempat yang sangat berbahaya. Saking berbahayanya, banyak diantara mujahidin yang tidak sanggup bertahan dan lalu memilih kabur dari tempat ribath yang ditempati sekarang oleh suami. Insha Allah dalam bebarapa hari ke depan saya akan pindah ke tempat yang lebih aman namun sepertinya suami akan tetap tinggal di Hraria.
Kesaksian ini saya rasa sangat adil mengingat surat dalam artikel situs sahawat tersebut ditulis oleh muhajirot dan bantahannya pun ditulis oleh muhajirot dan bahkan pernah dalam kondisi mengungsi sehingga insha Allah pembaca setia KDI akan mengetahui betapa baik dan perhatiannya Daulah kepada kami.
Saya, Siti Khadijah aka Ummu Shabrina yang bertanggung jawab atas tulisan ini. Dan bagi penulis yang tulisannya dimuat di situs sahawat murtad tersebut, Insha Allah kita akan bertemu di mahkamah milik Allah untuk mempertanggung jawabkan setiap kata yang telah kita tulis.
Hraria-Halab, 13 Dzulqoidah 1435 / 9 September 2014
Sumber :FP Khilafah dawla Islamiyah

Tata cara kufur kepada Thoghut

🌹Jika engkau bertanya tentang tata cara Wudhu dan Sholat yang sesuai dengan tuntunan Nabi SAW, maka Ustad Ustad layar kaca akan berebutan untuk menjawab.
🌹Jika engkau bertanya tentang tata cara pelaksanaan Haji dan Umroh, maka Ustad Ustad selebriti akan saling bersahutan untuk menjawab dan saling membenarkan.
⚠️Tetapi....Jika engkau bertanya tentang tata cara kufur kepada Thoghut serta bertanya tentang jenis jenis dedengkot thoghut berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah, maka hanya Ustad Ustad yang ada dibalik jeruji besi yang bisa menjawabnya.
Kenapa???
Karena itulah pondasi dasar dari Aqidah Islam yang lurus....Tanpa mengkufuri thoghut maka Iman seseorang kepada Allah tidak sah...
Kalau Iman kepada Allah tidak sah apakah orang itu masih bisa di sebut Mukmin???
Pada hakikatnya, thoghut penguasa itu akan menyeret rakyatnya kedasar Neraka jahannam kecuali mereka yang berlepas diri darinya.
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : " Beribadahlah kalian kepada Allah saja, dan jauhilah thoghut." ( An Nahl: 36)
Laa ilaaha illallah mengandung dua unsur pokok, laa ilaaha sebagai sebuah nafyun (penafian), yaitu meniadakan hak untuk diibadahi dari segala sesuatu selain Allah dan illallah sebagai sebuah itsbat yaitu menetapkan dan menujukan semua bentuk ibadah kepada Allah semata. Segala sesuatu yang diibadahi selain Allah adalah ilah (tuhan) yang bathil. Islam mwmberi nama thoghut untuk tuhan-tuhan yang bathil yang diibadahi selain Allah.
Keimanan seorang hamba tidak akan sah sampai dia mengkafiri thoghut.
"Maka barangsiapa yang kufur terhadap thoghut dan beriman pada Allah maka dia telah berpegang pada tali (islam) yang sangat kuat (laa ilaaha illallah). QS Al Baqarah: 256.
Makna thoghut adalah setiap hal yang diibadahi/ditaati selain Allah dan dia rela dengan peribadatan/ketaatan itu. Thoghut itu banyak dan pemimpinnya ada lima.
1. Setan yang menyeru untuk beribadah kepada selain Allah.
2. Seorang penguasa zalim yang mengubah hukum-hukum Allah. Dalilnya QS An Nisa: 60.
3. Orang yang memutuskan perkara dengan selain apa yang diturunkan Allah. Dalilnya adalah : "Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang kafir." QS Al Maidah: 44.
4. Orang yang mengaku mengetahui hal-hal yang ghaib selain Allah.
5. Orang yang diibadahi selain Allah dan dia rela dengan ibadah itu. Dalilnya QS Al Anbiya :29.
Thoghut itu ada 3 macam :
1. Thoghut dalam ibadah.
2. Thoghut dalam hukum. " Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang mengaku beriman kepada wahyu Allah yang telah diturunkan kepadamu dan diturunkan sebelummu? Mereka ingin berhukum kepada thoghut padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari thoghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya. (An Nisa: 61)
" Sesungguhnya hak menetapkan hukum itu hanya milik Allah. Dia memerintahkan kalian untuk tidak beribadah kecuali kepadaNya saja. Itulah dien yang lurus." QS Yusuf: 40.
3. Thoghut dalam ketaatan
Dua kalimat syahadat memiliki konsekuensi mengakui Allah dan Rasul Nya sebagai satu-satunya sumber kebenaran yang diikuti, menjadikan Al Qur'an dan As Sunnah sebagai satu-satunya pedoman hidup yang diikuti, dan menolak semua bentuk hukum, undang-undang, adat istiadat atau pedoman hidup yang menyelisihi Al Qur'an dan As Sunnah.
" Maka demi Rabb mu, mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim ( pemberi keputusan) dalam perkara yang mereka perselisihkan , kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusanmu dan mereka menerimanya dengan sepenuhnya." (An Nisa:65)
Thoghut-thoghut modern masa kini adalah isme 2 / ajaran sesat;
Nasionalisme, Demokrasi,komunisme,Pluralisme, sekularisme, humanisme, materialisme, naturalisme, atheisme, komunisme, zionisme, teokrasi, kapitalisme, sosialisme, liberalisme.
Faham-faham thoghut modern ini banyak dianut umat manusia di seluruh dunia, maka jika orang-orang yang mengaku muslim mentaati ajaran thoghut modern ini berarti dia telah keluar dari Islam (murtad).
Maka benarlah firman Allah : " Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kalian menjadi sama dengan mereka." (An Nisa:89)
Astaghfirullahal azhiim...kita berlindung dari perbuatan kekafiran yang menyebabkan masuk neraka jahannam...naudzubillah!

SETAHUN DI BUMI KHILAFAH "




AlhamdulilLah 'Alaa Kulliy Haal

Masih Teringat Dulu Ketika Masih Di Indo Melihat Rilisan Daulah Yang Hampir Setiap Hari Tersedia di Laptop, Hampir Setiap Hari Pula Tak Lupa Mendengar Nasheed Daulah Disetiap Waktu Luang Yang Menemani Hari Hari Di Rumah Kontrakan...
Sesekali Aku Menangis Tersedu Menahan Kerinduan Ketika Melihat & Mendengar Kehidupan Di Bumi Khilafah Yang Di Cintai Orang Orang Yang Beriman ( Aku Yaqin Kalian Pun Begitu )
Setiap Harinya Ku selalu Berharap Semoga Suatu Hari Di Sampaykan Ke Bumi Allah Yang Telah Menerapkan Syariat Islam Secara Kaffah Di Iraq & Syam Kami Pun Sudah Bertekad Bulat Untuk Hijrah Ke Bumi Syam Sebelum Akhir Tahun...
AlhamdulilLah Di Awal Malam Yang Sangat Dingin Akhirnya Doa Kami Pun Terjawab Dan Aku Berhasil Menyeberangi Perbatasan Dengan Perasaan Yang Tidak Menentu ( Disatu sisi Karena Terpisah Dengan Suami Disisi Lain Serasa Masih Berkhayal, Shock Dengan Sejuta Perasaan Yang Sulit Untuk Di Ungkapkan )
Sedikitpun Aku Tidak Menangis Mungkin Karena Masih Shock Capek Dan Seolah Tidak Percaya Antara Iya Dan Tidak Jika Aku Telah Sampai Di Negeri Impian Hingga Akupun Di Inapkan Di Sebuah Maqor ( Rumah Sementara Bagi Muhajir )
Walhamdulillahiwahdah...
Setelah 3 Hari Di Maqor Perbatasan Akhirnya Kami Di Bawa Ke Raqqa...
Di Saat Itulah Di Mobil Aku Mendengar Kembali Nasheed Yang Dulu Pernah Ku dengar Sewaktu Masih Di Negeri Kafir Hindunesyiah
" Abu Bakar Al Baghdadiy Yaa Amiruna " Sontak Air Mata Ku Pun Tanpa Terasa Begitu Deras Membasahi Pipi
Ummahat Turkiy Di Sebelahku Melihat Aku Menangis Ia Pun Ikut Menangis...Perasaan Haru Bahagia Bercampur Jadi Satu Yaa Rabbiy Segala Puji Bagimu Yang Telah Menyampaikan Hamba Yang Lemah Ini
Alhamdulillah Kini Aku Berada Di Sini Negeriy Nya Para Nabi...Di Bumi Khilafah Islamiyyah Negeri Impian Orang Beriman Negeri Yang Di Pimpin Oleh Keturunan Yang mulia Cucu Nabi Muhammad Sallallahu'Alaihi Wa Sallam ( Syaikh Ibrahim Ibn Awwad Al Badri Al Husayni Al Qurayshi Al Baghdady )
Di Sepanjang Perjalanan Aku Melihat Hamparan Padang Pasir Terbentang Luas, Deretan Pohon Zaitun Yang Tak Pernah Ku Lihat Sebelumnya Masyaa Allah...
Awalnya Aku Merasa Heran Sepanjang Perjalanan Aku Tidak Melihat Adanya Royah ( Bendera Tauhid Hitam ) Ciri Khas Daulah Islam Berkibar...
Masyaa Allah...
Sekali Lagi Airmata Membasahi Pipi Ketika Pertama Kali Melihat Panji Rasulullah Berkibar Dengan Gagah Nya Di Gerbang Pintu Masuk & Dijalan Jalan Sepanjang Menuju Kota Raqqa...
Kami Sadar Ini Bukanlah Akhir Dari Perjalan Kita Sebagay Muhajirin ,Smoga Allah Tsabatkan Kami Dijalan Ini & Mengumpulkan Kami Bersama Para Syuhada' & Anbiyaa Inshaa Allah
Disini Aku Merasakan kejayaan Islam Telah Kembali, Dimana Ummat Islam Menjadi Tuan Di Negeri Sendiri, Dan Orang Orang Kafir Menjadi Hina Lagi Terhinakan...
Amar Ma' ruf Ditegakkan Nahi Mungkar Pun Dijalankan !
Barangsiapa Yang Menyakiti Kaum Muslimin Disini Niscaya Akan Ditertibkan !
Para Penjahat, Koruptor, Begal, Pembunuh Pelaku Dosa Besar Semua Akan Dihukum Dengan Syariat Yang Agung ( Al Qur'an & Sunnah )
Mata Mu disini Akan Terbiasa Melihat Kebaikan...
Islam & Syariat-Nya Benar Benar Menjadi Tinggi, Orang Orang Kafir Yang Berani Coba2 Menghina Islam Akan Menjadi Bangkai Dan Dipertontonkan Kepada Seluruh Ummat Agar Dijadikan Pelajaran !
Jika Dulu Hanya Bisa Membaca Kisah Kisah Kejayaan Islam Di buku Sejarah, Maka Disini Aku Melihat Segelintir Orang Orang Yang Beriman Kembali Mengukir Sejarah Dengan Menegakkan Syariat Yang Telah Lama Ditinggalkan, Dan Seluruh Syariat Pun Telah Dilaksanakan !
Walhamdulillahirobbil'Aalamiin...
Ya Rabb...
Jika Daulah Ini Daulah Khawarij Seperti Yang Mereka ( Shahawat ) Tuduhkan Maka Bunuhlah Para Pemimpinnya Hancurkanlah Seluruh Kekuasaan Nya dimuka Bumi Serta Berikanlah Hidayah Kepada Junud nya Yg berjuang Dijalan Mu...
Namun Jika Daulah Ini Benar Benar Menerapkan Syariat-Mu Secara Kaffah Maka Berikanlah Tamkin Kepadanya Dibumi , Perluaslah Wilayah Kekuasaan Nya Taklukkan lah Keangkuhan Koalisi Kafir Murtad Dibawah Kaki Junud2 nya !!
Serta
Berikanlah Kabar Gembira Kepada Hati Orang2 yg Beriman...
Bumi Khilafah Raqqah 8 Rabiul Awal 1438H
(Ummu Azzam Hurayrah)

PENYERU SUNNAH TERNYATA AHLU BID'AH

Bismillah...

PENYERU SUNNAH TERNYATA AHLU BID'AH

Tidak di ragukan lagi bahwa orang2 yg menisbatkan diri sebagai ahlu sunnah wal jamaah di indonesia ternyata menjadi ahlu bid'ah yang dolalah. Mereka melakukan ibadah/ritual yang tak pernah di contohkan oleh Nabi dan Para Sahabat.

Dan yang paling parah adalah orang2 mengaku paling nyunah serta mengatakn diri sebagai salafy, akan tetapi mereka melakukan bid'ah yang paling parah yaitu menganggap semua penguasa thogut yang duduk di atas kursi syirik demokrasi yg tak berhukumkan dgn kitabullah itu sebagai ulil amri yg wajib di taati.. ini bid'ah yg paling menyimpang dr pemahaman salafus sholeh. Orang2 ini tak paham tentang makna sebenarnya dari ulil amri minkum.

IMAM IBNU ABI ALI AL-HANAFI
Beliu berkata,"Jika seorang penguasa meyakini bahwa hukum yang Allah turunkan tidak wajib diamalkan atau boleh memilah milih hukum Allah yang sesuai dgn seleranya meskipun masih meyakini tentang wajibnya, dia telah berbuat kufur akbar."[Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyah,
2/446]

IMAM ASY-SYAFI'I
Beliu berkata,"Siapa yg berijtihad dan MENETAPKAN HUKUM di luar hukum dan aturan Islam, dia bukan seorang mujtahid dan bukan seorang muslim, baik sesuai Islam ataupun menyelisihi ajaran Islam. Dia adalah orang yg tidak berakal, dia menjadi kafir karena menyelisihi hukum dan ketentuan Islam."[Kitab Kalimah Al-Haqin, hal.96]

Dan juga mereka tak pernah memahami hadist2 jihad sehingga orang2 yg berjihad di muka bumi ini yg bertujuan untuk menegakkan syariat islam dan melindungi darah kaum muslimin, mereka katakan sebagai khawarijj..

"Keanehan ummat ini. Tidak ada yang mau berjihad di dalamnya kecuali khowarij. Tidak ada yang mau berusaha menegakkan syariat kecuali khowarij. Tidak ada yang ditakuti oleh musuh-musuhnya kecuali khowarij. Dan kekhowarijannya terbukti ketika maut telah datang dan ia mati dalam keadaan tersenyum." [Syaikh Sayyid Quthb Rahimahullah ]

Syaikhul islam ibnu taimiyyah rahimahullah berkata : ketika orang2 munafiq ingin menimbulkan keraguan tentang orang2 yang haq(benar). mereka(munafiq) menyebutnya(haq) khawarij. (majmu' fatawa ibnu taimiyyah volume 23 halaman 325)

Hasbunallah wa ni'mal wakiil..
Wallahua’lam bishawab..

(Abu Sa'ad Al Endonesy)

Siapa yang Pertama kali memenggal musuh?

Siapa yang Pertama kali memenggal musuh?
Memenggal kepala pertama kali dilakukan oleh sahabat.
Beliau adalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Ibnu Mas’ud memenggal musuh Allah dan gembong kekufuran, Abu Jahl.

Kisah pemenggalan tersebut kita bisa dapati di Kitab Shahihul Bukhori Kitab al-Maghazi Bab Qatli Abi Jahl Karya Imam Bukhori dan Kitab al-Bidayah wan Nihayah bab Maqtal Abi Jahl la’anahullah karya Imam Ibnu Katsir.
Peristiwa itu terjadi dalam Perang Badr. Sebelumnya kematiannya melalui tangan Ibnu Mas’ud, Abu Jahl terluka oleh tombak Mua’dz bin Amru bin Jamuh. Mu’adz ibnul Jamuh pun terluka, di mana tangannya terputus karena sabetan pedang anak Abu Jahl, Ikrimah.
Mu’adz bin Afra’ melawati Abu Jahl dan menambah luka Abu Jahl dengan tombaknya.
Setelah pertempuran selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mengkonfirmasi kalau gembong kekufuran, Abu Jahl, telah tewas.
Maka Ibnu Mas’ud pun mengajukan diri untuk bertanggungjawab untuk memastikan kematian Abu Jahl.
Ibnu Mas’ud pun pergi ke medan pertempuran. Ia menemukan Abu jahl tergelatak di atas pasir dengan kondisi terluka parah. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
Ibnu Mas’ud [un meletakkan kakinya di leher Abu Jahl.
Ibnu Mas’ud pun bekata kepada Abu Jahl: “Tidakkah Allah menghinakanmu?”
Abu Jahl: “Dengan apa dia menghinakanku?”
Ibnu Mas’ud: “Bukankah dulu engkau mencoba membunuh seorang yang kini menginjakkan kakinya di atas lehermu. Maka kemenangan siapa hari ini?”
Abu Jahl: “Sungguh engkau telah mencapai pada posisi yang sulit dicapai oleh orang-orang wahai penggembala kambing?”
Ibnu Mas’ud pun menyembelih Abu Jahl dan memenggal kepalanya lalu membawahnya kehadapan Rasulullah.
Setelah membawa kepala Abu Jahl di hadapan Nabi, Ibnu Mas’ud berkata:
“Wahai Rasulullah ini adalah kepala musuh Allah”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggikan suaranya, “Allahu Akbar, segala puji bagi Allah Yang telah menepati janjinya, Yang telah menolong hamba-Nya, menguatkan tentara-Nya dan menghancurkan pasukan aliansi kafir”.
Maka perlakuan tersebut merupakan syari’at Allah untuk menggentarkan musuh-musuh-Nya yang mencoba menghancurkan Islam dan muslimin agar mereka berhenti dari kezaliman mereka.
Wallohu'alam

SISTEM RING MUSUH UMAT ISLAM

SISTEM RING MUSUH UMAT ISLAM



SISTEM RING MUSUH UMAT ISLAM

- Ring Satu


Ring satu kelompok kuffar adalah segala kelompok non-muslim. Baik memerangi kaum muslimin, maupun tidak memerangi secara langsung. Termasuk dalam hal ini adalah kaum musyrikin, dan atheis. Kedudukan mereka sama, yaitu kafir harbi muharriban fi'lan.
- Ring Dua
Adalah kelompok murtadin dari golongan penguasa taghut murtad yang mencampakkan hokum Allah, dan membantu Kuffar dalam memerangi kaum muslimin. Termasuk hal ini adalah kelompok syiah yang memiliki jejak sejarah pengkhianatan kaum muslimin semenjak khulafaur rasyidin.
- Ring Tiga
Adalah kelompok murtadin dari golongan pasukan (anshar) penguasa taghut murtad yang melindungi penguasa, dan non-muslimin. Dan mengikuti segala kemauan dan perintah dari penguasa dan non-muslim. Mereka mendapatkan dana baik dari salibis asing maupun dana dari penguasa yang murtad untuk menangkapi, mendzalimi, memerangi, dan membunuhi kaum muslimin.
- Ring Empat
Adalah kelompok munafiqin dari golongan kaum muslimin yang murtad karena kepentingan dunia. Yaitu memberikan dukungan terhadap kelompok kuffar, penguasa, maupun ansharut taghut. Mengamini segala langkah kuffar, penguasa murtad, maupun ansharut taghut. Melakukan pembelaan baik secara ucapan maupun tindakan yang pada hakikatnya mereka telah keluar dari Islam.
Sayang sekali, banyak kaum muslimin yang sembrono menterjemahkan tindakan seorang ulama yang dianggap mengikuti kepentingan Jepang dan Penjajah. Dan menjadikan tindakan ulama sebagai arbab (sesembahan) selain Allah. Padahal hal tersebut telah disebutkan Rasulullah melalui Adi bin Hatim radhiyallahu 'anhu tatkala Rasulullah menjelaskan tentang ayat
"apakah kalian mengambil para rahib-rahib kalian sebagai sesembahan selain Allah?"
Kemudian Adi bin Hatim bertanya kepada Rasulullah
"Ya Rasulullah, (dulu semasa Nasrani) kami tidak menyembah Rahib-rahib kami".
Lalu Rasulullah menjelaskan bahwasanya menyembah rahib-rahib ini adalah pada saat kalian mengikuti perkataan para rahib kalian (secara membabi buta), hingga mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah.
- Ring Kelima
Adalah orang-orang bodoh yang membenarkan kuffar, penguasa taghut murtad, ansharut taghut, dan munafiqin. Mereka menolak belajar, padahal ilmu dan ulama tersebar luas. Ilmu telah mudah diakses dan dipelajari sebagai bayan untuk diamalkan. Mereka memilih dalam kesesatan karena menilai kebenaran menurut hawa nafsu mereka sendiri. Atau memilih dalam kesesatan, karena kelompok mereka menilai kebenaran menurut pemahaman kelompok mereka sendiri (ashobiyah).

Sabtu, 24 Desember 2016

TIDAK ADA PAKSAAN UNTUK MASUK KEDALAM ISLAM TETAPI ADA PAKSAAN UNTUK TUNDUK KEPADA ISLAM DAN HUKUM HUKUMNYA.

TIDAK ADA PAKSAAN UNTUK MASUK KEDALAM ISLAM TETAPI ADA PAKSAAN UNTUK TUNDUK KEPADA ISLAM DAN HUKUM HUKUMNYA.
.............
Setelah Khalid bin Walid berhasil memenangkan perang Ullaysiy, beliau singgah di Heerat. Para pembesar kota itu keluar menyambutnya bersama Qabishah bin Iyas bin Hayyah Ath Tha' iy. Sebelumnya ia ditunjuk oleh Kisrah sebagai syarif wilayah itu setelah An Nu'man bin Mundzir.

Khalid berkata pada mereka" Aku mengajak kalian kepada Allah dan Dien Islam. Jika kalian menerima tawaran ini maka kalian termasuk dalam kaum muslimin yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan mereka. Jika kalian tidak menerima maka bayarlah jizyah. Jika kalian tetap enggan menerimanya maka sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan pasukan yang lebih mencintai kematian daripada kecintaan kalian dengan kehidupan. Kami akan memerangi kalian hingga Allah menjadi hakim antara kami dan kalian"
(Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah)
..............
Setelah Heerat takluk dengan persetujuan mereka untuk membayar jizyah.
" Khalid mengirim surat untuk para Syerif Kisra yang berdiam di Madain dan para petingginya.
Hisyam bin Al Kalbi meriwayatkannya dari Abu Mukhnif dari Mujallid, dari Asy Sya'bi berkata" Anak keturunan Buqailah membacakan kepada surat Khalid kepada seluruh penduduk Madain, bunyinya;
"Dari Khalid kepada para petinggi Persia. Keselamatan bagi yang mau mengikuti petunjuk.
Amma Ba'du.
Segala puji bagi Allah yang telah menghancurkan kalian, mencabut kekuasaan kalian dan menghinakan tipu daya kalian, sesungguhnya yang mengerjakan shalat seperti shalat kami, mengahadap kiblat kami dan memakan sembelihan kami, maka ia telah dianggap sebagai Muslim yang memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti kami.
Jika telah sampai surat ini kepada kalian maka segeralah kirimkan jizyah kepadaku.
Kalian akan menjadi ahlu dzimmah yang berada dalam lindungan kami. Jika tidak, demi Allah yang tiada ilaah yang haq disembah selain diriNya, aku pasti akan mengirim sebuah kaum yang lebih mencintai kematian daripada kecintaan kalian pada kehidupan"
Ketika mereka membaca surat ini mereka merasa takjub"
(Ibnu Katsir dalam Winayah wan Nihayah)