Baina As Silmiyyah wa Al Jihad
Kajian Sangat Penting Asy Syaikh Husen Ibnu Mahmud
21 Jumada Al Ula 1436 H
Alih Bahasa: Abu Sulaiman Al Arkhabiliy
بسم الله الرحمن الرحيم
Kami tidak mengetahui apa yang menimpa
akal sebagian kaum muslimin masa sekarang? Kami dahulu berbaik sangka
kepada pemikiran dan akal sebagian para pengamat politik kita yang
diundang oleh berbagai stasiun siaran, yang telah memenuhi dunia dengan
buku-buku, pertemuan-pertemuan, makalah-makalah, statemen-statemen dan
berbagai tweetan!! Kami tidak mengetahui bila mereka itu menipu diri
mereka sendiri dan memberikan angan-angan padanya, ataukah mereka itu
menipu Allah dan orang-orang yang beriman? Akal terdiam keheranan di
hadapan volume besar kebodohan politik, kelenyapan keyakinan dan
kekosongan pemikiran orang-orang yang dahulu kami anggap mereka itu
raksasa-raksasa politik!!
Pembicaraan ini bukan tentang orang
tertentu, akan tetapi tentang orang-orang yang dahulu kami anggap
sebagai tokoh-tokoh pemikiran di tengah kita, dan tokoh-tokoh masyarakat
serta tokoh-tokoh yang suka memberikan arahan dan bimbingan. Kami
dahulu membaca tulisan mereka, mendengar bayan-bayan mereka serta kami
membawa ucapan mereka kepada makna yang serius, sampai akhirnya
datanglah peperangan ini, maka kami menemukan bahwa banyak dari mereka
itu sama sekali tidak memahami sedikitpun dari perpolitikan syar’iy atau
realita kenegaraan, apalagi urusan peperangan dan tabi’at hubungan
antar bangsa atau tabi’at musuh yang memerangi kaum muslimin, bahkan
termasuk keberadaan musuh ini telah menjadi rumus yang sulit dipahami
dan dipecahkan oleh banyak orang-orang jenius itu!!
Kami dahulu dan masih juga sekarang serta
akan tetap mengatakan bahwa peperangan ini pada intinya adalah
peperangan aqidah: Ia adalah peperangan salibis yahudi lagi seluruh
kekuatan kafir terhadap Islam (pertamanya) dan terhadap kaum muslimin
(keduanya). Dan tinjauan politik apapun yang tidak dibangun di atas
hakikat syar’iy yang bisa diindra lagi bisa dilihat ini, maka ia adalah
tinjauan yang sama sekali di luar dari logika, dikarenakan ia tidak
dibangun di atas pondasi yang benar, sehingga sebagian mereka berjalan
ke arah barat dan ke arah timur serta mendatangkan hal-hal aneh berupa
pembenaran-pembenaran alasan peperangan ini yang mana para pimpinan
kekafiran dan kemurtaddan di bumi ini telah bersepakat di dalamnya untuk
memerangi Islam di seluruh belahan bumi, bukan hanya di Iraq dan Syam
saja, dan bukan perang hanya terhadap Daulah Islamiyyah saja.
Sesungguhnya rasa takut yang dimunculkan
oleh Daulah ini -yang katanya (Daulah) teroris yang berlebih-lebihan,
ghuluw, khawarij, wahhabiy, yang tidak mencerminkan sebagai Islam
pertengahan yang moderat, yang merupakan antek Iran, Amerika, Saudi,
Nushairiy, Mossad dan Kepulauan Wakwak- adalah hal yang tidak pernah
dimunculkan oleh jama’ah dan Daulah manapun semenjak 300 tahun lalu.
Sebagian tokoh politik Barat telah mengatakan bahwa:
“Perang terhadap Daulah yang telah
mendeklarasikan Khilafah ini harus dilakukan, dan kalau tidak maka pasti
lenyaplah hasil usaha Barat yang telah dilakukan selama lebih dari
empat abad di dalam melemahkan dan menjatuhkan khilafah dan membiarkan
negara-negara Islam cerai-berai saling bertikai lagi lemah.”
Hakikat Kubra ini selalu dilupakan oleh
banyak kalangan pengamat dan para pemikir kita, dan akal mereka itu
telah ditutup pada kesimpulan tuduhan bahwa “Daulah Islamiyyah”-lah yang
telah memancing Barat untuk memerangi kita, sebagaimana dahulu mereka
katakan tentang Usamah dan Qa’idatul Jihad. Pemikiran ini adalah
penyimpangan besar dari wahyu rabbaniy yang telah menjelaskan secara
gamblang bahwa orang-orang kafir itu memerangi kita karena keislaman
kita:
{وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلاَّ أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ}
“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang
mukmin itu melainkan karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (Al Buruj: 8).
Dan dendam kesumat (siksaan) ini ada
sejak Qabil membawa batu dan dengannya dia memecahkan kepala Habil,
sehingga ia telah membuatkan bagi manusia sunnah (tuntunan) kedengkian
terhadap ketaatan.
{وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ
يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ
أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ} (البقرة : 109)
“Sebahagian besar Ahli Kitab
menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran
setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (Al Baqarah: 109).
Kejiwaan yang sakit ini telah mengetahui
secara yakin bahwa lawannya itu adalah Al Haq (Kebenaran), dan
seandainya dia menggunakan akalnya tentu dia mengikuti Al Haq, dan tidak
ada yang menghalanginya dari mengikutinya kecuali perasaan kebencian
yang hina yang menginginkan lenyapnya nikmat itu dari orang lain. Dan
karena sangat rusaknya pola pikir ini, maka ia lebih mengedepankan
penolakan Al Haq dengan harapan hidup tenang, dan ia menerima kebatilan,
neraka, kekafiran dan sikap tidak manusiawi karena akibat sifat hasud
dan kebencian yang telah menguasai dirinya. Ia adalah kejiwaan yang
sakit busuk lagi jahat yang tidak ada jalan lain dalam menyikapinya
selain pembabatan secara total sampai ke akar-akarnya, dan tidak ada
obat baginya selain hal itu, dan inilah yang telah diisyaratkan oleh
Allah Ta’ala di dalam firman-Nya Subhanahu:
{مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الأَرْضِ} (الأنفال : 67)
“Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi…” (Al Anfal: 67).
Sehingga tugas Nabi adalah membersihkan
bumi dari elemen-elemen manusia yang busuk lagi rusak ini, walaupun
urusannya membutuhkan pada pemusnahan masal dengan jumlah besar demi
menghidupkan generasi manusia (yang baik), maka itu tidak masalah,
sebagaimana Nuh ‘alaihissalam berkata:
{وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لاَ تَذَرْ عَلَى
الأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا * إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ
يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلاَ يَلِدُوا إِلاَّ فَاجِرًا كَفَّارًا} (نوح :
26-27)
“Dan Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah
Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di
atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya
mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan
selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (Nuh: 26-27).
Di mana kerusakan di zaman-nya telah
sampai pada kondisi yang tidak pantas di dalam menyikapinya kecuali
pemusnahan seluruh manusia, maka jawaban ilahiy adalah: penenggelaman
planet bumi dengan semua manusia yang jadi penghuninya, dan selamatnya
sekelompok kecil orang-orang beriman saja, supaya mereka memulai kembali
kehidupan baru di muka bumi ini.
Sesungguhnya pengutusan Nabi adalah
revolusi terhadap kekafiran, kezaliman dan kesemana-menaan, sedangkan
revolusi ini -sebagaimana halnya semua revolusi- membutuhkan untuk
menghadapi kebatilan, mengalahkannya, menghancurkannya serta
melenyapkannya dari wujud. Dan bila kebatilan itu masih eksis dan
elemen-elemennya masih ada, maka revolusi itu tetap berada di dalam
bahaya, karena sesungguhnya kebatilan itu tidak akan merasa tenang
kecuali dengan membuat tipu daya, makar dan revolusi yang bersebrangan
yang akan menghabisi Al Haq dan para pengikut. Sebagaimana Allah telah
menjelaskan cita-cita jiwa yang sakit ini di dalam firman-Nya:
{يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا} (البقرة : 109)
“…mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali…” (Al Baqarah: 109).
Maka sesunguhnya Allah subhanahu telah
menjelaskan bahwa ia itu tidak merasa cukup dengan angan-angan, namun ia
bergerak sesuai tujuannya:
{وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا} (البقرة : 217)
“…Mereka tidak akan berhenti memerangi
kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, seandainya mereka
sanggup…” (Al Baqarah: 217).
Inilah yang telah terjadi di Mesir yang
mana penduduknya telah mendengung-dengungkan silmiyyah (jalan damai)
yang menyelisihi hakikat kauniyyah (hakikat hukum alam), hikmah
syari’iyyah serta tabi’at manusia. Dan balasan terhadap silmiyyah ini
adalah: pembantaian massal tanpa perlawanan yang berarti, serta perang
terhadap segala yang berbau Islam. Dan hal aneh yang tidak bisa diterima
oleh akal adalah tetapnya jalan silmiyyah walaupun dilakukan
pemerkosaan kehormatan!!
Kami memahami bila kaum pria tidak
menghunuskan senjata bila dibunuhi kaum pria, wanita dan anak-anak, ini
kadang masuk akal. Adapun bila para wanita digiring ke dinas kepolisian
dan kehormatan mereka diperkosa serta silmiyyah itu masih tetap saja
didengung-dengungkan, maka ini adalah sikap yang tidak kami dapatkan
sebutannya di dalam kamus orang Arab, bukan karena kelemahan bahasa
arab, akan tetapi karena mungkin tidak pernah terbesit di benak bangsa
arab bahwa hal semacam ini bisa terjadi, di mana ia itu bukan diyatsah
(tidak punya rasa cemburu) dan bukan pula sikap cuek, akan tetapi ia
adalah hal lain yang mana bangsa arab tidak mengenal namanya, sebatas
apa yang kami ketahui.
Revolusi “Damai” itu tidak mungkin
mengalahkan kezaliman dan kerusakan yang telah mengakar di tengah
masyarakat, dan inilah yang tidak ingin dipahami oleh sebagian orang,
sedang kami telah melihat hal ini di Mesir, Yaman dan Tunisia.
Seandainya mereka itu tetap terus melakukannya selama seribu tahun, maka
revolusi “damai” mereka itu akan tetap tidak memiliki pengaruh di dalam
lingkungan yang rusak seperti ini, kecuali bila para pelaku kerusakan
itu mengizinkan ahlul haq untuk menyebarkan hak mereka di tengah
manusia, sehingga terus tumbuh satu generasi penuh yang mencintai Al Haq
lagi membenci kebatilan, tapi mana mungkin ahlul bathil itu membiarkan
al haq menyebar, atau ahlul bathil membutuhkan kepada sebagian mereka
itu untuk menunaikan tugas tertentu kemudian setelahnya mereka
menghabisinya lagi dan membabatnya kembali.
Sesungguhnya memerangi ahlul bathil itu
adalah jalan satu-satunya yang benar untuk menghabisinya, terutama bila
kebatilan ini memiliki kekuatan yang nyata. Adapun di saat ahlul haq
yang memiliki kekuatan dan penguasaan di muka bumi serta ahlul bathil
berada di bawah genggaman dan kekuasaan al haq; maka yang dikedepankan
adalah bayan dan hujjah yang mematahkan kebatilan.
Di antara sikap sebagian orang yang
sangat aneh adalah bahwa mereka itu memandang wajibnya memerangi
“bughat” dan “khawarij” (yang dimaksud mereka adalah para mujahidin) dan
mereka menyemangati para penguasa untuk melakukan hal itu serta
memberikannya alasan pembenaran bahwa hal itu adalah hal yang
disyari’atkan bahkan dituntut, akan tetapi pada waktu yang bersamaan
mereka itu tidak menyemangati para penguasa untuk memerangi kaum
Salibis, Yahudi, Rafidlah dan Bathiniyyah yang aniaya terhadap
negeri-negeri kaum muslimin, padahal hal ini adalah termasuk hal wajib
yang paling wajib atas umat ini!!
Musykilah sebagian mereka itu adalah
bahwa kata “perang” itu tidak pernah terbesit pada benak mereka dan
tidak masuk di dalam perhitungan mereka, seolah ia itu tidak
disyari’atkan, dan seolah ia itu tidak diwajibkan atas umat ini, dan
mereka itu masih bersikukuh pada “Cara Damai” yang negatif lagi busuk
yang menumpahkan darah putra-putra umat ini begitu saja, karena ia
menghadapi aparat penindasan yang kafir lagi pembunuh yang tidak pernah
memperhatikan tali kemanusian dan perjanjian di dalam menyikapi orang
mu’min. Hendaklah kita ingatkan mereka itu dengan firman Allah Ta’ala:
{يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ
فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللهِ
وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ} (البقرة : 217)
“Mereka bertanya kepadamu tentang
berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu
adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir
kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya
dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh…” (Al Baqarah: 217).
Sebagian orang menganggap besar
pembunuhan para perusak dalam rangka perubahan, padahal Allah Ta’ala
telah menjelaskan bahwa fitnah (kekafiran) itu adalah lebih besar dan
lebih dasyat dosanya daripada pembunuhan, di mana pemalingan orang
muslim dari dien-nya bahkan penyesatan masyarakat dan menjadikannya
sebagai orang-orang yang memerangi lagi membenci dien ini; adalah jauh
lebih besar -bahkan ini tidak bisa dibandingkan- dengan sikap
pembersihan massal terhadap elemen-elemen kerusakan. Dan ini adalah
sesuai dengan ketetapan Allah Subhanahu:
{ولَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ
بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأَرْضُ وَلَكِنَّ اللهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى
الْعَالَمِينَ} (البقرة : 251)
“Seandainya Allah tidak menolak
(keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti
rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas
semesta alam.” (Al Baqarah: 251).
Di mana karunia Allah terhadap manusia
adalah Allah menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian
yang lain. Dan firman-Nya ‘Azza wa Jalla:
{الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ
بِغَيْرِ حَقٍّ إِلاَّ أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ وَلَوْلاَ دَفْعُ
اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ
وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللهِ كَثِيرًا
وَلَيَنْصُرَنَّ اللهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ}
(الحج : 40
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir
dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena
mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada
menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah
orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama
Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong
(agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.” (Al Haj: 40).
Di dalam ayat ini terdapat penjelasan
hakikat perseteruan antara Al Haq dengan Al Bathil, di mana ia adalah
perseteruan azaliy (sejak dulu lagi abadi) antara tauhid yang murni
dengan syirik, kekafiran, kedurjanaan dan perbudakan manusia pada
manusia. Tidak ada tempat bagi manusia untuk beribadah kepada Allah
Ta’ala kecuali dengan jihad di jalan-Nya dan penghadangan kezaliman
serta pemburuannya di mana saja, dan pertolongan dari Allah itu tidak
akan ada kecuali dengan niat jihad di jalan-Nya serta pemberian
keleluasaan bagi manusia untuk beribadah kepada-Nya sebagaimana yang
telah diperintahkan-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ} (محمد : 7)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.” (Muhammad: 7).
Orang yang tidak berjihad di jalan Allah
dan tidak memerangi musuh-musuh Allah, maka sesungguhnya dia itu tidak
menolong agama Allah, sehingga ia tidak berhak mendapatkan pertolongan
Allah.
Revolusi Libya telah berhasil,
dikarenakan ia adalah revolusi pembabatan elemen-elemen kerusakan, dan
yang kita lihat setelah revolusi adalah upaya mati-matian dari ahlul
bathil untuk mempertahankan elemen-elemen yang rusak lewat jalan
Dewan-Dewan Nasional dan Pemerintahan Bentukan. Dan tatkala upaya ini
tidak berhasil -karena keberadaan kekuatan di tangan Ahlul Haq- maka
Ahlul Bathil secara terpaksa menerima kembali kepada alternatif pertama
dengan pengerahan kekuatan di balik seorang figur yang namanya “Hafter”.
Adapun Suriah, maka awalnya dimulai
dengan “Damai” kemudian tidak lama berselang ahlul bathil menangkap
bahaya sikap ini, maka mereka ingin menghabisi revolusi sebelum ia
terlanjur besar. Dan di antara karunia Allah terhadap penduduk Syam
adalah mereka itu tidak berpegang pada kebohongan “sikap damai” dan
justru mereka mengangkat senjata dan mengumumkan jihad melawan
kekafiran, kezaliman dan kedurjanaan. Dan revolusi Suriah ini akan
menang -dengan izin Allah- dikarenakan ia berjalan di atas jalan syar’iy
untuk revolusi-revolusi yang benar yang melenyapkan kebatilan.
Dan Allah Ta’ala telah mengkaruniakan
kepada penduduk Syam dengan kedatangan muhajirin dari berbagai belahan
bumi yang menyirami tanahnya dengan darah-darah mereka yang suci
walaupun banyaknya tipu daya dan makar yang besar yang dikerahkan dalam
rangka memalingkan mereka darinya. Ia (Syam) dan Iraq bersamaan waktunya
bersama revolusi Islami terbesar yang tidak ada jalan untuk
menghentikannya walaupun seluruh penduduk bumi bersepakat memeranginya,
dan Allah Maha Kuasa atas urusan-Nya, Dia Penolong hamba-hamba-Nya serta
Yang Menghancurkan musuh-musuh agama-Nya.
Adapun Yaman, maka kami telah
mengingatkan keluarga kami di sana agar berhati-hati dari “Jalan Damai”
dan telah kami katakan kepada mereka bahwa “Inisiatif Negara-Negara
Teluk” itu pada hakikatnya adalah “Tipu Daya Salibis”, dan bahwa “Ali
Hadi” itu sama saja dengan “Ali Shalih” (sedang dia itu tidak shalih dan
Hadi juga bukan orang yang membimbing pada kebaikan).
Dan telah kami katakan dalam banyak
makalah -tahun lalu atau sebelumnya- bahwa mereka itu telah menyerahkan
Yaman, Kuwait, dan Bahrain kepada Persia (Iran) di dalam suatu transaksi
yang mereka mengira bahwa itu bisa melanggengkan mereka di atas
kekuasaan mereka.
Kami dahulu heran – dan masih terus heran
– terhadap Ahlul Iman dan Hikmah (Penduduk Yaman) bagaimana mereka itu
tidak mengetahui permainan-permainan ini, dan kami senantiasa berharap
kebaikan pada penduduk Yaman; karena mereka itu termasuk Ajnad terbaik
bumi ini dan termasuk pilihan umat ini serta para pembela dien-nya,
sehingga mereka tidak mungkin tetap di dalam kelalaian pikiran ini
sepanjang masa, mesti ada saat ketersadaran dan kebangkitan. Di mana
Rafidlah Hautsy itu adalah sekumpulan kecil orang-orang hina lagi rendah
yang tidak bisa melawan Ahlul Iman. Akan tetapi yang kami khawatirkan
adalah keadaan mereka itu semakin menjadi-jadi bila mereka dibiarkan
dalam waktu yang lama dengan sebab sokongan dana dan senjata dari
Rafidlah, Salibis lagi Yahudi kepada mereka, sehingga wajib atas
penduduk Yaman bangkit sekarang juga untuk memerangi mereka, karena
setiap jam itu diperhitungkan, dan setiap penundaan itu menguntungkan
Rafidlah.
Allah Ta’ala telah mensyari’atkan jihad
di jalan-Nya untuk meninggikan Kalimat-Nya, sedangkan Kalimat-Nya itu
tidak akan unggul kecuali dengan apa yang telah Dia kabarkan dan Dia
arahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Di mana tidak ada jalan
untuk ‘izzah Islam dan keberkuasaan-Nya kecuali dengan jalan yang telah
Allah wajibkan atas umat ini, dan tidak mungkin mengada-ada jalan lain
selain jalan ini.
Dan barangsiapa dengan akalnya yang
terbatas mengira bahwa ia bisa menjayakan dienullah ta’ala dengan selain
penumpahan darah, maka dia telah melecehkan para Nabi dan Rasul dan
para sahabat mereka serta para tabi’in. Di mana darah para nabi itu
adalah darah paling mahal dan paling mulia di muka bumi ini, dan ilmu
mereka itu tidak bisa ditandingi oleh ilmu manusia lainnya, serta akal
mereka itu adalah akal yang paling cemerlang, sehingga seandainya ada
jalan lain selain konfrontasi fisik tentu mereka sudah menempuhnya, akan
tetapi Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa jihad itu adalah jalan
satu-satunya, dan bahwa konfrontasi fisik dan pertarungan itu mesti
dilakukan demi kebaikan umat manusia.
Darah para nabi dan rasul telah
ditumpahkan di atas jalan ini, supaya kaum mu’minin mengetahui bahwa
jalan ini sulit dan bayarannya juga mahal, dan supaya tidak pelit
seorangpun dengan darahnya sedang dia melihat darah para nabi telah
ditumpahkan, yang mana hal itu mendustakan setiap orang yang mengklaim
bahwa ada jalan selain jihad untuk kebangkitan umat dan kebaikan bumi.
Sesungguhnya jihad di jalan Allah dan memerangi musuh-musuh Allah itu adalah obat bagi banyak penyakit, Allah Ta’ala berfirman:
{وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ
عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ
إِنَّهُمْ لاَ أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ} (التوبة : 12)
“Dan jika mereka merusak sumpah
(janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka
perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya
mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar
supaya mereka berhenti.” (At Taubah: 12).
Dan berfirman:
قَاتِلُوا الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِاللهِ
وَلاَ بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلاَ يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللهُ
وَرَسُولُهُ وَلاَ يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
(التوبة : )29
“Perangilah orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka
tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan
tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu
orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (At
Taubah: 29).
Dan berfirman:
{وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ} (التوبة : 39)
“Dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At Taubah: 39).
Dan berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا
الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ} (التوبة : 123)
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah
orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka
menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama
orang-orang yang bertakwa.” (At Taubah: 123).
Dan berfirman:
{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ} (البقرة : 193)
“Dan perangilah mereka itu, sehingga
tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata
untuk Allah…” (Al Baqarah: 193).
Dan berfirman:
{قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللهُ
بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ
قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ * وَيُذْهِبْ غَيْظَ قُلُوبِهِمْ وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى
مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ} (التوبة : 14-15)
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan
menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan
menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan
hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan panas hati orang-orang
mukmin. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At Taubah: 14-15).
Dan berfirman:
{ذَلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ} (محمد : 4)
“Demikianlah apabila Allah menghendaki
niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak menguji
sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain…” (Muhammad: 4).
Dan berfirman:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ} (محمد : 31)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan
menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar
di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”
(Muhammad: 31)
Dan berfirman:
{فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ تُكَلَّفُ
إِلاَّ نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللّهُ أَن يَكُفَّ
بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ وَاللّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنكِيلاً}
(النساء : 84)
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah,
tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri.
Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah
menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan
dan amat keras siksaan(Nya).” (An Nisa: 84).
Dan berfirman:
{وَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَهُمُ الْبَغْيُ هُمْ يَنْتَصِرُونَ} (الشورى : 39)
“Dan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.” (Ash-Shuraa: 39).
Dan berfirman:
{فَإِذَا انْسَلَخَ الأَشْهُرُ الْحُرُمُ
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ
وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا
وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ
اللهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} (التوبة : 5)
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram
itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai
mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat
pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang.” (At Taubah: 5).
Ini adalah ayat pedang yang me-nasakh
(menghapus) hukum asal interaksi dengan orang-orang kafir, dan ayat ini
menjadikan kemashalahat -yaitu segala kemashlahatan- itu terdapat pada
sikap memerangi mereka di mana saja mereka berada.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“أُمِرْتُ أَنْ
أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله،
وَأَنَّ مُحَمَّدا رَسُولُ اللّهِ. وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا
الزَّكَاةَ. فَإِذَا فَعَلُوا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ
إِلاَّ بِحَقِّهَا. وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللّهِ“.
“Aku diperintahkan untuk memerangi
manusia sampai mereka bersyahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak
diibadati selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mereka
mendirikan shalat dan mereka menunaikan zakat, kemudian bila mereka
telah melakukan hal itu maka mereka telah menjaga dariku darah dan harta
mereka kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka itu atas
Allah ‘Azza wa Jalla.” (Muttafaq ‘Alaih, hadits mutawatir).
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بالسَّيْفِ، حتى يُعبدَ اللهُ وحدَه لا شريك له، وَجُعِلَ
رِزْقِي تَحْتَ ظِلّ رُمْحِي، وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى
مَنْ خَالَفَ أَمْرِي، وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Aku diutus dengan pedang menjelang hari
kiamat sampai Allah Ta’ala sajalah yang diibadati lagi tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan rizki-ku dijadikan di bawah bayangan tombakku, sedangkan
kehinaan dan kenistaan dijadikan atas orang yang menyelisihi
perintahku.” (Shahih diriwayatkan oleh Ahmad, dan ia ada dalam Shahih Al
Jami’).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus
dengan pedang, dan diperintahkan untuk berperang untuk mewujudkan
tujuan tauhid di muka bumi dan untuk menghancurkan kekuatan kebatilan
dan kemusyrikan. Dan seandainya ada jalan lain selain penumpahan
darahnya -ayah dan ibuku sebagai tebusannya shallallahu ‘alaihi wa
sallam- tentu Allah telah mengarahkannya kepada jalan itu, dan tentu Dia
sudah memerintahkannya demi menjaga darahnya yang suci shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka bagaimana bisa jalan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam itu jihad, sedangkan jalan umatnya dan para pengikutnya itu
“Jalan Damai”!!
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
memerintahkan untuk memerangi kelompok-kelompok manusia yang banyak
dalam rangka mewujudkan keadilan di muka bumi, dalam rangka mengukuhkan
Al Haq dan dalam rangka melenyapkan kezaliman. Sedangkan hal ini tidak
bisa terwujud kecuali dengan perang.
Ibnu Hajar rahimahullah di dalam “Al Hikam Al Jadirah Bil Idza’ah” menulis:
“Dan yang nampak adalah bahwa di dalam Al
Qur’an itu ada empat pedang: pedang terhadap kaum musyrikin sampai
mereka masuk Islam atau ditawan, kemudian setelah itu mereka dilepaskan
cuma-cuma atau dilepaskan dengan tebusan, dan pedang terhadap kaum
munafiqin, yaitu pedang untuk menghajar kaum zanadiqah, di mana Allah
telah memerintahkan untuk menjihadi mereka dan bersikap kasar kepada
mereka di dalam surat Bara-ah, surat At Tahrim dan surat Al Ahzab, dan
pedang terhadap Ahli Kitab sampai mereka menunaikan jizyah, dan pedang
terhadap Bughat, yang disebutkan di dalam surat Al Hujurat, dan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam belum menghunuskan pedang ini di saat
beliau hidup, namun Ali radliyallahu ‘anhu-lah yang menghunuskannya di
masa kekhilafahan-nya dan beliau berkata: “Akulah orang yang mengajari
manusia memerangi Ahli Kiblat..”
Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga memiliki pedang-pedang lain, di antaranya: pedangnya terhadap
orang-orang murtad, yang beliau sabdakan:
“من بدّل دينه فاقتلوه”
“Siapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah dia.”
Dan pedang ini telah dihunuskan oleh Abu
Bakar Ash Shiddiq radliyallahu ‘anhu setelah wafat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pada masa kekhilafahannya terhadap suku-suku arab yang
murtad. Dan di antaranya juga pedang beliau terhadap Mariqin, yaitu
ahli bid’ah seperti Khawarij, di mana telah sah dari beliau perintah
untuk memerangi mereka walaupun para ulama berselisih prihal kekafiran
mereka. Dan mereka itu telah diperangi Ali radliyallahu ‘anhu di masa
kekhilafahannya padahal beliau mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu
bukan orang-orang kafir…” Dan telah diriwayatkan dari Ali radliyallahu
‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
memerangi Mariqin, orang-orang yang melanggar janji dan orang-orang yang
jahat. Dan Ali telah membakar sekelompok orang-orang zanadiqah.”
(Selesai penukilan dari Ibnu Hajar).
Jihad itu memiliki banyak hikmah lain
yang telah dikumpulkan sebagiannya oleh para ulama, Al Imam Al ‘Izz Ibnu
Abdissalam berkata di dalam “Ahkam Al Jihad wa Fadlailuhu”:
Amalan paling utama setelah iman kepada
Allah adalah jihad di jalan Allah; di karenakan di dalamnya terdapat
penghancuran musuh-musuh Allah, pembersihan bumi dari mereka, pelepasan
tawanan kaum muslimin dari tangan mereka, penjagaan darah, harta, para
wanita dan anak-anak kaum muslimin, dan pensejahteraan kaum muslimin
dengan apa yang Allah karuniakan kepada mereka berupa tanah-tanah
orang-orang kafir dan harta-harta mereka, serta pensejahteraan para
istri dan anak-anak mereka. Oleh sebab itu Allah membesarkan di dalamnya
pahala orang yang mengejar dan yang dikejar dari kaum muslimin, orang
yang menang dan yang kalah, serta orang yang membunuh dan yang terbunuh,
dan di dalamnya Allah menghidupkan orang-orang yang terbunuh setelah
kematian mereka, serta menggantikan bagi mereka dari kehidupan yang
mereka korbankan karena-Nya dengan kehidupan abadi yang tidak bisa
diceritakan sifatnya oleh orang yang menceritakan dan tidak bisa
diketahui oleh orang yang mengetahui. Dan begitu juga tatkala mereka
meninggalkan keluarga dan tanah air, maka Allah memberikan tempat bagi
mereka di sisi-Nya, dan membuat mereka senang dengan kedekatan dari-Nya
sebagai pengganti teman yang mereka cintai yang mereka tinggalkan
karena-Nya! Maka alangkah bahagianya orang yang telah meraih pahala yang
besar ini di sisi Ar Rabb Al Jalil, sedangkan hal itu hanyalah
didapatkan oleh orang yang berperang di jalan Allah supaya Kalimat
Allah-lah yang tertinggi dan supaya kalimat orang-orang kafir itu yang
rendah.” (Selesai).
Ini adalah sebagian faidah jihad yang
telah Allah Ta’ala sebutkan di dalam Al Qur’an, yang telah Allah Ta’ala
janjikan atasnya pahala yang banyak. Sedangkan semua pahala dan
kedudukan ini hanyalah diperuntukkan bagi mujahidin: yang demikian itu
dikarenakan begitu pentingnya jihad itu di dalam kehidupan umat, dan
dikarenakan jihad itu adalah tameng umat dan bentengnya yang kokoh yang
menghalangi masuknya para perusak yang datang dari luar dan dari
kegoncangan di dalam. Sehingga urusan umat ini tidak bisa tegak lurus
kecuali dengan jihad, dan tidak ada ‘izzah dan tamkin baginya kecuali
dengan jihad, sedangkan segala kehinaan, kebinasaan dan kenistaan itu
ada pada sikap meninggalkan jihad di jalan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” إِذَا ضَنَّ
النَّاسُ بِالدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ ، وَاتَّبَعُوا أَذْنَابَ الْبَقَرِ ،
وَتَرَكُوا الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَتَبَايَعُوا بِالْغَبْنِ
أنزل اللَّهُ عَلَيْهِمْ ذُلا فَلَمْ يَرْفَعْهُ عَنْهُمْ حَتَّى
يُرَاجِعُوا دِينَهُمْ “
“Bila manusia pelit dengan dinar dan
dirham, dan mereka berjual beli dengan cara ‘inah (satu macam riba), dan
mereka mengikuti ekor-ekor sapi dan meninggalkan jihad di jalan Allah,
maka Allah Ta’ala memasukan kepada mereka kehinaan yang tidak akan
diangkat dari mereka sampai mereka kembali kepada dien mereka.”(Ahmad,
Ath Thabraniy dalam Al Kabir, dan Al Baihaqiy di dalam Syu-abil Iman,
dan dishahihkan oleh Al Albaniy di dalam Shahih Al Jami’).
Abu Ayyub Al Anshariy berkata di dalam hadits perang Kostantinopel sebagai tafsiran bagi firman Allah Ta’ala:
{وَلاَ تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ} (البقرة : 195)
“…Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan…” (Al Baqarah: 195).
فالإلقاء بالأيدي إلى التهلكة أن نقيم في أموالنا ونصلحها وندع الجهاد
“Menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan
adalah kita tinggal di tengah harta-harta kita dan mengurusinya serta
kita meninggalkan jihad.” (Diriwayatkan oleh tiga imam dan dishahihkan
oleh At Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al Hakim juga Al Albaniy di dalam As
Silsilah Ash Shahihah).
Dan dari Tsauban dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau besabda:
يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى
الأكلة إلى قصعتها فقال قائل ومن قلة نحن يومئذ قال بل أنتم يومئذ كثير
ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن
الله في قلوبكم الوهن فقال قائل يا رسول الله وما الوهن قال حب الدنيا
وكراهية الموت
“Hampir tiba saatnya di mana
bangsa-bangsa mengerumuni kalian, sebagaimana orang-orang yang makan
mengerumuni nampannya,” maka seseorang berkata: Apa karena kami sedikit
hari itu? Beliau menjawab:”Justeru kalian itu banyak saat itu, akan
tetapi kalian itu buih seperti buih banjir, dan sungguh Allah
benar-benar akan mencabut dari dada musuh-musuh kalian rasa segan dari
kalian dan Allah benar-benar akan memasukkan wahn ke dalam hati kalian”,
maka seseorang berkata: Wahai Rasulullah apa wahn itu? Beliau berkata:
Cinta dunia dan benci kematian.” (Riwayat Abu Dawud, dan dishahihkan
oleh Al Albaniy).
Dan dari Abu Bakar radliyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bahwa beliau berkata:
“ما ترك قوم الجهاد إلا عمهم الله بالعذاب ”
“Tidak satu kaum-pun meninggalkan jihad
melainkan pasti Allah menimpakan adzab secara merata atas mereka.”
(Diriwayatkan oleh Ath Thabraniy di dalam Al Ausath, dan dihasankan oleh
Ibnu An Nuhas Ad Dimyathiy di dalam Mashari’u Al-‘Usyaq
“Tidak satu-pun ahli bait yang masuk cangkul kepada mereka melainkan mereka pasti hina.” (Shahih: Shahih Al Jami’).
Pengamatan yang jeli terhadap
hadits-hadits yang lalu itu memberikan kesimpulan padamu tentang rahasia
kehinaan umat ini serta kelemahan dan kenistaan yang menimpa mereka. Di
mana meninggalkan jihad, cenderung kepada dunia, kecintaan terhadapnya
serta kebencian terhadap kematian di jalan Allah Ta’ala adalah penyakit
kronis yang menghantarkan umat ini kepada kondisi yang dialami hari ini.
Dan lihatlah pensifatan yang menakjubkan dari Nabi yang ma’shum
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keadaan umat ini di zaman ini dan
apa yang dialami oleh manusia:
“يأتي على الناس زمان قلوبهم قلوب الأعاجم ، ما آتاهم الله من رزق جعلوه في الحيوان ، يعدون الصدقة مغرماً، والجهاد ضرارا“
“Sungguh benar-benar akan datang kepada
manusia suatu zaman; yang mana hati mereka itu hati orang-orang ‘ajam;
cinta dunia, kebiasaan mereka itu kebiasaan orang-orang badui pedalaman,
rizki apa saja yang datang kepada mereka maka mereka menjadikannya pada
hewan, mereka menganggap zakat itu hutang dan (menganggap) jihad itu
dlarar (bahaya).” (Isnadnya jayyid, para perawinya tsiqat; As Silsilah
Ash Shahihah 3357).
Dan apa yang kita lihat dari realita kita
dan apa yang kita saksikan serta kita dengar di media dan lewat lisan
banyak para ulama, para pencari ilmu dan kalangan awam bahwa madlarat
jihad itu lebih besar dari meninggalkannya, adalah bukti kebenaran sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Al Albaniy berkata di dalam As
Silsilah Ash Shahihah dalam rangka mengkomentari hadits ini: “Ia adalah
di antara bukti kebenaran dan kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam, di mana di dalamnya terdapat hal ghaib yang telah terbukti di
zaman ini. Wallahul Musta’an.” (Selesai).
Sesungguhnya di dalam perang itu terdapat
banyak mashalahat yang hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang
mengetahuinya, bahkan hatta di dalam memerangi kaum muslimin itu
terdapat mashalahat yang unggul padahal penghati-hatian dari hal itu
sangat dasyat:
{وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى
الأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللهِ
فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ} (الحجرات : 9)
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka
yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi
kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai kembali pada perintah
Allah. Kalau dia telah kembali, damaikanlah antara keduanya menurut
keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil.” (Al Hujurat: 9).
Perang di sini datang dalam rangka
mendamaikan perselisihan supaya sebagian manusia tidak aniaya kepada
sebagian yang lain, sedangkan ini adalah di antara kaum muslimin, maka
bagaimana bila kekafiran telah semena-mena di muka bumi: apakah masih
ada orang yang komentar?
Allah Ta’ala telah mewajibkan perang di
jalan-Nya karena banyak sebab; sebagiannya telah Dia sebutkan di dalam
Kitab-Nya, dan telah ada lewat lisan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa
sallam, dan para ulama-pun mengambil banyak kesimpulan dari
faidah-faidah dan hikmah-hikmah jihad, di mana di antara yang paling
agung dan paling besar dari tujuan-tujuan jihad itu adalah: Pemberlakuan
syari’at Allah di muka bumi supaya keadilan merata, ketundukkan
seluruhnya bagi Allah, kekafiran hancur lebur, dan kezaliman berhenti.
Dan ini tidak bisa terwujud kecuali dengan kedaulatan syari’at
Sesungguhnya manusia itu sangat tidak
mampu untuk mendatangkan undang-undang dan aturan-aturan yang
merealisasikan keadilan di tengah masyarakat, karena manusia itu
ditabi’atkan di atas sifat dzalim dan egoisme, dan mereka itu sangat
tidak bisa untuk mengatur kehidupan manusia, dan lihatlah penetapan yang
mengagumkan ini dari Allah Ta’ala dalam hal ini:
{وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ} (المؤمنون : 71)
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa
nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di
dalamnya…” (Al-Mu’minun: 71).
Tidak satu-pun mampu untuk membuat
undang-undang yang adil lagi akurat yang bisa membenahi kehidupan
manusia kecuali Pencipta manusia Yang Maha Lembut lagi Maha Mengetahui,
dan Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertahakum
kepada syari’at-Nya sebagai pengakuan atas penghambaan mereka kepada-Nya
dan sebagai bentuk perealisasian pada Uluhiyyah-Nya di dalam hati
mereka, sehingga tidak tegak lurus ubudiyyah kepada Allah (kecuali
dengan pemberlakuan hukum-Nya) dan pentahkiman syari’at-Nya.
{وَهُوَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ إِلَهٌ وَفِي الأَرْضِ إِلَهٌ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْعَلِيمُ} (الزّخرف : 84)
“Dan Dialah Tuhan (Yang disembah) di
langit dan Tuhan (Yang disembah) di bumi dan Dialah Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Mengetahui.” (Az-Zukhruf: 84).
Sehingga tidak pantas kita menjadikan
Allah sebagai ilah di langit dan dien itu di hati, kemudian kita malah
menjadikan tuhan-tuhan selain Allah di bumi yang menetapkan
undang-undang bagi kita, ini adalah syirik uluhiyyah yang mana Allah
Ta’ala tidak akan menerima amalan bersamanya:
{إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ
بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ
فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيما} (النساء : 48)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An Nisa: 48).
Sesungguhnya umat ini memiliki
keistimewaan-keistimewaan yang tidak dimiliki oleh umat sebelumnya, di
mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Dan aku diutus
kepada seluruh umat manusia.” Sebagaimana di dalam hadits shahih:
فُضِّلْتُ عَلَى الأَنْبِيَاءِ بِخَمْسٍ : فَأُرْسِلْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً
“Aku diunggulkan di atas para nabi dengan lima hal: Aku diutus kepada manusia seluruhnya..” (Shahih Al Jami’ 4221)
Dan umat ini adalah saksi terhadap umat-umat yang lain:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ} (البقرة : 143)
“Dan demikian (pula) Kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan agar kamu menjadi saksi
atas (perbuatan) manusia…” (Al Baqarah: 143)
Wasath di sini adalah umat pilihan dan
yang adil, bukan seperti apa yang diartikan oleh sebagian orang bahwa
wasathiyyah itu maknanya adalah sikap absen dan berat diri dari
melakukan jihad dan mencampakkan aqidah al wala dan al bara, serta
kecintaan dan kebencian karena Allah. Ibnu Katsir berkata di dalam
Tafsirnya:
“Dan Wasath di sini adalah pilihan dan terbaik, sebagaimana dikatakan: Quraisy adalah
bangsa arab yang paling wasath nasabnya dan negerinya, yaitu paling
baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wasath di tengah
kaumnya, yaitu yang paling mulia nasabnya. Dan contoh makna ini adalah
Ash Shalat Al Wustha yang merupakan shalat yang paling utama yaitu
shalat ‘ashar, sebagaimana di dalam kitab-kitab Shahih dan yang lainnya.
Dan tatkala Allah telah menjadikan umat ini sebagai umat yang wasath
(pilihan), maka Dia memberikan keistimewaan dengan syari’at yang paling
sempurna, manhaj yang paling lurus dan madzhab yang paling jelas.”
(Selesai)
Umat ini adalah umat terbaik yang
dikeluarkan kepada manusia yang Allah Ta’ala berikan keistimewaan dengan
Nabi terbaik, Kitab terbaik dan para sahabat terbaik. Dan keterpilihan
ini adalah bersifat mendunia sampai Allah mewarisi bumi ini dan
seisinya, sedangkan kemenduniaannya ini menuntut penyebaran dakwahnya
dan pelenyapan seluruh rintangan yang ada di hadapannya. Keterpilihannya
ini menuntut pelenyapannya terhadap segala kezaliman di muka bumi;
dengan hujjah, bayan, pedang dan tombak sampai tidak tersisa kecuali
perintah Allah, hukum-Nya dan keadilan-Nya, dan sampai Allah saja yang
diibadati lagi tidak disekutukan dengan apapun.
Inilah pesan umat Islam, di mana ia
adalah pesan yang wajib lagi harus yang tidak bisa digugurkan oleh
undang-undang, adat lokal atau adat internasional atau adat seluruh
dunia, karena urusan ini adalah syar’iy rabbaniy ilahiy samawiy. Dan
begitu Allah mewajibkan perang; maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam langsung mengirim pasukan-pasukan dan brigade-brigade ke timur
dan ke barat, ke utara dan selatan memerangi manusia untuk mengeluarkan
mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, dan dari kezaliman
agama-agama bumi menuju cahaya Islam, serta dari kesempitan dunia menuju
kelapangan dunia dan akhirat.
Maka terbuktilah penaklukan-penaklukan di
masa kenabian, kemudian di masa khulafa rasyidin, dan kaum muslimin
terus senantiasa menaklukan negeri-negeri dengan pedang dan menaklukan
hati manusia dengan hujjah, sampai datanglah akhir masa Dinasti
Utsmaniyyah yang mana sebagian para sultan-nya mengganti hukum-hukum
syari’at (dengan hukum barat), sehingga terjadilah kezaliman yang
dipungkas dengan kelemahan, dan mulailah masa pelepasan sistem khilafah
Islamiyyah yang berakhir lewat tangan anak seorang wanita yahudi yang
masuk ke tengah lingkungan Islamiy dengan label Nasionalime Tauraniyyah
Jahiliyyah.
Dan di antara keistimewaan umat ini
adalah bahwa ia itu umat mujahidah yang keras terhadap orang-orang
kafir, lagi kasar dan pemenggal leher-leher mereka seraya membenci
mereka karena Allah Ta’ala.
Dan seandainya satu generasi dari kaum
muslimin menanggalkan keistimewaan-keistimewaan ini, maka sesungguhnya
Allah Ta’ala pasti menggantinya dengan generasi lainnya, sebagaimana
yang telah Allah Ta’ala kukuhkan di dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ
إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى
الأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا
مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيلٌ * إِلاَّ
تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا
غَيْرَكُمْ وَلاَ تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ} (التوبة : 38-39)
“Hai orang-orang yang beriman, apakah
sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada
jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah
kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?
Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan)
diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang,
niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya
(kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi
kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (At Taubah: 38-39).
Umat ini telah ditimpa adzab (siksaan)
lewat tangan musuh-musuhnya dengan sebab ia berleha-leha dan betah
dengan dunia dan kehinaan. Barangsiapa tafrith (teledor) di dalam
menolong agama Allah dan di dalam jihad di jalan-Nya, maka Allah pasti
akan menggantikannya.
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ
يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللهُ بِقَوْمٍ
يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ
عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَلاَ يَخَافُونَ
لَوْمَةَ لاَئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ
وَاسِعٌ عَلِيمٌ} (المائدة : 54)
“Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Al Maidah:
54).
Dan berfirman:
{وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ} (محمد : 38)
“…Dan jika kamu berpaling niscaya Dia
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan
seperti kamu ini.” (Muhammad: 38).
Dan bisa jadi kita hari ini hidup di masa
penggantian generasi kehinaan, silmiyyah, pertengahan dan moderat yang
dingin lagi lemah yang absen dari jihad serta malas-malasan (digantikan)
dengan generasi yang masih muda yang berjihad, yang perkasa lagi
pemberani yang suka berperang lagi hobi menyembelih lagi suka meledakkan
diri lagi suka menteror yang suka menghajar lagi tidak takut ucapan
orang yang suka mencela.
Sesungguhnya perang yang tujuannya bukan
tahkim syari’at Allah dan bukan tamkin dien-Nya di muka bumi adalah
bukan jihad di jalan Allah, sedangkan tidak ada tamkin bagi dienullah
dan tidak ada pemberlakuan hukum-Nya sesuai apa yang dituntut secara
syar’iy kecuali dengan jihad di jalan Allah. Di mana dua hal itu saling
keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh sebab itu,
barangsiapa menginginkan pemberlakuan syari’at di muka bumi tanpa
perang, maka dia itu wahim (mengigau), dan barangsiapa berperang demi
nasionalisme, atau kebangsaan atau demokrasi atau negara madaniy atau
hidup saling toleransi dengan orang-orang kafir atau demi kemanusiaan,
maka dia itu orang bodoh yang menyia-nyiakan agama dan kehidupannya. Di
mana dengan jihad maka umat ini menjadi hidup, dan dengan pemberlakuan
syari’at maka meratalah keadilan di muka bumi.
Dan setiap undang-undang yang menyelisihi
syari’at Allah lagi menggugurkan hukum-Nya -walaupun nampak tepat- maka
ia itu kezaliman dan murni keburukan walaupun dianggap baik oleh
manusia. Dan setiap jalan untuk perbaikan di zaman ini selain kekuatan,
perang dan jihad, maka ia itu adalah jalan yang tertutup lagi terputus
walaupun dianggap lurus oleh manusia, dan seandainya di sana ada jalan
untuk pembenahan bumi selain jalan jihad tentulah Allah telah
menunjukkannya kepada kita dan menjaga darah hamba-hamba-Nya dan
wali-wali-Nya yang beriman.
Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menjelaskan bahwa jihad itu adalah jalan satu-satunya untuk
pembenahan umat manusia di masa-masa ketersesatan dan penguasaan
kezaliman, yang demikian itu dikarenakan setan dan wali-walinya tidak
mungkin membiarkan kaum mu’minin melakukan pembenahan bumi setelah
pengrusakannya, sehingga kejahatan ini harus dibungkam dengan kekuatan
Al Haq yang bersifat materi dan ma’nawi. Alangkah indahnya ucapan Ibnu
Taimiyyah rahimahullah di saat berkata:
(قوام الدين: كتاب يهدي وعدل يعمل به وحديد ينصر{وكفى بربك هاديا ونصيرا} (مجموع الرسائل
“Tegaknya dien ini adalah (dengan) Kitab
yang membimbing, keadilan yang diamalkan serta besi yang melindung (Dan
cukuplah Rabb-mu sebagai Pembimbing dan sebagai Penolong).” (Majmu’ Ar
Rasa-il)
Sehingga dua hal dari hal-hal itu tidak bisa membenahi tanpa ada yang ketiga (besi).
Wallahu A’lam.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabat seluruhnya.
_____________________
Selesai di Alih Bahasakan: Abu Sulaiman Al Arkhabiliy
2 Jumadil Akhir 1436/22 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar