Sabtu, 06 Juni 2015

PELATIHAN UNTUK PARA MUJAHID MEDIA

  • PELATIHAN UNTUK PARA MUJAHID MEDIA

    oleh Assahabu Raayati Suud

    Berikut ini adalah tulisan yang dikutip dari sebuah buku dengan judul asli yang diterjemahkan
    ( PEDOMAN MENCARI PENGALAMAN MEDIA )
    Serial Pelatihan untuk Mujahid Media. Buku ini diterbitkan oleh Markaz Al Yaqin yang memperoleh naskah ini dari tentara Daulah Islam Iraq, Markaz Al Yaqin menerbitkannya berdasarkan izin penerbitannya melalui internet dari Muassasah Al Furqon.
    Kami berharap kepada Alloh agar tulisan ini menjadi pedoman bagi mujahid media untuk ikut berjalan bersama umat menuju target dengan program yang jelas dan terpercaya.
    Dan perlu diketahui oleh semuanya, bahwa melawan orang-orang murtad bukan hanya dengan konfrontasi fisik secara langsung, tetapi ini adalah kerja yang harus terprogram dan dipelajari baik-baik, sehingga umat akan belajar untuk berfikir serius, memiliki pandangan jauh, dan mulai mempersiapkan pasukan untuk beranjak menuju baitul maqdis …
    MUQODDIMAH SESI PERTAMA
    Segala puji bagi Alloh yang telah menganjurkan untuk melakukan tahridh, i`lam dan tibyan (penjelasan). Sholawat dan salam semoga terlimpah pada sebaik-baik manusia yang telah berjihad dengan lesan, anggota badan dan hati, berikut keluarga dan para sahabat pemilik hujah dan burhan, para tabi`in dan siapapun yang mengikuti mereka dengan baik di setiap waktu dan sepanjang masa ….
    Wa ba`du …..
    Pada sesi ini – ikhwah fillah – akan kami jadikan sebagai muqoddimah dari serial manhajiyah kami, dan kata pengantar tausiyah media kami. Inilah hakekat pertama yang harus diyakini dan panduan pertama dalam bidang ilmu dan amal jihad media yang baik dan bisa berkembang. Kami prioritaskan tema (Media adalah jihad di jalan Alloh) untuk memulai halaqoh kami yang berbarokah ini, karena beberapa sebab berikut :
    – Menyoroti esensi media Jihad dalam timbangan jihad global dan ikut serta dalam pertempuran yang berlangsung antara kufur dan iman.
    Mengingatkan akan besarnya pahala bagi orang-orang yang berdiri di atas tapal batas media jihad, dan pahala besar yang disiapkan oleh Alloh `Azza wa Jalla untuk para jurnalis.
    – Menarik perhatian para jurnalis jihad akan esensi peran yang diembankan kepada mereka, mengingatkan mereka akan tanggung jawab besar dan menyiapkan mereka untuk melaksanakan kewajiban besar mereka.
    – Menggembleng para jurnalis akan esensi terwujudnya kemenangan media untuk mengiringi kemenangan militer modern, dan esensi menimpakan kekalahan psikis sebelum kalah secara materi.
    – Melepaskan diri dari cara pandang yang keliru tentang amal media, meluruskan asumsi sebagian orang – karena kebodohan mereka – bahwa jihad tidak lebih dari ikut langsung berperang dengan senjata materi saja ! padahal senjata ucapan terkadang bisa lebih dahsyat dari pada bom nuklir.
    – Mempersiapkan generasi media baru yang berdedikasi dalam kerja, tahu apa yang harus dilakukan, tidak puas dengan kerja apapun kecuali kerja yang bisa meningkatkan kwalitas daulah yang berada diatas manhaj Nabi dengan segala cara berdasarkan dalil baik pemikiran, pengorganisasian, aktifitas dan peradaban.

    • Bab-bab Jihad yang bisa digeluti oleh media :

      Akhi jurnalis mujahid … Ketahuilah bahwa Anda – dengan kerja media ini – adalah mujahid di jalan Alloh Ta`ala, jika niatmu benar. Media dengan aneka ragamnya : baik cetak, audio dan visual – adalah bentuk
      jihad melawan musuh-musuh Alloh Ta`ala yang esensinya tidak kalah dengan terjun langsung dalam perang. Begitu juga kerja Anda ini masuk dalam bab-bab yang cukup besar dan banyak dalam kaitan jihad.

      Diantara bab-bab ini adalah :

      1. Jihad dengan Lesan

      Dari Anas ra bahwa Nabi Saw bersabda : “Perangilah orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lesan kalian ”. (HR. Ahmad, Nasa`I dan Abu Dawud serta dishohihkan oleh Al Hakim.) Jihad dengan lesan bisa dilakukan dengan menegakkan hujah atas orang-orang kafir dan munafik, menyeru mereka kepada Alloh Ta`ala, menakut-nakuti mereka, mengancam mereka dengan pembunuhan, membongkar aib mereka dan menyingkap syubhat mereka.

      Di saat yang sama hal ini bisa meningkatkan mentalitas prajurit, merilis kemenangan-kemenangan mereka, memperlihatkan kebaikan- kebaikan mereka, menganjurkan manusia untuk mendukung mereka, menjelaskan aqidah, manhaj dan tujuan mereka, mempererat hubungan antara mereka dan kaum muslimin secara umum dan lain sebagainya.

      Imam Abdulloh Azzam berkata : “Dengan lesan kalian : artinya dengan memojokkan orang-orang kafir dan keras kepada mereka, dan hal ini tidak bertentangan dengan larangan mutlak tentang tidak bolehnya mencela orang- orang musyrik agar mereka juga tidak mencela kaum muslimin ”.

      Dalam Al Hasyiyah disebutkan : “Artinya kalian harus menteror dan mengancam mereka dengan pembunuhan, penangkapan dan penjarahan. Kamu juga boleh menghina dan mencela mereka selam hal itu tidak memancing mereka untuk mencela Alloh Ta`ala. Menyebut mereka dengan kehinaan dan kekalahan, dan kemenangan dan ghonimah bagi kaum muslimin. Dan juga memotivasi manusia untuk berperang dan lain sebagainya ”.

      Jadi sekarang, jihad dengan lesan adalah dengan menampilkan jihad dengan gambaran yang menarik dan membendung serangan media yang dikampanyekan dalam jihad Afghan. Juga bisa dengan berdiri melawan pencitraan buruk terhadap jihad atau merusak kepribadiannya atau hal-hal buruk yang mereka lontarkan. Juga dengan membantah para pengembos, mutsbithin, mu`awwiqin, mukhodzdzilin dan murjifin”. (Ittihaful `ibad bifadhoilil jihad, oleh Abdulloh Azzam)

      Syeikh Hamud `Uqola Asy Syu`aiby berkata : “Diantara jenis jihad adalah jihad dengan lesan dan pena. Hal ini mencakup semua ucapan yang bisa memperkuat mentalitas prajurit, dan menghancurkan mentalitas musuh, baik dengan syair, khutbah, menyebar luaskan kemenangan- kemenangan kaum muslimin dan kekalahan musuh-musuh mereka. Diantaranya pula adalah meneriakkan takbir dan dzikir ketika menyerang musuh, memompa semangan pasukan dan menjanjikan kemeangan bagi mereka dan kekalahan bagi musuh mereka, begitu juga mendoakan mereka dengan kemenangan dan pertolongan . ” (Dinukil dari Shuhail Al Jiyyad fi syarhi kitabil jihad min bulughil marom, oleh Abdurrohim bin Murod.)

      Syeikh Abdurrohim bin Murod Asy Syafi`I berkata : “Diantara bentuk jihad dengan lesan adalah mentahridh untuk berjihad, menjelaskan hukum-hukumnya, menyingkap syubhat para penyesat, membongkar kedurhakaan para pendurhaka dari kalangan sekuler dan munafikin, membantah para penggembos dari para ulama penguasa dan para penyeru untuk hidup berdampingan dan toleran dengan orang-orang kafir. Begitu juga membela jihad dan mujahidin, mengeluarkan rilisan dalam bentuk yang paling baik dan melawan serangan media yang dikampanyekan ”. (Ittihaful `ibad bifadhoilil jihad, oleh Abdulloh Azzam.

  •  
    2. Jihad dengan Jiwa :

    Alloh Ta`ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Alloh. Mereka itulah oran
    g-orang yang jujur”. (Q.S Al Hujarat : 15)

    Nabi Saw bersbda : “Tidak ada seorang Nabipun yang Alloh utus pada umat sebelumku, melainkan akan ada para pembela dari umatnya dan pengikut yang akan mengikuti sunahnya dan melaksanakan perintahnya. Setelah itu akan ada generasi setelah mereka yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan dan mengerjakan sesuatu yang tidak pernah diperintahkan. Barang siapa yang memerangi mereka dengan tangannya berarti dia mukmin, siapa yang memerangi mereka dengan lesannya berarti dia mukmin dan siapa yang memerangi mereka dengan hatinya berarti dia mukmin. Dan seteah itu tidak ada lagi iman meskipun hanya sebiji atom ”. (H.R. Muslim)

    Siapa yang bilang bahwa para jurnalis hanya berjihad dengan lesan sambil duduk-duduk diatas sofa dalam rumah mewah ?? Tidak demi Alloh, mereka berada dalam kancah pertempuran dan panasnya medan laga, mengiringi saudara-saudara mereka para tentara yang berperang dan menggempur musuh-musuh Alloh di muka bumi. Ikut serta memikul beban jihad bersama mereka, berbagi rasa kehidupan bersama mereka, beralaskan tanah dan beratapkan langit. Alloh saja yang tahu mereka, dan Alloh pula yang membalas pahala mereka.

    Sungguh, amal media tidak diragukan lagi adalah jihad. Siapa yang masih ragu, maka lihatlah para ikhwah media di negara Islam Iraq, darah mereka yang suci mengalir di tanah dua aliran sungai (Iraq), mereka juga mengalami ujian dipenjara di penjara- penjara orang-orang Salib dan Murtad … mereka berhijrah, menolong dan berjihad hingga musuh mengaku kerepotan menghadapi mereka sebelum kawan yang mengakuinya. Mereka tetap teguh begitu kami beranggapan kepada mereka dan Allohlah yang akan menghisab mereka. Tidak berlebihan kalau ada yang mengatakan bahwa Jurnalis adalah pelaku istisyhad tanpa bom ikat pinggang, karena dia memang berhak dengan penghargaan ini.

    Tidakkah Anda melihat kameramen, bagaimana dia membawa kamera sebagai ganti dari AK dan berjibaku di hadapan prajurit dalam berbagai pertempuran menyongsong tembakan peluru dengan dadanya ??!

    Tidakkah Anda melihat pada saroya yang membagi-bagikan berbagai rilisan, bagaimana mereka memasuki titik paling rawan dan menyebarkan rilisan para mujahidin di tengah- tengah komunitas orang-orang munafik ??! Tidakkah Anda melihat bagaimana orang yang mengumpulkan berbagai bidang militer berdedikasi, mengikuti kerja para ikhwah dan memburu berita-berita mereka, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Amirul Mukmiinin Umar ra, saat beliau mengirim sebuah pasukan, maka setiap hari beliau akan pergi ke ujung kota Madinah untuk mencari tahu berita tentang pasukan. Beliau memantau berita mereka seperti orang hamil yang memantau kehamilannya ? (Disadur dari ucapan Syeikh Abu Mus`ab Zarqowy rhm dengan judul (dari prajurit untuk amirnya).)

    Banyak orang yang beranggapan bahwa tugas ini remeh. Dia tidak tahu bahwa berita media jihad yang disebar melalui internet atau yang diangkat ke imaroh, dibelakangnya adalah pasukan dari para jurnalis !! Kami menganggap para mujahid media termasuk orang yang telah disabdakan oleh Nabi Saw : “Sungguh, Alloh akan memasukkan 3 orang ke dalam surga karena satu buah anak panah, yaitu pembuatnya yang mengharapkan kebaikan dari karyanya tersebut, orang yang melemparkannya dan orang yang mengambilkannya ”. (HR. Abu Dawud, Nasa`I, Al Hakim dan beliau menshohihkannya.)

    Dengan izin-Nya, Alloh akan memasukkan siapa saja yang ikut berperan dalam menyampaikan satu berita jihad ke dalam surga karena satu berita. Hal itu tidak sulit bagi Alloh dan tidak terlalu berlebihan bagi keluasan rahmat-Nya. Tidak samar lagi bagi Anda – akhi jurnalis – bahwa Jihad Anda dengan lesan tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi mencakup ucapan, tulisan dan cetak dan lain sebagainya. Semuanya melibatkan kerja keras tubuh. Begitu juga tidak samar bagi Anda bahwa jihad dengan lesan bagi Anda lebih kuat dari pada jihad dengan jiwa, yaitu saat jihad dengan jiwa lebih kuat dari pada jihad dengan lesan bagi ikhwah askari. (Disadur dari kata-kata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah.).

    Inilah alasan kami mendahulukan pembahasan jihad dengan lesan dari pada jihad dengan jiwa.


  • 3. Motivasi untuk Berjihad :

    Alloh Ta`ala berfirman : “Wahai Nabi, kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berperang. Jika ada sepuluh orang yang bersabar diantara kalian, niscaya akan mampu mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada diantara ka
    lian seratus orang, niscaya akan mampu mengalahkan seribu orang dari orang-orang kafir, karena mereka adalah kaum yang tidak paham “. (Q.S. Al- Anfal : 65)

    Dan Alloh subhanah berfirman pula : “Maka, berperanglah di jalan Alloh, tidak dibebankan hal itu kecuali kepadamu, dan kobarkanlah semangat orang-orang beriman. Semoga Alloh menahan serangan orang-orang kafir. Dan Alloh sangat besar kekuatan dan sangat keras siksaannya ”. (Q.S. An-Nisa : 84)

    Syeikh Abu Mus`ab As Sury berkata : ”Tahridh untuk berjihad dan berperang, mengajak manusia untuk mencintainya, menyebutkan keutamaannya dan ancaman bagi yang meninggalkannya telah mengambil bagian yang cukup besar dari ayat-ayat Al Qur`anul Karim sejak turunnya ayat idzin untuk berperang pada tahun ke-dua Hijriyah … begitu juga banyak nash-nash nabawi dan sunah fi`liyah dan taqririyah yang memotivasi untuk berjihad dan merinci keutamaan dan pahalanya, serta apa yang Alloh siapkan bagi para Mujahidin dan Syuhada`.

    Dan memobilisasi orang-orang beriman untuk berperang, turut terjun demi melindungi agamanya dan marah kepada musuh-musuhnya, karena mengharap pahala di sisi-Nya dan menjanjikan kemenangan dan kekuasaan kepada mereka ….

    Tahridh adalah ciri khas jihad dan motivasinya, tugas para kholifah, umaro, ulama dan para dai yang menyeru kepada Alloh, serta para penyeru kepada yang ma`ruf dari berbagai kalangan umat. Ini berlaku jika jihad menyerang musuh di dalam negeri mereka, meninggikan kalimat Alloh, menyebarkan agama dan panji-panji- Nya dan memberlakukan hukum dengan syareat-Nya di muka bumi. Adapun jika jihad berubah menjadi bentuk membela agama, jiwa, kehormatan dan tanah kelahiran serta kesucian seperti kondisi hari ini dan seperti yang terjadi di era krisis , maka hal ini menjadi kewajiban paling esensi bagi setiap muslim secara umum, khususnya para ulama dan penyeru kepada Alloh, bahkan bagi orang-orang yang sebenarnya Alloh berikan udzur untuk tidak ikut berperang karena lemah, sakit dan alasan lain yang menghalangi mereka dari ikut berjihad, Alloh mensyaratkan atas mereka agar alasan mereka diterima, yaitu hendaklah mereka menggerakkan lesan mereka untuk berdakwah kepada Alloh dan mengobarkan semangat untuk menolong agama-Nya.

    Alloh Ta`ala berfirman : “Tidak ada dosa bagi orang-orang lemah, sakit dan bagi orang-orang yang tidak mendapatkan biaya perjalanan, selama mereka berbuat baik kepada Alloh dan Rosul-Nya. Tidak ada celah untuk menyalahkan orang-orang baik. Dan Alloh maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. At Taubah : 91)”. Selesai. (Da`wah muqowamah islamiyah `alamiyah, bab ke – delapan.)
     
    4. Membuat Marah Musuh :

    Alloh Ta`ala berfirman : “Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Baduwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai di
    ri mereka daripada mencintai diri rasul. yang demikian itu ialah Karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia- nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, ”. (Q.S. At-Taubah : 120)

    Ayat yang mulia yang terdapat dalam surat At-taubah ini dengan jelas menyebutkan bahwa segala hal yang bisa menyebabkan marahnya musuh- musuh Alloh, baik berupa perkataan atau perbuatan kapanpun dan bagaimanapun adalah termasuk jihad di jalan Alloh Ta`ala.

    Apalagi ungkapan yang membuat marah orang-orang kafir itu dirangkai dalam pembahasan tentang pahala jihad dan mujahidin. Kemudian ayat muliau ini juga terdapat dalam surat Al-Baroah, yaitu surat terakhir yang turun berkenaan tentang ayat-ayat jihad, dan di dalamnya secara lengkap disebutkan tentang esensi masalah jihad.

    Syeikh Abdurrohim bin Murod Asy Syafi`i berkata : “Segala hal yang bisa membuat marah dan melukai musuh adalah termasuk jihad.

    Alloh Ta`ala berfirman : “Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia- nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”.

    Rosululloh Saw juga pernah bersabda kepada Hisan : “Sungguh menyindir orang kafir dengan syair lebih menyakitkan bagi mereka dari pada lemparan anak panah”. Hadits ini terdapat dalam shohihain dari hadits Aisyah. Di dalam shohihain juga disebutkan riwayat dari hadits Baro` dengan lafadz : “seranglah orang-orang musyrik dengan syair, karena ruhul qudus bersamamu””. (Shuhail Al Jiyad . ibid)

    Siapa yang mengenal Amerika salibis dan mencari hal yang bisa membuat mereka marah, akan tahu dengan baik bagaimana mereka marah dan meradang dengan adanya media jihadi. Mereka – semoga Alloh membinasakan mereka – lebih mengetahui esensi, pengaruh dan urgensinya dari pada yang lain.

    Berapa kali sudah kita mendengar para ikhwah jurnalis – yang ditawan di penjara-penjara Amerika, lalu Alloh berikan kebebasan kepada mereka – bagaimana orang-orang salib memperlakukan mereka dengan serius dan berlangsung lama, dan memperlakukan mereka secara khusus karena khawatir, karena mereka tahu besarnya peran para jurnalis itu di medan perang. Kami akan ceritakan kepada Anda – akhi jurnalis – semoga Alloh menjagamu dan melindungimu dari penangkapan dan siksaan – tentang kisah seorang akhi muhajir dari Arab yang datang ke negeri dua aliran sungai untuk berjihad bersama saudara-saudaranya yang Anshor. Ketika dia sampai di bumi jihad, dia ditemui oleh masul (penanggung jawab), beliau mengetahui pengalaman medianya, maka beliau memintanya untuk bekerja di bagian media. Tetapi akhi muhajir tadi menolak mentah-mentah perintah ini, dan memaksa untuk turut serta dalam aksi militer. Ketika ditanya tentang alasannya, dia menjawab : “Aku menginginkan sesuatu yang lebih banyak bisa menyakiti musuh- musuh Alloh Ta`ala, dan menurutku media tidak bisa menyampaikan keinginanku …”. Sang Amirpun tidak memaksanya, dan membiarkannya ikut beraksi bersama ikhwah lain yang berperang. Alloh Ta`ala menakdirkannya tertangkap oleh tentara Amerika. Setelah dia menjalani masa tahanan, dia langsung kembali bekerja, tetapi kali ini dia pulang dengan sesuatu yang baru. Dia kembali menggeluti media. Ketika ditanya tentang perubahan hobinya ini, dan diingatkan dengan kerjanya yang lalu, dia menjawab : “Aku merubah opiniku sejak aku menyaksikan bagaimana Amerika mati-matian berusaha untuk menangkap satu jurnalis, dan mereka lebih peduli dengan urusan media dari pada militer. Maka, Alloh membukakan hatiku untuk bergelut dengan media setelah aku melihat dengan mata kepada sendiri besarnya luka yang ditorehkannya kepada musuh-musuh Alloh Ta`ala dari kalangan para salibis dan murtadin”.

  •  
    5. Memasukkan Rasa Gembira ke dalam Hati Orang-orang Beriman :

    Alloh Ta`ala berfirman : “.Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan- tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mer
    eka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. dan Allah menerima Taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana ”. (Q.S. At Taubah : 14-15)

    Rosululloh Saw bersabda : “Manusia yang paling dicintai oleh Alloh adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan amal yang paling dicintai oleh Alloh adalah kebahagiaan yang dia masukkan ke dalam hati seorang muslim”.

    Beliau juga bersabda : “Amal yang paling utama adalah memasukkan rasa senang kepada seorang mukmin ”. (Dua hadits ini terdapat dalam silsilah ash shohihah oleh Syeikh Albany.) Dari Sufyan bin `Uyainah berkata : Muhammad bin Munkadir pernah ditanya : “Amal apa yang paling Anda sukai ?”. beliau menjawab : “memasukkan rasa senang kepada seorang mukmin ”. (Hilyatu auliya oleh Abi Nu`aim, dan shofwatu shofwah oleh Ibnu Jauzy.)

    Sisi media jihad yang lain adalah membuat gembira orang-orang beriman. Karena segala hal yang membuat marah orang kafir dan munafik adalah menyenangkan orang mukmin yang jujur. Seperti senjata yang memiliki dua mata. Anda bisa bayangkan – Semoga Alloh membuat Anda gembira wahai jurnalis – besarnya kebahagiaan yang akan meliputi hati kaum muslimin – baik yang mujahid maupun yang hanya duduk – ketika mereka menyaksikan rilisan para mujahidin yang berisi hasil dan kemenangan yang diraih oleh para muwahhid dan kerugian perang yang diderita oleh para petempur kafir dan orang-orang murtad. Betapa gembiranya mereka jika membaca atau mendengar pernyataan militer di salah satu wilayah !! Buatlah mereka melakukan sujud syukur kepada Alloh dan buatlah mereka ikut menikmati pahala ! atau tunggulah terkabulnya doa-doa mereka dari jauh, ketika mereka bergumam : “Ya Alloh, menangkanlah hamba-hamba-Mu para mujahidin dan hinakanlah orang-orang kafir dan murtad ”. Dan Semoga Alloh membalas kebaikan siapa saja yang ikut serta dalam amal media ini.


  • 6. Taat kepada Pemimpin :

    Alloh Ta`ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qura
    n) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya ”. (Q.S. An- Nisa : 59)

    Rosululloh saw bersabda : “Siapa yang mentaati aku, berarti dia telah mentaati Alloh, dan barang siapa yang bermaksiat kepadaku berarti dia juga bermaksiat kepada Alloh. Barang siapa yang mentaati amirku berarti dia telah mentaatiku, dan barang siapa yang bermaksiat kepada amirku berarti dia telah bermaksiat kepadaku ”. (Muttafaqun `alaih.)

    Sisi ketaatan disini adalah bahwa Amir (atau penanggung jawab media) telah membagi kerja dan memilih Anda untuk berkiprah di bidang ini (media), jika Anda mentaatinya berarti Anda mentaati Alloh, tetapi jika Anda menolaknya berarti Anda telah bemaksiat kepada Alloh. Kami juga menganggap bahwa jurnalis itu termasuk kelompok yang sedang menuntut ilmu, yang mana Amir telah menunjukkan untuk belajar dan mengajar …

    Sebagaimana firman Alloh Ta`ala : “ Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ”. (Q.S. At Taubah : 122)

    Jadi, harus ada kelompok yang konsentrasi belajar dan mengajar para pejuang tentang urusan-urusan agama mereka. Jika kelompok ini tidak ada, maka kebodohan akan melanda manusia. Tidak berapa lama, pasukan pejuang di jalan Alloh akan segera dilibas. Saat itulah Anda tidak akan bisa menemukan orang yang bisa menyempurnakan perjalanan. Kalaupun ada, tapi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan untuk menjalankan pertarungan global.

    Dari sini – akhi jurnalis – hendaknya Anda merasakan butuhnya manusia umumnya dan para mujahidin khususnya untuk mengetahui penderitaan umat Islam, dan menunjukkan kepada mereka jalan untuk menyelamatkan manusia dari kekufuran, kedholiman dan kerusakan. Ini adalah tanggung jawab Anda !! ya, Anda … bukan yang lain..!! Alloh Ta`ala berfirman : “Hendaklah ada diantara kalian satu kelompok yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan yang ma`ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang- orang yang berbahagia” (QS. Ali Imron : 104). 7.

    Perkataan yang Benar : Rosululloh Saw bersabda : “Sungguh, diantara jihad terbesar adalah kata- kata adil dihadapan penguasa jahat ”. (HR. Tirmidzi, dan terdapat dalam shohihul jami`.)

    Syeikh Abdulloh Azzam berkata ketika memberikan ta`liq atas hadits ini : “Karena memerangi musuh itu menyebabkan pergolakan antara harap dan takut. Penguasa itu jika disuruh untuk berbuat baik, terkadang justru akan menghadapkannya pada siksaan dan kematian. Di lihat dari sisi besarnya rasa takut di sini menjadikan hal ini menjadi lebih utama, karena kedholiman penguasa terhitung cukup banyak. Jika Anda mencegahnya, maka manfaatnya akan dinikmati oleh banyak orang, berbeda dengan membunuh orang kafir ”. (Ittihaful `ibad bifadhoilil jihad.)

    Seorang jurnalis muwahhid dan mukmin mengatakan dengan adil dan jujur di saat para pengikut kebenaran berjumlah sedikit dan orang-orang jujur menjadi langka. Jurnalis muwahhid akan menyampaikan kepada manusia tentang gambaran sebenarnya dari jalannya pertempuran, tanpa melebihkan atau berdusta, sebagai bentuk ketaatan kepada Robbnya yang telah berfirman : “ Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik, Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan ”. (QS. Az Zumar : 32-35).

    Dan peneladanan kepada yang benar dan dibenarkan (Rosul) saw yang bersabda : “Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Tidaklah seseorang tetap berlaku jujur dan bergelut dengan kejujuran hingga dia ditulis disisi Alloh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah olehmu sikap dusta, karena dusta akan membawa pada dosa, dan dosa akan menghantarkan ke neraka. Tidaklah seseorang berlaku dusta dan bergelut dengan kedustaan hingga dia ditulis disisi Alloh sebagai pendusta”. (HR. Muslim.)

    Ketika kedustaan disalah gunakan dan terjadi pemutar balikan mayoritas – jika tidak semua – sarana media yang loyal kepada para musuh. Para jurnalis mereka rela untuk menjadi corong kekufuran, prostitusi dan kebohongan, serta memerangi agama dan kesucian. Maka pantaslah mereka disebut sebagai “tukang sihir Fir`aun ”. Itulah zaman keterasingan yang disabdakan oleh manusia yang tidak pernah berbicara dari hawa nafsunya, Rosululloh saw : “Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipuan. Di sana pendusta dianggap benar, sedangkan orang yang jujur dianggap dusta. Pengkhianat dipercaya dan orang amanah dikhianati. Dan ketika itu Ruwaibidhoh berbicara”. Ada yang bertanya : “Apakah ruwaibidhoh itu ?”. beliau menjawab : “Lelaki dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak”. (Hadits hasan, silsilah shohihah oleh Albany)
     
    Melawan Perang Pemikiran (ghozwul fikri) :

    Sungguh, ikhwah jurnalis – semoga Alloh Ta`ala menjaga dan meneguhkan mereka – telah membendung serangan kolonial yang paling kuat yang telah dikenal oleh sejarah perang salib dan perang shofwah/kebangkitan.
    Sungguh mereka adalah katup pengaman syareat Ar-Rahman. Mereka berhadapan dengan perang yang sangat berbahaya yang bahayanya melebihi perang militer. Itulah perang pemikiran yang menyerang otak kaum muslimin dan hati mereka, lalu menghapuskan identitas mayoritas mereka, membodohi pemikiran mereka, menghancurkan pemahaman mereka, mengganti tradisi mereka, mengeringkan sumber iman mereka dan mematikan ghiroh mereka … tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Alloh yang maha tinggi lagi maha agung.

    Para musuh zionis salibis shofwy tahu benar bahwa penjajahan hati itu lebih berhasil dari pada penjajahan negara dan perbudakan manusia. Siapa yang bisa membalik lembaran-lembaran sejarah akan bisa memetik hasil yang sempurna, yang intinya : “Kekuatan manapun tidak akan mampu – meskipun dia memiliki semua sarana – untuk menakhlukkan kaum muslimin, merampas bumi mereka demi keuntungan pribadi, dan menghapuskan eksistensi mereka ” sebagaimana yang dialami oleh mayoritas peradaban. * Sedangkan negara-negara baik yang besar maupun yang kecil yang tumbuh dan menetek kepada kekuatan super power akan hancur total dan akan masuk dalam cengkraman yang lain. Bahkan semua perang militer yang menyerang umat Islam akan hancur dan menuai kekalahan, dan hanya akan menorehkan luka setelah kaum muslimin memberikan pelajaran yang tidak akan pernah terlupakan oleh mereka.

    Dan pelajaran terakhir yang diambil oleh PBB –penghasung salib – dan yang berputar di sekelilingnya. Mereka belajar dari tangan para pahlawan negara Islam Iraq – semoga Alloh menjaga mereka. Karena itulah, musuh bebuyutan kaum muslimin, trio pendengki (Salibis – Yahudi - Majusy) tahu benar bahwa perang militer melawan umat Islam sangatlah mustahil, maka merekapun beralih kepada perang pemikiran, sosial dan tsaqofah (wacana). Dalam beberapa hal mereka berhasil menyeret putra-putra kita dengan jerat-jerat dan makar mereka.

    Menurut Anda – wahai prajurit media – siapakan yang akan membendung perang media ini ? Kami serahkan jawabannya kepada anda sendiri … Pembicaraan diatas yang menampilkan esensi media dan pahala bagi yang beramal di tapal batasnya, bukan hanya sebuah khayalan dan tidak pula berlebihan. Tetapi kami telah menyebutkan hal terpenting dan sedikit keterangan, serta kami tidak ingin bicara terlalu banyak karena khawatir menimbulkan kejenuhan. Sebagaimana dikatakan : (Banyak bicara hanya akan menyebabkan sebagian hal terlupakan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar