Abu Hamzah al-Muhajir (rahimahullah) pernah menyampaikan pesannya
kepada fraksi nasionalis di Iraq, “Kepada yang berjuang untuk bangsa
dibawah panji nasionalis patriotis, Saya katakan, seseorang yang datang
kepada Rasul shallallahu alaihi wa sallam –dalam Bukhari & Muslim
riwayat Abu Musa- bertanya ‘ya Rasullullah, siapakah yang berperang di
jalan Allah? Seseorang mungkin berperang karena kemarahanya atau perang
karena hamiyyah (kesombongan)? Maka Rasul shallallahu alaihi wa sallam
mengangkat kepalanya dan berkata “siapapun yang berperang supaya kalimat
Allah itu tinggi maka ia berperang di jalan Allah,”.
An Nawawi,
Ibnu Hajar dan yang lainnya mengatakan bahwa hamiyyah adalah berperang
untuk harga diri, iri hati atau mempertahankan marga/keluarganya.
Kemudian, Al Hafidh Ibnu Hajar dalam bukunya ‘Al Fath’, dikatakan bahwa
“mungkin saja seseorang berperang untuk menolak bahaya dan berperang
karena marah bisa berarti perang untuk mencari keuntungan”. Jadi apakah
perang kalian, wahai manusia, bertujuan sebagaimana apa yang Rasul
shallallahu alaihi wa sallam peringatkan? Yang dikehendaki syari’ah
Allah seperti al Hafidh ibnu Hajar dalam ‘Al Fath’ mengatakan, “Perang
itu tidaklah fi sabilillah kecuali kalau peperangan itu hanya untuk
kalimat Allah yang paling tinggi”. Pembebasan negeri dan tujuan lain
didalamnya adalah akiba, bukan tujuan. Anda tahu keburukan perang ini,
sebagaimana para penguasa arab hari ini yang naik tahta kekuasaan dengan
bendera nasionalisme. Apa hasilnya? Bukankah kerugian dunia dan
akhirat? [Makalah Kedua].
Amirul Mukminin Abu ‘Umar al Baghdadi
(rahimahullah) mengatakan “Pemikiran nasionalisme dan patriotisme
bertolak belakang dengan Agama dalam banyak hal yang mendasar. Pertama,
keutamaan seseorang harus berdasarkan ketakwaan bukan berdasarkan darah
(keturunan). Allah (ta’ala) berfirman {“Wahai manusia sungguh telah
ciptakan kamu, laki laki dan perempuan dan menjadikamu bersuku suku dan
berkabilah-kabilah supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa”}[Al
Hujurat:13]. Kedua, nasionalisme berlawanan dengan prinsp al Wala’ dan
al Bara’ -dasar utama agama-. Orang Kristen Iraq adalah saudara mereka
yang memiliki hak sama, sementara orang India atau Turki yang muslim
tidak punya hak yang sama. Syari’at mereka mengharuskan melebihkan
‘Uqbah ibnu Abi Mua’ayt dan Abu Jahl daripada Bilal yang Ethopia dan
Salman yang dari Parsi. Ketiga, nasionalisme berlawanan dengan
keterikatan /persaudaraan antar mukminin. Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda: ”Mukmin dengan mukmin lainya seperti sebuah
bangunan, tiap bagian berpegangan erat satu dengan lainnya,” [HR Bukhari
dan Muslim, dari Abu Musa Al Ash’ari]. Nabi juga menyebut “Cinta, Kasih
sayang dan simpati antar mukmin satu dengan lainnya seperti, kalau
betis nyeri maka seluruh tubuh meresponnya dengan kurang tidur dan
demam,” [Bukhari dan Muslim dari An Nukman ibnu Bashir]. Keempat,
nasionalime berdasarkan seruan partisan (sikap berat sebelah). Allah
ta’ala berfirman, “Ketika orang orang kafir menanamkan dalam hati mereka
kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah,” [Al Fath:26]. Rasul
shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Siapa yang menyeru pada
‘ashabiyah (nasionalisme), ia bukan dari golongan kami” (diriwayatkan
oleh Abu Dawud dari Jubayr ibnu Mut’im) [Adhillah ‘Alal-Mu’minin A’izzah
‘Alal-Kafirin].
Amirul mukminin Abu ‘Umar al Baghdadi
(rahimahullah) juga mengatakan “Amat menyedihkan bibit-bibit sekulerisme
menyebar kebohongan, dirumuskan berdasarkan itu, diperdebatkan
berdasarkan itu, dan mengangkat bendera kebutaan atas nama nasionalisme
dan patriotisme, keduanya adalah konstitusi bawaan Negara Majusi. Mereka
membuat sumber-sumber daya Iraq –khususnya air dan minyak- menjadi hak
milik mereka yang memiliki kewarganegaraan Iraq saja! Apa yang akan
terjadi jika Rasulullah hijrah ke tanah kita? Tentu saja nabi
shallallahu alaihi wa sallam hijrah ke tempat yang bukan miliknya dan
berdiam di rumah selain miliknya. Akankah, menurut doktrin mereka, semua
sumberdaya itu halal untuk beliau dan sahabat-sahabatnya? Tidak. Untuk
Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan muhajirin setelahnya punya kuasa
memimpin, lalu jika itu terjadi maka harus menghadapi kekasaran dari
perlawanan mereka! Bagaimana tidak, orang-orang ini adalah orang-orang
yang mengatakan ‘Iraq adalah untuk orang Iraq dan segala sumberdaya
adalah untuk orang Iraq’. Ya, untuk semua orang Iraq meskipun dia dari
Yazidi penyembah setan atau Sabian Mandaeans. Semua –menurut mereka-
punya hak yang seimbang, apakah seorang Muslim atau Rafidi Majusi! Tak
perduli apakah orang Iraq ini penyembah Allah yang Maha Mulia atau setan
pembangkang. Hak-haknya akan dilindungi! Wahai muwahiddin, kita yakin
setiap Muslim bersaudara, meskipun dia dari Filipina. Dan penyembah
syetan adalah musuh kita meski pun dia orang Iraq asli,”
[Fa’ammaz-Zabadu Fayadhhabu jufa’a].
Pada 25 Desember 2014, telah
dibentuk Jabhah Syamiyyah di Aleppo. Terdiri dari Jabhah “Islamiyah”,
Jaisyul “Mujahidin”, Harakah “Nuruddin Zanki”, Fastaqim Kama Umirt,
Jabhah Ashalah wa Tanmiyah, dan baru baru ini, Harakah Hazm. Kebanyakan
faksi ini adalah anggota Dewan Komando Revolusioner Nasionalis Suriah.
Semua Faksi ini mengira akan menerima bantuan ‘tanpa syarat’ dari rejim
teluk, CIA, Koalisi Nasional Suriah (SNC) atau Dewan Militer Tertinggi
FSA, sementara faksi-faksi tersebut “bukan bagian” dari salah satu dari
pemberi bantuan tersebut. Pada Febuari 2015, Jabhah (Fornt) baru
tersebut telah bersepakat dengan Pemerintahan Otonomi Persatuan
Demokratik Kurdi dan Satuan Pelindung Rakyat (YPG) -sayap militer Partai
Persatuan Demokrat (PYD)-, yang merupakan cabang Suriah dari Partai
Pekerja Kurdistan (PKK), untuk mengimplementasikan syari’ah di Afrin!
Bagaimana jadinya nasionalis ‘islamis’, berencana untuk mengimplementasi
“syari’ah” beriringan dengan Marxist dan demokrasi sekuler? Tak akan
mungkin. Apakah PKK yang dibantu pesawat salibis di ‘Aynul Islam akan
membantu penerapan syariah?!
bendera nalionalis sekutu alqaida di Syam
Skenario nasionalis “islami” bekerja bersama beriring dengan nasionalis
sekuler untuk membangun pemerintahan nasionalis dengan elemen “islam”
dan demokrasi dalam kerangka konstitusi, adalah sama seperti yang telah
terjadi di Mesir, Libya dan Tunisia. Tentara salibis berharap pada
akhirnya pemisahan dua kubu, duduk-duduk dan tinggal menunggu untuk
mendukung sisi yang lebih menguntungkan bagi mereka dibanding sisi yang
lain. Kedua sisi berlomba mempertunjukkan kemurtadan untuk memenangkan
hati dari salibis dan sekutu mereka, thaghut-thaghut Arab.
Meskipun permainan ini sangat jelas bagi mereka yang mengerti iman dan
waqi’, namun hal itu dirasa belum jelas bagi pengklaim jihad Syam
(Jabhah Jaulani). Sempalan-sempalan yang memerangi Daulah Islam bersama
Faksi Sahawat, yang akhirnya membentuk Jabhah Syamiyyah mengklaim faksi
ini adalah batalion mujahidin yang ikhlas. “Keikhlasan” yang diklaim
Jabhah Jaulani semakin jelas dari hari ke hari.
Di bawah ini
adalah transkrip dari pidato ketua bidang politik dan media Jabhah
Syamiyyah –Zakariya Malahifji- dalam konferensi yang diselenggarakan
oleh “Kekuatan Revolusioner Aleppo”, di Turki, 1 Maret 2015.
Dia
mengatakan “Merespon pada permintaan revolusionis dan desakan tuntutan
masa Revolusi di Aleppo terkait penggabungan dan organisasi, untuk
menghadapi agresi tiran atas nama Jabhah Syamiyyah, sebelumnya saya
ingin menegaskan beberapa prinsip,”.
“Pertama, Jabhah Syamiyyah
adalah bagian dari revolusi besar Suriah yang kekuatannya harus
disatukan untuk mencapai kemenangan. Persatuan adalah satu satunya cara
menuju kemenangan. Perpecahan selalu menyenangkan keinginan rezim yang
jahat,”.
“Kedua, Jabhah Syamiyyah adalah faksi yang mewakili
Suriah dan rakyat Suriah. Mengingat Suriah adalah milik seluruh orang
Suriah . Pembebasan Negara Suriah dan rakyat Suriah dari penjajahan Iran
dan menjatuhkan rezim Asad adalah tujuan utama kami untuk menghentikan
penindasan dan membangun negara yang bebas,”.
“Ketiga, kami
mempertimbangkan identitas nasional Suriah menjadi identitas seluruh
komponen rakyat Suriah, Arab, Kurdi, Turkmenis, Circassian, Assiria,
Syiriak, termassuk pula komponen komponen agama lainnya,”.
“Keempat, Suriah dengan pengakuan batas geografis internasional saat ini
adalah Negara untuk seluruh orang Suriah. Front ini menolak pembagian
atau pembentukan baru bagi Suriah menurut agenda atau ambisi faksi,
politik ataupun partisan,”.
“Kelima, seluruh dunia tahu bahwa
rezim Suriah telah dan terus mendukung terorisme terburuk di kawasan
ini, juga melatih dan mengatur geng teroris, dan mereka menjalakan
operasi teroris dan pembunuhan di semua negara yang berdekatan. Rezim
ini sekarang minta bantuan dan menggunakannya untuk berperang melawan
revolusi rakyat Suriah.”
“Keenam, telah jelas bagi kita semua
bahwa revolusi Suriah menghadapi koalisi dari rezim teroris paling
arogan di kawasan ini. Koalisi ini dipimpin Iran, yang telah menduduki
beberapa wilayah di Suriah. Pada saat yang sama komunitas dunia dan
organisasi dunia telah meninggalkan tanggung jawab mereka untuk
melaksanakan tanggung jawab moral maupun legal, untuk menghentikan
pembunuhan masal rakyat Suriah yang telah berlangsung selama empat
tahun. Mereka tidak melindungi ketentraman rakyat sipil yang hilang
dalam sejumlah protes yang berlangsung sepanjang tahun awal revolusi,”.
“Ketujuh, Jabhah Syamiyyah mengucapkan terimakasih kepada saudara dan
teman-teman rakyat Suriah terutama Turki, Saudi Arabia dan Qatar juga
negara-negara lainnya sekaligus meminta pendirian yang tegas dari mereka
semua untuk menyelamatkan rakyat Suriah dari penjajahan Iran dan
gengnya serta kejahatan rezim,”.
“Kedelapan, Jabhah Syamiyyah
meyakini bahwa Proposal Demistora tidak memberikan rencana maupun
dokumen tertulis bagi penyelesaian politik di Suriah, ia malah
mengusulkan genjatan senjata di Aleppo untuk menyelamatkan rezim dari
kekalahannya yang berkepanjangan dan memberi kesempatan pada rezim ini
untuk membasmi Douma, Daraa dan kawasan lain di Suriah. Demistora hanya
ingin melangkahi keputusan Konferensi Jenewa I dan II tentang Suriah
dimana para revolusionis telah menyetujui untuk mengatasi kondisi yang
memutuskan bahwa adanya perubahan pada rezim yang jahat dan transisi
untuk Suriah yang bebas dan merdeka. Wahai saudaraku, hal ini menegaskan
pada kita akan pentingnya menyatukan semua sudut pandang terhadap
proposal Demistora dan lainnya, jangan terpecah belah, karena ini adalah
tanggung jawab kita semua sebelum tertumpahnya darah para pejuang dan
rakyat dalam revolusi Suriah,”.
“Kesembilan, Jabhah Syammiyyah
meminta pengerahan upaya yang sungguh-sungguh untuk mencegah
penyelesaian dengan senjata dalam berbagai bentrokan revolusionis.
Bentrokan yang terakhir adalah yang terjadi di Aleppo, yang membutuhkan
pengadilan independen untuk menyelesaikan perkara tersebut secara benar
dan mencegah pertumpahan darah yang menguntungkan bagi rezim,”.
“Kesepuluh, kami berterima kasih pada saudara-saudara yang ikut serta
dan kami kepada saudara-saudara di Koalisi Nasional Suriah dan
pemerintahan sementara Suriah. Kami meminta semuanya untuk melanjutkan
dukungan yang tetap dan terarah untuk revolusionis di Aleppo dan untuk
bekerja terus menerus dengan persekutuan dan perkawanan dengan rakyat
Suriah sehingga tidak menghentikan atau mengurangi dukungan tersebut,
dengan demikian konfrontasi dengan mesin jahat ini bisa terus berlanjut.
Kami juga menegaskan kembali kepada rakyat kami bahwa kami akan terus
mendukung dengan bantuan Allah untuk mendapat syahid atau meraih
kemenangan. Akhirnya kami menghormati pertemuan ini yang mana kami harap
akan menjadi front penyatuan untuk revolusi meliputi seluruh kota di
Aleppo dan sekitarnya, seluruh tanah Suriah, untuknya ada kenyataan
pasti, bahwa jika kita bersatu, rezim akan tumbang. Dan akhirnya kami
berterima kasih pada anda semua,”.
Pengumuman Pembentukan Jabhah Syamiyyah (nasionalis)
Pengumuman Pembentukan Jabhah Syamiyyah (nasionalis)
Itulah kata kata akhir orang fasik. Jadi, menurut sekutu Al-Qaidah di
Suriah ini, tidak ada perbedaan antara muslim, kristen, nushairi,
rafidhi, druzi dan ismaili. Suriah adalah negeri untuk mereka semua!
Menurut sekutu Al-Qaidah Suriah, Komisi Nasional Suriah, pemerintah
sementara Suriah dan rezim Turki, al- Saud, dan Qatar adalah saudara
muslim mereka! Menurut persekutuan Al-qaidah Suriah, lebih penting untuk
bersatu dengan nasionalisme dan revolusi daripada berpecah demi tauhid
dan kebenaran! Dan mereka membuat penyataan fasik sambil berdiri dibawah
bendera nasionalis jahiliyyah, bendera dua salibis, Sykes dan Picot!
Pertanyaan setiap pengikut jihad harusnya adalah: Mengapa kepemimpinan
Jabhah Jaulani bersekutu dengan faksi ini melawan Daulah Islam? Landasan
apa yang mendasari ini, melibatkan diri dalam operasi dan bersekutu
dengan faksi terburuk ini melawan Daulah Islam? Landasan apa yang
mendasari ini, bekerjasama dan berkoordinasi dengan faksi buruk melawan
Daulah Islam? Mengapa faksi yang secara terbuka membuat pernyataan
nasionalime jahiliyah secara terang-terangan -bahkan banyak peryataan
kufr- Jabhah Jaulani terus mengabaikan kesalahan ini dan tidak mencela
mereka secara terbuka (bahkan kadang membelanya!) dan malahan
menjuruskan medianya untuk mengkampanyekan perlawanan terhadap Daulah
Islam? Apakah kesalahan dari nasionalis ini tidak jelas terlihat
dibandingkan dengan tuduhan ‘kesalahan’ Daulah Islam!
Akhirnya,
apa perbedaan nyata antara gerakan Hazm dan front revolusi Suriah (bekas
sekutu Jabhah Jaulani) dan antara tentara “mujahidin”, ”Zanki”,
”fastaqim Kama Umirt”, dan faksi-faksi lain dari front ‘islam’? Hanya
ada perbedaan yang amat tipis sekali antara Mursi dan Sisi, sementara
keduanya memerintah dengan undang-udang thaghut dan keduanya berkampanye
melawan mujahidin Sinai?
Jabhah Jaulani akan merasakan akibat
dari pengkhianatannya terhadap muhajirin dan ansar Daulah Islam, ini
akan berujung pada pengkhianatan Shahawat terhadap Jabhah Jaulani, dan
hal itu sudah dimulai..
Ketika mengkafirkan Jaulani, kami tdk
melakukannya kecuali dgn membawakan
dalil yg mendukung hal itu. Brgsiapa yg
memasuki Islam dgn kepastian, maka ia
tdk akan meninggalkannya kecuali dgn
kepastian. Dan kami mempunyai bukti yg
nyata mengenai kemurtadannya, di antaranya:
1) Jabhah An-Nushrah (JN) membuka jalan
bagi konvoi tentara Jamal Ma’ruf di Atmah
untuk memerangi Daulah Islam. Karena hal ini,
bnyk pejuang JN memberikan bai’at kpd
Daulah Islam.
2) Liwa’ Tsuwar Ar-Raqqah (LTR) yg
merupakan cbng JN melakukan kekafiran &
menyatakannya dgn terbuka, smntara JN
hanya menyatakan mereka berlepas diri dari
LTR disebabkan oleh mslh"
keorganisasian & mereka belum menyatakan
berlepas diri dari kemurtadannya.
3) Di daerah-daerah pedesaan di Halab Utara,
JN berperang bersama PKK, Jamal Ma’ruf,
Harakah Nuruddin Zinki, Harakah Hazm yg
didukung AS, para pencari dukungan senjata
dari AS, dan Liwa’ At-Tauhid; semua
memerangi Daulah Islam.
4) Di Timur Suriah, mereka berperang bersama
faksi-faksi dewan militer Suriah dan koalisi
Suriah (dan masih bnyk faksi lainnya)
melawan Daulah Islam
.
5) Mereka bersekutu dengan tentara Zahran
‘Allusy menghadapi Daulah Islam di provinsi-
provinsi yang ada di sebelah timur dan di
Ghuthah Timur.
Kesimpulannya beliau mengatakan:
Kami menyaksikan penyebab terjatuhnya
mereka ke dlm kemurtadan serta kami tdk
mendptkan bukti-bukti ini dari seorang pun
dan tdk menerima dari org" terpercaya
(beliau menyaksikan dgn mata kepala
sendiri).
Inilah sikap kami.
ﻣَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﺒَﻠَﺎﻍُ
“Kewajiban Rasul tdk lain hanyalah
menyampaikn.” (QS. Al-Maa-idah : 99).
Sy tdk peduli apkh para pengikut Jaulani
berdusta atau mengaku (mereka berada di jalan
yg benar), Allah adlh saksiku. Akhirnya, brngsiapa yg menginginkan keridhaan semua org, niscaya dia mendpt kemurkaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar