Kamis, 04 Juni 2015

ARAB SAUDI JANGAN ADA DUSTA DIANTARA KITA

Sejarah mencatat  awal berdirinya kerajaan Saudi  dibantu oleh seorang perwira Yahudi-Inggris bernama Lawrence ( yang kemudian dikenal sebagai Lawrence of Arabia). Ketika itu Klan Ibnu Saud melakukan pemberontakan  terhadap Kekhalifahan Turki Utsmaniyah dan mendirikan sistem kerajaan di wilayahnya. Dalam perkembangan selanjutnya pembangunan sistem militer di Kerajaan Saudi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh tentara bayaran Barat. Di tahun 1975, Saudi mengandeng Vinnel Corporation untuk pelatihan sekira 75. 000 personel Saudi Arabian National Guard (SANG), sebuah unit militer Saudi yang berasal dari pejuang suku Badui, Barat juga berperan hal penjagaan ladang-ladang minyak di Arab Saudi. Nilai kontraknya mencapai 77 juta dollar AS. Belakangan diketahui, Pentagon punya andil besar dalam tender Vinnel di Saudi. Selain kontrak pelatihan di atas, di akhir tahun 1970-an, secara rahasia BAE System diminta oleh Saudi Arabia untuk memasok logistik militer dengan nilai kontrak sebesar 40 miliar  poundsterling. Amerika Serikat sendiri mendapat jatah memasok pesawat tempur, heli serbu, dan rudal yang nilainya juga mencapai miliaran dollar. Tidak sampai disitu saja, segala logistik tempur tersebut memerlukan ribuan personil untuk merakit, memelihara, dan memberi latihan maintenance kepada personil lokal, maka Saudi juga mendatangkan sekira 50 ribu tenaga asing dengan komposisi 22. 000 dari Inggris dan sisanya, 30. 000 dari AS. Sebagian besar dari mereka adalahmercenaries, atau tentara bayaran. Salah satu pemasok tentara bayaran dari Amerika yang mendapat proyek besar di Saudi tersebut adalah Vinnel yang dimiliki Northrop. US News melaporkan, untuk proyek pelatihan dan pembangunan fasilitas militer di Saudi saja, Vinnel mendapat konrak senilai 800 juta dollar AS. Itu di luar jutaan dollar lainnya yang dikucurkan Saudi untuk melengkapi peralatan tentaranya. Kerajaan Saudi Arabia sangat mempercayai Vinnel. Tidak hanya dalam hardware, Saudi juga menunjuk Vinnel untuk menyusun sofware sistem kemiliterannya, meliputi penyusunan doktrin bagi lima akademi militer Saudi, tujuh lapangan tembak, membenahi sistem kesehatan militer, dan juga melengkapi empat brigade mekanis dan lima brigade infanteri. Tahun 1980, Vinnel lagi-lagi ditunjuk pihak kerajaan Saudi untuk memodernisir angkatan perangnya. Kali ini Royal Saudi Air Force (RSAF) yang meminta Vinnel untuk menyediakan sistem analis hingga logistik dan peralatan radar dan aeronautikal lainnya. Selain itu sebuah konsorsium perusahaan dari Amerika Serikat yang dimiliki oleh pejabat gedung putih dan pentagon juga telah ditunjuk oleh Angkatan Darat Kerajaan Saudi Arabia untuk menangani mulai dari pengadaan, pelatihan, maintenance tank tempur jenis Bradley. Tak mengherankan jika sikap politik klan Ibnu Saud yang amat lengket dengan Barat ini mengundang ketidak-puasan bagi sebagian rakyatnya yang melek politik. Di tahun 2000-an, sebuah gedung tempat petinggi Vinnel bekerja di Saudi Arabia ditabrak sebuah bom mobil hingga hancur berkeping-keping. Lalu pada 12 Mei 203, beberapa pejuang Arab menerobos memasuki tiga buah wisma tempat tentara bayaran tersebut dan meledakkan beberapa buah bom. Korban yang jatuh di kedua belah pihak tidak dicatat. Hanya saja, pemerintah Saudi menahan 20 pejuang yang dikatakan sebagai bagian dari Al-Qaidah. Saddam Hussein dari Irak mengetahui sekali kelakuan kerajaan Saudi yang dianggap menghianati bangsa Arab, penyerbuan kekuwait yang dilakukanya bertujuan menghancurkan ladang minyak Saudi. Yang bereaksi tentu saja Amerika Serikat karena ladang2 itu merupakan milik Amerika Serikat dan Yahudi sebagai imbalan menjaga tahta raja Saudi itu. Saddam Hussein rupanya kalah diplomasi dan kalah licik, akhirnya harus tewas ditiang gantungan. Osama bin Laden adalah salah seorang yang sangat menentang raja Saudi Arabia itu, dia sesungguhnya seorang pejuang nasionalis Arab tetapi karena pendekatan politiknya dilakukan melalui agama, dia berhasil membawa perjuangannya menjadi perjuangan agama yang mengikut sertakan kaum muslim diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tidak mengherankan jika sebagian kaum muslim di Indonesia menganggap Amerika Serikat sebagai musuh islam karena antara politik dan agama dalam ajaran islam memang satu kesatuan. Yang tidak disadari oleh umat islam adalah, karena ideologi yang tertanam dibenaknya adalah kebencian terhadap bangsa Yahudi  yang membuat umat Islam susah berfikir jernih sehingga mudah diadu domba. Padahal, sesungguhnya bangsa Yahudi memasok segala jenis senjata canggih ke Timur Tengah, selain mendapat keuntungan sangat besar juga mendapat lahan untuk uji coba persenjataan yang diujikan kepada manusia yaitu kaum muslim, bukan kelinci. Umat muslim dapat dijadikan manusia percobaan persenjataan karena umat muslim itu sendiri susah akur antar sesamanya. Kaum Muslim berkata : “Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani (Kristen) sebagai penolong, karena sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. ” (QS. Al-Maidah: 51). Kaum Yahudi menjawab : " Wahai kaum muslim, janganlah kalian saling bertengkar dan saling menyalahkan sehingga tidak menyadari sudah kami kerjai "  ( kalau ini karangan saya saja ..... ). Kalau kita melihat sejarah Arab Saudi sepert itu, jelaslah bahwa negara Arab Saudi hanyalah dilabeli sebagai negara Islam karena menjadi pusat ibadah ajaran islam seluruh dunia. Namun perkara politik, tetap saja politik yang lebih mementingkan kekuasaan yang tentunya menjadi urusan bangsa Arab itu sendiri, bukan urusan dunia Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar