Minggu, 31 Mei 2015

SEKAT NASIONALIS MENGHANCURKAN UKWAH ISLAM

KEKERASAN yang dihadapi Muslim Rohingya sebenarnya bukanlah merupakan masalah kewarganegaraan melainkan masalah kejahatan genosida terhadap minoritas Muslim yang tinggal di wilayah Arakan Burma. Pun jika melihat dari sisi kewarganegaraan, Etnis Rohingya telah ada di wilayah Arakan dalam berbilang abad, bahkan lebih dulu dari pada negara Burma, harusnya diakui sebagai penduduk sah wilayah itu dengan segala hak-haknya. Hingga minoritas Muslim Rohingya tidak ditindas dan diusir dari wilayahnya seperti yang terjadi hari ini.
Hal tersebut tentu sangat memilukan. Dimana Muslim Rohingya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari umat Islam di dunia, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW bahwa umat Islam adalah ibarat satu tubuh, satu bagian sakit maka seluruh bagian lainnya juga akan ikut merasakan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaqun ‘Alaih dari al-Nu’man bin Basyir)
Namun hari ini, sekat Nasionalisme telah mematikan rasa persaudaraan Islam yang telah ditetapkan oleh ‘Aqidah Islam. Umat Islam di dunia seakan tak lagi menganggap ibarat satu tubuh, masing-masing saling acuh terhadap kondisi Muslim yang lain hanya saja rasa kemanusiaan semata yang terkadang menggerakkan hati mereka untuk saling membantu bukan karena saudara seakidah.
Inilah fakta yang terjadi pada umat Islam hari ini dimana tidak ada sebuah institusi yang menyatukan Umat Islam di seluruh dunia. Ide nasionalisme telah mampu memecahbelahkan umat Islam yang telah bersatu selama satu setengah abad silam. Ikatan kebangsaan ini merupakan ikatan yang lemah dan bersifat temporal dan hanya akan muncul ketika ada ancaman datang. Namun jika dalam keadaan stabil ikatan ini nyaris tidak ada sama sekali. Itulah sebab ide rusak nasionalisme tersebut tidak bisa dijadikan sebuah ikatan di tengah-tengah masyarakat.
Dan hari ini, kungkungan nasionalisme itu telah memecahbelahkan umat islam dalam beberapa negara kecil yang lemah dan prakmatis. Bagaimana kita melihat Muslim Rohingya yang diusir dari negaranya terkatung-katung ditengah laut, tidak satu negarapun yang menerimanya dengan dalih mereka adalah kewarganegaraan asing dan diklaim sebagai imigran gelap. Di Thailand, kedatangan Muslim Rohingya diusir kembali ke laut bahkan kabarnya sempat diadu domba dengan imigran Blangladesh. Malaysia juga enggan untuk menerimanya dengan dalih jumlah mereka yang banyak.
Demikian pula Indonesia, negeri yang mayoritas penduduknya Muslim seakan juga enggan menerima mereka yang disinyalir sejumlah kapal perang dikerahkan untuk menghalau mereka masuk ke Indonesia. Namun dengan nilai kemanusiaan yang masih tinggi, Aceh menjawab panggilan sebagian mereka Muslim Rohingya. Sejumlah Etnis Rohingya dengan kondisi yang memprihatinkan, diselamatkan oleh nelayan aceh yang meskipun itu tidak menyelesaikan masalah mereka permanen. Oleh karena salah satu sebab diataslah menjadi kewajiban bagi seluruh umat islam di dunia untuk segera mewujudkan sebuah perubahan besar dunia untuk yang lebih baik dan permanen.
Solusi untuk Muslim Rohingya
Memberikan tempat penampungan terhadap para imigran Rohingya yang terdampar di masing-masing negara tidaklah menjadi solusi konkret terhadap masalah yang dihadapi saudara kita Muslim Rohingya, terlebih jika mereka dideportasi kembali ke negara asal. Hal tersebut hanya akan meneruskan pembantaian yang dilakukan oleh ekstrimis Budha.
Sungguh, tidak ada solusi untuk segala masalah yang dihadapi umat islam di dunia tanpa terkecuali Muslim Rohingya melainkan dengan tegaknya kembali khilafah Islamiyah yang mengikuti metode kenabian di muka bumi ini. Hingga keselamatan etnis Rohingya akan dijamin oleh negara. Dengan khilafah, umat Islam di seluruh dunia akan dipersatukan dalam satu pemimpin, satu pemikiran, satu Tuhan (Allah), dan satu bendera.
Sehingga dalam kepemimpinan tersebut segala kemunafikan, pembantaian, neoliberalisme, akan di berantas dengan tegas. Kekayaan alam dikelola negara demi kemaslahatan rakyat, semua terjaga, alam, kehidupan, dan kesejahteraan penduduk baik Muslim maupun non Muslim. Serta akan membela orang-orang yang tertindas di dunia apapun bangsa dan agama mereka.
Niscaya hal tersebut menjadi kebutuhan yang sangat mendesak untuk segera dan terus diperjuangkan bersama. Terlebih tegaknya khilafah adalah kewajiban terpenting yang telah Allah wajibkan kepada setiap Muslim dan Muslimah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar