Oleh: Ganna Pryadharizal, Alumnus Universitas al Azhar, Mesir
Sejak kemunculannya pada April 2013, Daulah Islam Iraq dan Syam (ISIS)
yang didirikan demi mengembalikan supremasi syariat Islam, tidak pernah
berhenti didera berbagai macam bentuk demonisasi. Secara sederhana,
“demonisasi” (demon=setan)
berarti sebuah bentuk propaganda untuk menjelek-jelekkan satu pihak
sampai sejelek-jeleknya. Sehingga pihak tersebut dianggap sebagai setan
oleh orang-orang yang termakan propaganda tersebut.
Demonisasi menjadi sebuah bagian proses dari “demonologi” yang diartikan Noam Chomsky (1991) dalam bukunya Pirates and Emperor: International Terrorism in the Real World,
sebagai sebuah “rekayasa sistematis untuk menempatkan sesuatu agar ia
dipandang sebagai ancaman menakutkan, sehingga ia harus dimusuhi,
dijauhi, dan bahkan dibasmi”.
Upaya kriminal ini benar-benar dialami ISIS. Begitu banyak upaya
dilakukan para musuh untuk mendistorsi setiap tindak-tanduk institusi
yang dipimpin oleh Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi.
Salah satu bentuk demonisasi terhadap ISIS terjadi melalui labelisasi
stigma (ciri negatif) dari orang-orang Islam yang sepertinya sangat
keberatan dengan tegaknya Daulah Islam. Sangat disayangkan, orang-orang
yang mengklaim berafiliasi kepada Islam, ajaran salaf, penuntut ilmu,
dan lain sebagainya, justru secara keji mencap ISIS dengan berbagai
terminologi (istilah) negatif dan destruktif.
Di antaranya adalah stigma “Khawarij”.
“Khawarij!”
“Khawarij! Khawarij! Khawarij!” Inilah komentar dari para ulama
komprador (agen) yang menyokong hegemoni para penguasa thaghut kafir
tentang qiyadah (pimpinan)
dan Mujahidin ISIS. Mereka tidak henti-hentinya menyematkan label
“Khawarij” di setiap mimbar masjid, bedah buku, seminar, dialog, dan
forum diskusi.
Selain melancarkan serangan dalam pertempuran fisik, musuh-musuh ISIS
memahami pentingnya serangan propaganda melalui perang terminologi.
Mereka membombardir ISIS dengan serangkaian istilah buruk untuk
meruntuhkan kepercayaan umat. Musuh mengeksploitasi berbagai nama dan
istilah yang sesungguhnya sangat tidak tepat disematkan kepada para
pejuang tauhid dan Mujahidin. Strategi yang nampak sederhana, namun
mematikan.
Musuh telah menabuh genderang perang istilah. Maka tidak salah jika kita pun bermain dalam Perang Terminologi ini.
Kita tegaskan; memang benar bahwa ISIS adalah “Khawarij”! Namun menurut
makna etimologis (asal-usul kata), yang artinya adalah ‘keluar’.
Dalam bahasa Arab, kata “Khawarij” merupakan derivasi (bentukan) dari nomina (kata benda) khuruj yang
artinya adalah ‘keluar’. Sedangkan menurut istilah dalam aliran
pemikiran Islam, Khawarij adalah golongan yang keluar dari barisan
penyokong Khalifah Ali bin Abi Thalib, dan selanjutnya menjelma menjadi
satu sekte dengan dogma keagamaan ekstrem.
Sekali lagi kita tegaskan, ISIS adalah “Khawarij” dan pemimpinnya Syaikh
Abu Bakar Al-Baghdadi adalah pemimpin “Khawarij”, namun dalam
pengertian ahistoris yang beririsan dengan pengertian dalam studi
sejarah Islam.
ISIS adalah “Khawarij” (keluar). Ya, ISIS keluar di saat kaum Muslimin
menggelepar bak ikan yang diburu oleh nelayan. ISIS keluar dari sikap
acuh dan berpangku tangan, dan bergerak memompa semangat jihad umat dan
memotivasi mereka untuk mendobrak belenggu para thaghut kafir. ISIS
keluar dari gerahnya ruang gelap kesyirikan dan kekafiran yang
merajalela di bumi kepunyaan Allah Swt, menuju angin segar ditaman hijau
yang berpendaran cahaya tauhid.
ISIS adalah “Khawarij”. Benar, karena ISIS keluar menuju medan jihad Irak dan Suriah untuk menegakkan kalimat la ilaha illallah (tiada sesembahan yang layak disembah selain Allah) dan mengerjakan proyek Khilafah Islamiyah.
ISIS adalah “Khawarij”, karena mereka keluar dari poros Iblis menuju
penyembahan Allah semata. ISIS keluar dari kungkungan para pejabat
Gedung Putih (baca: Amerika Serikat) dan negara Zionis Israel. ISIS
keluar untuk mencabik-cabik Protokol Zionis dan menghadang orang-orang
Zionis yang berkeliaran untuk membuat kerusakan.
ISIS adalah “Khawarij”? Betul, karena mereka keluar dari kepatuhan
terhadap undang-undang “bumi”, menuju ketaatan mutlak kepada
ajaran-ajaran “langit”. Mereka membuang jauh-jauh undang-undang
internasional, dan memeluk erat-erat lembaran-lembaran Al-Quran. ISIS
keluar untuk meluluh-lantakkan berhala-berhala profan kontemporer,
sebagaimana dulu berhala Hubal, Manat, Lata, dan Uzza dihancurleburkan.
ISIS adalah “Khawarij”? Ya, mereka keluar dari penghambaan sesama
manusia, menuju penghambaan kepda Allah Yang Maha Kuasa. Mereka keluar
dengan menghunus pedang kemuliaan untuk menuntut balas kepada
orang-orang kafir yang telah membuat anak-anak muslim menjadi yatim dan
merampas harta-benda kaum muslimin. ISIS keluar dari penderitaan tiada
henti, menuju impian eskatologi Islam (kehidupan akhirat).
ISIS adalah “Khawarij”? Ya, mereka keluar dari jalan tak berujung yang
telah membuat banyak manusia tersesat, menuju jalan kebenaran yang
mengantarkan manusia menuju kebahagiaan nyata. Mereka keluar dari rumah
dan kampung mereka yang fana menuju ‘kampung’ keabadian melalui jalan
mati syahid.
ISIS adalah “Khawarij”! Ya, mereka keluar untuk meniti teladan
Rasulullah yang dulu keluar dari Makkah menuju Madinah demi menggembleng
keimanan dan kekuatan fisik, serta mendirikan Daulah Islam yang
berwibawa. Mereka keluar dari kamp-kamp pelatihan (I’dad)dan
kawah candradimuka jihad untuk menaklukkan markas-markas musuh-musuh
Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dulu Rasulullah keluar dari Madinah
untuk menaklukkan Makkah agar tidak ada lagi manusia menghamba kepada
selain Allah.
Ya, ISIS adalah “Khawarij”, karena mereka keluar dari keburukan dengan
segenap maknanya, menuju segalakebaikan menurut Allah dan Rasul-Nya.
Allah pun akan membantu mereka keluar dari kegelapan, menuju cahaya.
Allah berfirman tentang hal ini: “Allah
Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) menuju cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya
menuju kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 257). Mujahidin siap berjibaku melawan musuh, di setiap peperangan dalam bentuk apapun (!)
Editor : Arkan al Fadhil, Shoutussalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar