Selasa, 16 Juni 2015

TAKFIR SYAR'I DAULAH ISLAM, SYAIKH 'ABDURRAHMAN AL- MARZUQI, ATAS JABHAH AN- NUSHRAH DAN KHUSUSNYA AL- JAULANI

Abu Hamzah al-Muhajir (rahimahullah) pernah menyampaikan pesannya kepada fraksi nasionalis di Iraq, “Kepada yang berjuang untuk bangsa dibawah panji nasionalis patriotis, Saya katakan, seseorang yang datang kepada Rasul shallallahu alaihi wa sallam –dalam Bukhari & Muslim riwayat Abu Musa- bertanya ‘ya Rasullullah, siapakah yang berperang di jalan Allah? Seseorang mungkin berperang karena kemarahanya atau perang karena hamiyyah (kesombongan)? Maka Rasul shallallahu alaihi wa sallam mengangkat kepalanya dan berkata “siapapun yang berperang supaya kalimat Allah itu tinggi maka ia berperang di jalan Allah,”.
An Nawawi, Ibnu Hajar dan yang lainnya mengatakan bahwa hamiyyah adalah berperang untuk harga diri, iri hati atau mempertahankan marga/keluarganya. Kemudian, Al Hafidh Ibnu Hajar dalam bukunya ‘Al Fath’, dikatakan bahwa “mungkin saja seseorang berperang untuk menolak bahaya dan berperang karena marah bisa berarti perang untuk mencari keuntungan”. Jadi apakah perang kalian, wahai manusia, bertujuan sebagaimana apa yang Rasul shallallahu alaihi wa sallam peringatkan? Yang dikehendaki syari’ah Allah seperti al Hafidh ibnu Hajar dalam ‘Al Fath’ mengatakan, “Perang itu tidaklah fi sabilillah kecuali kalau peperangan itu hanya untuk kalimat Allah yang paling tinggi”. Pembebasan negeri dan tujuan lain didalamnya adalah akiba, bukan tujuan. Anda tahu keburukan perang ini, sebagaimana para penguasa arab hari ini yang naik tahta kekuasaan dengan bendera nasionalisme. Apa hasilnya? Bukankah kerugian dunia dan akhirat? [Makalah Kedua].
Amirul Mukminin Abu ‘Umar al Baghdadi (rahimahullah) mengatakan “Pemikiran nasionalisme dan patriotisme bertolak belakang dengan Agama dalam banyak hal yang mendasar. Pertama, keutamaan seseorang harus berdasarkan ketakwaan bukan berdasarkan darah (keturunan). Allah (ta’ala) berfirman {“Wahai manusia sungguh telah ciptakan kamu, laki laki dan perempuan dan menjadikamu bersuku suku dan berkabilah-kabilah supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa”}[Al Hujurat:13]. Kedua, nasionalisme berlawanan dengan prinsp al Wala’ dan al Bara’ -dasar utama agama-. Orang Kristen Iraq adalah saudara mereka yang memiliki hak sama, sementara orang India atau Turki yang muslim tidak punya hak yang sama. Syari’at mereka mengharuskan melebihkan ‘Uqbah ibnu Abi Mua’ayt dan Abu Jahl daripada Bilal yang Ethopia dan Salman yang dari Parsi. Ketiga, nasionalisme berlawanan dengan keterikatan /persaudaraan antar mukminin. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: ”Mukmin dengan mukmin lainya seperti sebuah bangunan, tiap bagian berpegangan erat satu dengan lainnya,” [HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa Al Ash’ari]. Nabi juga menyebut “Cinta, Kasih sayang dan simpati antar mukmin satu dengan lainnya seperti, kalau betis nyeri maka seluruh tubuh meresponnya dengan kurang tidur dan demam,” [Bukhari dan Muslim dari An Nukman ibnu Bashir]. Keempat, nasionalime berdasarkan seruan partisan (sikap berat sebelah). Allah ta’ala berfirman, “Ketika orang orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah,” [Al Fath:26]. Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Siapa yang menyeru pada ‘ashabiyah (nasionalisme), ia bukan dari golongan kami” (diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Jubayr ibnu Mut’im) [Adhillah ‘Alal-Mu’minin A’izzah ‘Alal-Kafirin].
Amirul mukminin Abu ‘Umar al Baghdadi (rahimahullah) juga mengatakan “Amat menyedihkan bibit-bibit sekulerisme menyebar kebohongan, dirumuskan berdasarkan itu, diperdebatkan berdasarkan itu, dan mengangkat bendera kebutaan atas nama nasionalisme dan patriotisme, keduanya adalah konstitusi bawaan Negara Majusi. Mereka membuat sumber-sumber daya Iraq –khususnya air dan minyak- menjadi hak milik mereka yang memiliki kewarganegaraan Iraq saja! Apa yang akan terjadi jika Rasulullah hijrah ke tanah kita? Tentu saja nabi shallallahu alaihi wa sallam hijrah ke tempat yang bukan miliknya dan berdiam di rumah selain miliknya. Akankah, menurut doktrin mereka, semua sumberdaya itu halal untuk beliau dan sahabat-sahabatnya? Tidak. Untuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan muhajirin setelahnya punya kuasa memimpin, lalu jika itu terjadi maka harus menghadapi kekasaran dari perlawanan mereka! Bagaimana tidak, orang-orang ini adalah orang-orang yang mengatakan ‘Iraq adalah untuk orang Iraq dan segala sumberdaya adalah untuk orang Iraq’. Ya, untuk semua orang Iraq meskipun dia dari Yazidi penyembah setan atau Sabian Mandaeans. Semua –menurut mereka- punya hak yang seimbang, apakah seorang Muslim atau Rafidi Majusi! Tak perduli apakah orang Iraq ini penyembah Allah yang Maha Mulia atau setan pembangkang. Hak-haknya akan dilindungi! Wahai muwahiddin, kita yakin setiap Muslim bersaudara, meskipun dia dari Filipina. Dan penyembah syetan adalah musuh kita meski pun dia orang Iraq asli,” [Fa’ammaz-Zabadu Fayadhhabu jufa’a].
Pada 25 Desember 2014, telah dibentuk Jabhah Syamiyyah di Aleppo. Terdiri dari Jabhah “Islamiyah”, Jaisyul “Mujahidin”, Harakah “Nuruddin Zanki”, Fastaqim Kama Umirt, Jabhah Ashalah wa Tanmiyah, dan baru baru ini, Harakah Hazm. Kebanyakan faksi ini adalah anggota Dewan Komando Revolusioner Nasionalis Suriah. Semua Faksi ini mengira akan menerima bantuan ‘tanpa syarat’ dari rejim teluk, CIA, Koalisi Nasional Suriah (SNC) atau Dewan Militer Tertinggi FSA, sementara faksi-faksi tersebut “bukan bagian” dari salah satu dari pemberi bantuan tersebut. Pada Febuari 2015, Jabhah (Fornt) baru tersebut telah bersepakat dengan Pemerintahan Otonomi Persatuan Demokratik Kurdi dan Satuan Pelindung Rakyat (YPG) -sayap militer Partai Persatuan Demokrat (PYD)-, yang merupakan cabang Suriah dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), untuk mengimplementasikan syari’ah di Afrin! Bagaimana jadinya nasionalis ‘islamis’, berencana untuk mengimplementasi “syari’ah” beriringan dengan Marxist dan demokrasi sekuler? Tak akan mungkin. Apakah PKK yang dibantu pesawat salibis di ‘Aynul Islam akan membantu penerapan syariah?!
bendera nalionalis sekutu alqaida di Syam
Skenario nasionalis “islami” bekerja bersama beriring dengan nasionalis sekuler untuk membangun pemerintahan nasionalis dengan elemen “islam” dan demokrasi dalam kerangka konstitusi, adalah sama seperti yang telah terjadi di Mesir, Libya dan Tunisia. Tentara salibis berharap pada akhirnya pemisahan dua kubu, duduk-duduk dan tinggal menunggu untuk mendukung sisi yang lebih menguntungkan bagi mereka dibanding sisi yang lain. Kedua sisi berlomba mempertunjukkan kemurtadan untuk memenangkan hati dari salibis dan sekutu mereka, thaghut-thaghut Arab.
Meskipun permainan ini sangat jelas bagi mereka yang mengerti iman dan waqi’, namun hal itu dirasa belum jelas bagi pengklaim jihad Syam (Jabhah Jaulani). Sempalan-sempalan yang memerangi Daulah Islam bersama Faksi Sahawat, yang akhirnya membentuk Jabhah Syamiyyah mengklaim faksi ini adalah batalion mujahidin yang ikhlas. “Keikhlasan” yang diklaim Jabhah Jaulani semakin jelas dari hari ke hari.
Di bawah ini adalah transkrip dari pidato ketua bidang politik dan media Jabhah Syamiyyah –Zakariya Malahifji- dalam konferensi yang diselenggarakan oleh “Kekuatan Revolusioner Aleppo”, di Turki, 1 Maret 2015.
Dia mengatakan “Merespon pada permintaan revolusionis dan desakan tuntutan masa Revolusi di Aleppo terkait penggabungan dan organisasi, untuk menghadapi agresi tiran atas nama Jabhah Syamiyyah, sebelumnya saya ingin menegaskan beberapa prinsip,”.
“Pertama, Jabhah Syamiyyah adalah bagian dari revolusi besar Suriah yang kekuatannya harus disatukan untuk mencapai kemenangan. Persatuan adalah satu satunya cara menuju kemenangan. Perpecahan selalu menyenangkan keinginan rezim yang jahat,”.
“Kedua, Jabhah Syamiyyah adalah faksi yang mewakili Suriah dan rakyat Suriah. Mengingat Suriah adalah milik seluruh orang Suriah . Pembebasan Negara Suriah dan rakyat Suriah dari penjajahan Iran dan menjatuhkan rezim Asad adalah tujuan utama kami untuk menghentikan penindasan dan membangun negara yang bebas,”.
“Ketiga, kami mempertimbangkan identitas nasional Suriah menjadi identitas seluruh komponen rakyat Suriah, Arab, Kurdi, Turkmenis, Circassian, Assiria, Syiriak, termassuk pula komponen komponen agama lainnya,”.
“Keempat, Suriah dengan pengakuan batas geografis internasional saat ini adalah Negara untuk seluruh orang Suriah. Front ini menolak pembagian atau pembentukan baru bagi Suriah menurut agenda atau ambisi faksi, politik ataupun partisan,”.
“Kelima, seluruh dunia tahu bahwa rezim Suriah telah dan terus mendukung terorisme terburuk di kawasan ini, juga melatih dan mengatur geng teroris, dan mereka menjalakan operasi teroris dan pembunuhan di semua negara yang berdekatan. Rezim ini sekarang minta bantuan dan menggunakannya untuk berperang melawan revolusi rakyat Suriah.”
“Keenam, telah jelas bagi kita semua bahwa revolusi Suriah menghadapi koalisi dari rezim teroris paling arogan di kawasan ini. Koalisi ini dipimpin Iran, yang telah menduduki beberapa wilayah di Suriah. Pada saat yang sama komunitas dunia dan organisasi dunia telah meninggalkan tanggung jawab mereka untuk melaksanakan tanggung jawab moral maupun legal, untuk menghentikan pembunuhan masal rakyat Suriah yang telah berlangsung selama empat tahun. Mereka tidak melindungi ketentraman rakyat sipil yang hilang dalam sejumlah protes yang berlangsung sepanjang tahun awal revolusi,”.
“Ketujuh, Jabhah Syamiyyah mengucapkan terimakasih kepada saudara dan teman-teman rakyat Suriah terutama Turki, Saudi Arabia dan Qatar juga negara-negara lainnya sekaligus meminta pendirian yang tegas dari mereka semua untuk menyelamatkan rakyat Suriah dari penjajahan Iran dan gengnya serta kejahatan rezim,”.
“Kedelapan, Jabhah Syamiyyah meyakini bahwa Proposal Demistora tidak memberikan rencana maupun dokumen tertulis bagi penyelesaian politik di Suriah, ia malah mengusulkan genjatan senjata di Aleppo untuk menyelamatkan rezim dari kekalahannya yang berkepanjangan dan memberi kesempatan pada rezim ini untuk membasmi Douma, Daraa dan kawasan lain di Suriah. Demistora hanya ingin melangkahi keputusan Konferensi Jenewa I dan II tentang Suriah dimana para revolusionis telah menyetujui untuk mengatasi kondisi yang memutuskan bahwa adanya perubahan pada rezim yang jahat dan transisi untuk Suriah yang bebas dan merdeka. Wahai saudaraku, hal ini menegaskan pada kita akan pentingnya menyatukan semua sudut pandang terhadap proposal Demistora dan lainnya, jangan terpecah belah, karena ini adalah tanggung jawab kita semua sebelum tertumpahnya darah para pejuang dan rakyat dalam revolusi Suriah,”.
“Kesembilan, Jabhah Syammiyyah meminta pengerahan upaya yang sungguh-sungguh untuk mencegah penyelesaian dengan senjata dalam berbagai bentrokan revolusionis. Bentrokan yang terakhir adalah yang terjadi di Aleppo, yang membutuhkan pengadilan independen untuk menyelesaikan perkara tersebut secara benar dan mencegah pertumpahan darah yang menguntungkan bagi rezim,”.
“Kesepuluh, kami berterima kasih pada saudara-saudara yang ikut serta dan kami kepada saudara-saudara di Koalisi Nasional Suriah dan pemerintahan sementara Suriah. Kami meminta semuanya untuk melanjutkan dukungan yang tetap dan terarah untuk revolusionis di Aleppo dan untuk bekerja terus menerus dengan persekutuan dan perkawanan dengan rakyat Suriah sehingga tidak menghentikan atau mengurangi dukungan tersebut, dengan demikian konfrontasi dengan mesin jahat ini bisa terus berlanjut. Kami juga menegaskan kembali kepada rakyat kami bahwa kami akan terus mendukung dengan bantuan Allah untuk mendapat syahid atau meraih kemenangan. Akhirnya kami menghormati pertemuan ini yang mana kami harap akan menjadi front penyatuan untuk revolusi meliputi seluruh kota di Aleppo dan sekitarnya, seluruh tanah Suriah, untuknya ada kenyataan pasti, bahwa jika kita bersatu, rezim akan tumbang. Dan akhirnya kami berterima kasih pada anda semua,”.
Pengumuman Pembentukan Jabhah Syamiyyah (nasionalis)
Pengumuman Pembentukan Jabhah Syamiyyah (nasionalis)
Itulah kata kata akhir orang fasik. Jadi, menurut sekutu Al-Qaidah di Suriah ini, tidak ada perbedaan antara muslim, kristen, nushairi, rafidhi, druzi dan ismaili. Suriah adalah negeri untuk mereka semua! Menurut sekutu Al-Qaidah Suriah, Komisi Nasional Suriah, pemerintah sementara Suriah dan rezim Turki, al- Saud, dan Qatar adalah saudara muslim mereka! Menurut persekutuan Al-qaidah Suriah, lebih penting untuk bersatu dengan nasionalisme dan revolusi daripada berpecah demi tauhid dan kebenaran! Dan mereka membuat penyataan fasik sambil berdiri dibawah bendera nasionalis jahiliyyah, bendera dua salibis, Sykes dan Picot!
Pertanyaan setiap pengikut jihad harusnya adalah: Mengapa kepemimpinan Jabhah Jaulani bersekutu dengan faksi ini melawan Daulah Islam? Landasan apa yang mendasari ini, melibatkan diri dalam operasi dan bersekutu dengan faksi terburuk ini melawan Daulah Islam? Landasan apa yang mendasari ini, bekerjasama dan berkoordinasi dengan faksi buruk melawan Daulah Islam? Mengapa faksi yang secara terbuka membuat pernyataan nasionalime jahiliyah secara terang-terangan -bahkan banyak peryataan kufr- Jabhah Jaulani terus mengabaikan kesalahan ini dan tidak mencela mereka secara terbuka (bahkan kadang membelanya!) dan malahan menjuruskan medianya untuk mengkampanyekan perlawanan terhadap Daulah Islam? Apakah kesalahan dari nasionalis ini tidak jelas terlihat dibandingkan dengan tuduhan ‘kesalahan’ Daulah Islam!
Akhirnya, apa perbedaan nyata antara gerakan Hazm dan front revolusi Suriah (bekas sekutu Jabhah Jaulani) dan antara tentara “mujahidin”, ”Zanki”, ”fastaqim Kama Umirt”, dan faksi-faksi lain dari front ‘islam’? Hanya ada perbedaan yang amat tipis sekali antara Mursi dan Sisi, sementara keduanya memerintah dengan undang-udang thaghut dan keduanya berkampanye melawan mujahidin Sinai?
Jabhah Jaulani akan merasakan akibat dari pengkhianatannya terhadap muhajirin dan ansar Daulah Islam, ini akan berujung pada pengkhianatan Shahawat terhadap Jabhah Jaulani, dan hal itu sudah dimulai..

Ketika mengkafirkan Jaulani, kami tdk
melakukannya kecuali dgn membawakan
dalil yg mendukung hal itu. Brgsiapa yg
memasuki Islam dgn kepastian, maka ia
tdk akan meninggalkannya kecuali dgn
kepastian. Dan kami mempunyai bukti yg
nyata mengenai kemurtadannya, di antaranya:
1) Jabhah An-Nushrah (JN) membuka jalan
bagi konvoi tentara Jamal Ma’ruf di Atmah
untuk memerangi Daulah Islam. Karena hal ini,
bnyk pejuang JN memberikan bai’at kpd
Daulah Islam.

2) Liwa’ Tsuwar Ar-Raqqah (LTR) yg
merupakan cbng JN melakukan kekafiran &
menyatakannya dgn terbuka, smntara JN
hanya menyatakan mereka berlepas diri dari
LTR disebabkan oleh mslh"
keorganisasian & mereka belum menyatakan
berlepas diri dari kemurtadannya.

3) Di daerah-daerah pedesaan di Halab Utara,
JN berperang bersama PKK, Jamal Ma’ruf,
Harakah Nuruddin Zinki, Harakah Hazm yg
didukung AS, para pencari dukungan senjata
dari AS, dan Liwa’ At-Tauhid; semua
memerangi Daulah Islam.

4) Di Timur Suriah, mereka berperang bersama
faksi-faksi dewan militer Suriah dan koalisi
Suriah (dan masih bnyk faksi lainnya)
melawan Daulah Islam
.
5) Mereka bersekutu dengan tentara Zahran
‘Allusy menghadapi Daulah Islam di provinsi-
provinsi yang ada di sebelah timur dan di
Ghuthah Timur.

Kesimpulannya beliau mengatakan:
Kami menyaksikan penyebab terjatuhnya
mereka ke dlm kemurtadan serta kami tdk
mendptkan bukti-bukti ini dari seorang pun
dan tdk menerima dari org" terpercaya
(beliau menyaksikan dgn mata kepala
sendiri).

Inilah sikap kami.
ﻣَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﺒَﻠَﺎﻍُ
“Kewajiban Rasul tdk lain hanyalah
menyampaikn.” (QS. Al-Maa-idah : 99).

Sy tdk peduli apkh para pengikut Jaulani
berdusta atau mengaku (mereka berada di jalan
yg benar), Allah adlh saksiku. Akhirnya, brngsiapa yg menginginkan keridhaan semua org, niscaya dia mendpt kemurkaan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar