Kamis, 05 September 2013

HUKUM PERADABAN BURUNG GAGAK

Gagak yang beradab:

Kajian-kajian ilmiah pada dunia binatang mengatakan bahwa gagak adalah burung paling cerdas dan cerdik, alasannya adalah gagak memiliki ukuran terbesar untuk dua bagian otak, jika dibandingkan dengan ukuran tubuh masing-masing burung.
Dan diantara informasi penting yang berhasil ditemukan terkait perilaku gagak adalah adanya "pengadilan gagak", di pengadilan ini kawanan gagak akan menghukum anggotanya yang keluar dari aturan sesuai dengan hukum keadilan fitrah yang Allah tetapkan untuk mereka. Setiap pelanggaran di kawanan gagak mendapatkan hukuman masing-masing yang sudah ditentukan. Misalnya:
- Pelanggaran merampas makanan burung kecil dihukum dengan cara sekawanan gagak akan mencabuti bulu gagak yang melanggar sampai ia tidak bisa terbang seperti burung kecil itu.
- Pelanggaran mengganggu betina gagak yang lain dihukum dengan cara sekawanan gagak akan membunuh gagak pelanggar tersebut, dengan mematuknya sampai mati.
- Pelanggaran merusak sarang atau merobohkannya, dihukum dengan cara mengharuskan gagak pelanggar membangun sarang itu kembali seperti sedia kala.

Pengadilan ini biasanya diselenggarakan di sebuah persawahan atau tanah yang luas, para anggota pengadilan berkumpul di waktu yang telah ditentukan dan gagak yang disidang akan dijaga ketat oleh gagak yang lain, dengan kepala tertunduk dan sayap telungkup ia mengikuti persidangan tanpa bersuara.
Dan jika keputusannya adalah hukuman mati, maka sekawanan gagak akan langsung mengerumuninya sambil mematuknya dengan paruhnya yang lancip sampai mati. Setelah itu, salah satu gagak akan membawanya dengan paruhnya, untuk kemudian menggali kuburnya dengan ukuran yang sesuai dengan tubuhnya. Setelah dimasukkan ke lobang kubur, ia menutupnya dengan tanah sebagai penghormatan atas kematiannya.
Subhanallah.
Oleh karena itu, sangat layaklah Allah memerintahkan gagak untuk memberitahukan kepada anak-anak Nabi Adam bagaimana cara mengurus saudaranya yang mati, sebagaimana tertulis dalam QS Al Maidah 31:

فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الأرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِي سَوْأَةَ أَخِيهِ قَالَ يَا وَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.

(Sumber: I'jaz al Quran al Karim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar