Senin, 15 Juni 2015

RAMADHAN BULAN KESUNGGUHAN, KETAATAN, JIHAD DAN FUTUHAT MAKTABAH AL-HIMMAH AD-DAULAH AL-ISLAMIYYAH Ramadhan 1436 H

RAMADHAN BULAN KESUNGGUHAN, KETAATAN, JIHAD DAN FUTUHAT
MAKTABAH AL-HIMMAH
AD-DAULAH AL-ISLAMIYYAH
Ramadhan 1436 H
Alih Bahasa: Usdul Wagha
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang berwali kepadanya, Amma ba’du:
Kami telah memilihkan untuk kalian wahai saudaraku – para mujahid – sebuah kalimat milik Syaikh al-Wazir Abu Hamzah al-Muhajir Abdul Mun’im al-Badawi al-Mishri (taqabbalahullah) yang beliau nasihatkan kepada para ikhwan mujahidin enam tahun yang lalu, kalimat ini berjudul Ramadhan Bulan Jihad dan Ampunan, dan kami persembahkan untukmu secara ringkas dan sedikit perubahan, maka simaklah apa yang dihaturkan oleh Al-Muhajir (rahimahullah):
Segala puji bagi Allah Raja Diraja, yang Maha Suci dari sifat nista, Maha Memiliki segala keagungan dari berbuat zhalim, yang Maha Tunggal dalam keabadian, Yang Maha Mendengar segala aduan, yang Maha Menyingkap segala musibah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada yang diutus dengan pedang menjelang hari Kiamat sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan, sebagai penyeru kepada Allah dengan izin-Nya dan sebagai lentera yang terang benderang..amma ba’du;
Kita memuji kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Memberi yang telah menyampaikan kita kepada bulan ini, dan kita menghaturkan salam kepada Umat Islam dan Mujahidin di jalan Allah yang sedang beribath di perbatasan kemuliaan dan tempat kebanggaan, baik di timur maupun di barat, orang-orang yang baik dan ikhlas, yang jujur dan shabar, singa-singa peperangan dan ksatria kejayaan, para Rijal Daulah Islamiyyah, Dari Abu Hurairah (radhiyallahu anhu) bahwasanya Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Apabila tiba bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan dibelenggu syaithan-syaithan”. [Diriwayatkan oleh Muslim].
Al-Qurthubi (rahimahullah) berkata: “Boleh membawa pengertian hadits ini secara zhahir, sehingga maknanya berarti surga dibuka dan dihiasi bagi siapa yang meninggal pada bulan Ramadhan dikarenakan kemuliaan ibadah yang terjadi di dalamnya, dan ditutup pintu neraka sehingga tidak akan memasukinya orang yang meninggal pada bulan itu”. [Al-Mufham].
Dan bulan kita yang mulia ini merupakan rukun dari salah satu rukun-rukun Islam yang agung, dan tidak akan tegak dien kecuali dengan rukun-rukunnya. Nabi (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda; “Islam dibangun di atas lima perkara; Syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa di bulan Ramadhan” (muttafaq ‘alaih).
Al-Qurthubi berkata: “Dan pengkhususan menyebutkan lima perkara ini tanpa menyebutkan di dalamnya jihad, padahal jihad yang membuat dien ini unggul dan yang menghancurkan kekuatan orang-orang kafir, karena lima hal ini merupakan kewajiban yang langgeng atas setiap individu (fardhu ‘ain) dan tidak gugur atas orang yang memenuhi syarat-syaratnya, sedangkan jihad adalah fardhu kifayah yang terkadang gugur pada beberapa waktunya” [Al-Mufham].
Dengan gamblang dia (rahimahullah) menyebutkan apabila keadaan jihad telah fardhu ‘ain maka dia menjadi salah satu penopang Islam yang dia tidak akan tegak dan mulia kecuali dengannya, bagaimana tidak, sedangkan jihad memiliki manfaat yang umum, dan bahaya meninggalkannya sangat besar bagi dien, kehormatan, jiwa dan harta, dan mujahid di jalan Allah mereka adalah orang-orang yang merealisasikan makna iman, yang membenarkan nash al-Quran dengan pengakuan mereka kepadanya, Allah berfirman di dalam surat Al-Hujurat: {Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian dia tidak ragu dan berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah, mereka itulah orang-orang benar}.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (rahimahullah) berkata: “Ini menjelaskan bahwa berjihad adalah wajib dan meninggalkan keraguan adalah wajib, dan jihad walau dia secara hukum adalah fardhu kifayah – yakni di masa-masa ketika hukumnya adalah fardhu kifayah – namun secara asal kaum mukminin menjadi objek dari firman ini, sehingga mereka harus meyakini akan kewajibannya dan bertekad untuk mengerjakannya manakala hukumnya telah menjadi fardhu ‘ain”. [Majmu’ Al-Fatawa].
Maka jihad termasuk bagian dari iman dan bahkan dia adalah puncak tertingginya, maka janganlah sampai engkau luput darinya – semoga Allah menjagamu – dari mendapatkan bagianmu pada bulan yang mulia ini. Di dalam Ash-Shahih diriwayatkan oleh Abu Hurairah (radhiyallahu anhu) dari nabi (Shallallahu alaihi wa sallam) beliau bersabda: “Allah menjamin atas orang yang keluar untuk berjihad di jalan-Nya, tidak ada yang mengeluarkannya kecuali karena iman kepada-Ku dan membenarkan rasul-rasul-Ku, untuk mengembalikannya kecuali dengan membawa pahala yang dia raih atau ghanimah, atau memasukkannya ke dalam surga, jika bukan karena aku khawatir akan memberatkan umatku tentu aku tidak akan tertinggal dari satu sariyah pun, dan sungguh aku sangat berharap seandainya aku terbunuh di jalan Allah kemudian aku dihidupkan lagi, lalu aku terbunuh lalu dihidupkan lagi lalu aku terbunuh”.
Ibnu baththal (rahimahullah) berkata “Makna ‘intadaballah’ maksudnya adalah Allah mewajibkan dan memuliakan bagi orang yang mengikhlaskan niat di dalam jihadnya untuk memperoleh apa yang Dia janjikan” [Syarh Al-Bukhari].
Jadikanlah hidupmu nikmat di dalam jihad dan di dalam petunjuk … sesungguhnya jihad penghimpun keimanan
Panggullah senjatamu dan janganlah kilaunya menjadi hilang … sesungguhnya senjata adalah ciri para pahlawan
Benamkanlah dirimu di dalam pertempuran … karena umur tidak akan menjadi pendek lantaran keberanian
Bulan mulia telah menyambut paginya … dan terkadang orang yang pengecut justru menendang banyak kebaikan
Nabi (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda; “Di antara jalan hidup yang terbaik manusia adalah seorang laki-laki yang menarik kendali kudanya di jalan Allah, dia akan melesat di atasnya, setiap kali dia mendengar suara perang dia akan terbang melesat di atasnya berharap agar dia terbunuh atau mencari kematian di tempat yang dia perkirakan”. [Diriwayatkan oleh Muslim].
An-Nawawi (rahimahullah) berkata: “Yakni sebaik-baik keadaan hidup mereka adalah seorang laki-laki yang memegang …” [Syarh Al-Muslim]. Al-Qurthubi berkata di dalam Al-Mufham; “Yakni di antara jalan kehidupan paling mulia adalah jihad”.
Maka renungkanlah – semoga Allah merahmatimu – sabda nabi (shallallahu alaihi wa sallam) “berharap terbunuh” setelah sabdanya “Di antara jalan hidup yang terbaik manusia” sesungguhnya ini menunjukkan bahwa mati di jalan Allah pada hakikatnya adalah hidup – walau nafsumu yang senantiasa memerintahkanmu keburukan mendustakannya, serta syahwat dan syubhat yang membuatmu berat darinya – maka sesungguhnya Allah telah berfirman: {Dan janganlah sekali-kali kalian mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu telah mati, akan tetapi mereka itu hidup di sisi Rabb mereka dan diberi rizki}.
Maka bersemangatlah – wahai mujahid – untuk memperoleh syahadah pada bulan yang mulia ini, dan janganlah engkau pernah mengira bahwa syahadah adalah barang pungutan yang tidak ada harganya, namun dia adalah harta simpanan yang sangat agung yang tidak akan diraih kecuali oleh mereka yang telah mengambil jatah kebaikan yang banyak, sebuah kedudukan mulia yang tidak akan diperoleh kecuali oleh mereka yang telah naik ke atas derajat yang tinggi.
Kemudian ketahuilah, bahwa jalan menuju surga tidak ada tempat bagi orang-orang penakut dan pengecut, namun hanya dilalui oleh para pemberani dan orang-orang mulia, mulia jiwa dan dien, orang-orang yang menjual jiwanya kepada Allah di jalan Allah, dia adalah jalan kesungguhan, kelelahan dan kepayahan, jiwa akan terenggut dan harta akan sirna, sebagaimana jihad adalah kemuliaan dan keagungan.
Dan bagimu terdapat banyak sekali keteladaan dari kakek-kakek kita:
Suatu ketika raja Salibis Romawi bernama Romanos sangat bersemangat untuk menghancurkan kaum muslimin lantaran jumlah mereka yang sedikit dan persiapan mereka yang lemah dipandagannya. Maka dia pun datang membawa pasukan berjumlah dua ratus ribu pasukan untuk memerangi sultan Alp Arslan hingga tiba di Malazgirt, dan sultan mendengar jumlah mereka yang banyak, sedangkan dia tidak memiliki pasukan kecuali sekitar lima belas ribu penunggang kuda, maka di pagi hari dia pun mengumpulkan pasukannya di tempat pertemuan, dan ketika kedua pasukan sudah saling bertemu, sultan mengirim utusan untuk meminta pejanjian damai, akan tetapi thaghut Romawi yang tertipu ini berkata; “Tidak ada perjanjian damai kecuali di Ray (yakni di pusat negeri kaum muslimin).” Sultan Alp Arslan pun marah, dan kedua pasukan akhirnya beradu pada hari Jum’at di saat para khatib sedang di atas minbar-minbar, sultan lalu turun dan menaburi wajahnya dengan tanah, kemudian menangis dan menundukkan diri kepada Allah yang di tangan-Nya terdapat pertolongan, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, kemudian dia membawa senjatanya dan menaiki kudanya, mereka pun berbuat jujur kepada Allah, sehingga turunlah pertolongan dan mereka berhasil membunuh orang-orang Romawi sesuai apa yang mereka inginkan, dan hancurlah pasukan salib dan penuhlah tanah dengan mayat-mayat mereka, bahkan thaghut Romawi Romanos tertawan, lalu dia dihadapkan kepada Sultan dan Sultan menamparnya sebanyak tiga kali, kemudian raja itu menebus dirinya dengan uang sebanyak seribu lima ratus dinar dan dengan setiap tawanan kaum muslimin yang dia miliki.
Wahai para pahlawan, wahai para muwahhidin mujahidin:
Engkau berada pada bulan yang mulia dan penuh berkah, kalian mendapatkan pertolongan dari Allah atas jiwa kalian dan musuh kalian, Allah memuliakan kalian dengan jihad atas kaum murtaddin dan salibis, kalian telah memikul beban iqamatuddin dan membela kaum lemah dan tertindas, maka kuatkanlah semoga Allah merahmati kalian, sungguh Amirul Mukminin Abu Umar Al-Baghdadi telah mengucapkan sebuah perkataan agung di saat dia berkata; “Maka wajib atas setiap muslim yang memuliakan Allah dengan kemulian yang sebenarnya dan mengagungkan agama Allah dan syariat-Nya, untuk mencurahkan jiwanya dengan murah di jalan Allah”. Dan ketika dia berkata tentang penjara dan tawanan yang ditujukan kepada para ummahat: “Dan wajib bagi kita untuk kalian, biarlah mereka (para wanita) melihat darah kami mengalir di bawah pagar-pagarnya hingga mereka melihat keluarga kalian terbebas”.
Maka berlakulah ikhlas dan ikhlas, jama’ah dan jama’ah, teguhlah dan teguhlah, waspadalah dan waspadalah, berdoa dan berdoa, tawakkal dan tawakkal wahai para tentara Allah, di hadapan kalian musuh-musuh kalian {Maka bunuhlah kaum Musyrikin di mana saja kalian temui, sergaplah mereka, kepunglah mereka, dan intailah mereka di setiap tempat pengintaian}, sesungguhnya mereka adalah orang-orang zhalim dan kafir yang melampaui batas, mereka tidak memelihara (hubungan) kekerabatan dengan orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian, mereka berjalan di muka bumi dengan membuat kerusakan dan senang jika tersebar perbuatan keji terhadap orang-orang yang beriman, dan mereka sangat ingin seandainya kalian kafir sebagaimana mereka kafir sehingga kalian menjadi sama, maka tidak ada jalan keluar bagi mereka kecuali mereka dibunuh atau disalib atau tangan dan kaki mereka dipotong secara silang.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, dan tidak ada permusuhan kecuali atas kaum yang zhalim.
Saudara kalian Abu Hamzah Al-Muhajir
Ramadhan 1430 H
sumber : millahibrahim.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar